Kamis, 28 Agustus 2025

Harga Minyak Goreng

Jurus Baru Mendag Atasi Kelangkaan Stok Minyak Goreng, Naikkan DMO Jadi 30 Persen

Pertimbangannya masih terjadi banyak kekurangan minyak goreng di pasar-pasar dan distribusinya masih belum sempurna.

WARTA KOTA/WARTA KOTA/NUR ICHSAN
MINYAK GORENG - Warga sedang antri saat membeli minyak goreng yang digelar Operasi Pasar Minyak Goreng di Kelurahan Pondok Jagung Timur, Kecamatan Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan, Kamis (10/2/2022). Jurus Baru Mendag Atasi Kelangkaan Stok Minyak Goreng, Naikkan DMO Jadi 30 Persen 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyatakan, kebijakan domestic market obligation (DMO) minyak goreng diubah dari yang sebelumnya 20 persen menjadi 30 persen. Kebijakan ini mulai berlaku besok.

"Ditetapkan hari ini dan berlaku besok semua yang mengekspor mesti menyerahkan minyak domestic market obligation 30 persen," ujar Mendag dalam konferensi pers virtual, Rabu (9/3/2022).

Pertimbangannya masih terjadi banyak kekurangan minyak goreng di pasar-pasar dan distribusinya masih belum sempurna.

Baca juga: Mendag Lutfi Sebut akan Tindak Tegas Penimbun Minyak Goreng

"Oleh sebab itu kita ingin memastikan supaya industri yang menghasilkan minyak goreng stoknya cukup agar keadaan normal ini segera tercapai. Ini berlaku sampai normal," ujar Lutfi.

Lutfi menyebut distribusi minyak goreng sudah berjalan di seluruh kabupaten/kota. Ia mengatakan, sejak 14 Februari - 8 Maret 2022 total ekspor CPO dan turunannya mencapai 2.771.294 ton dan terdapat 126 penerbitan ekspor dari 56 eksportir.

Lalu, total DMO yang terkumpul 573.890 ton. Total DMO terdistribusi 415.787 ton. Pendistribusian dalam bentuk minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan ke pasar.

"Pendistribusian DMO telah melebihi perkiraan kebutuhan konsumsi satu bulan yang mencapai 327.321 ton," tutur Lutfi.

Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi usai rapat dengan Komisi VI, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (31/1/2022).
Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi usai rapat dengan Komisi VI, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (31/1/2022). (Tribunnews.com/Chaerul Umam)

Biang Keladi yang Membuat Harga Minyak Goreng Masih Mahal

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkap sejumlah penyebab masih tingginya harga minyak goreng atau belum sesuai harga eceren tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

"Ketika terjadinya disparitas harga, perubahan harga ini, banyak orang berspekulasi. Jadi mereka mengharapkan terjadinya perubahan, bahkan kalau di pasar market ini ada yang sifatnya jangka panjang dan pendek," kata Lutfi secara virtual, Rabu (9/3/2022).

Menurutnya, akibat adanya spekulasi tersebut membuat orang berani bertaruh bahwa ke depan pemerintah akan melepas atau tidak memberlakukan HET.

"Kenapa? Agar mereka bisa menjual dengan harga tinggi yaitu membeli di harga Rp 10.300, harapannya menjual dengan harga internasional yang saat ini perbedaannya Rp 10 ribu," ujar Lutfi.

Baca juga: Warga Majalengka Gunakan Jeriken Antre Minyak Goreng Curah: Bisa Beli Maksimal 75 Liter

Melihat kondisi tersebut, Lutfi pun mengancam para spekulan terutama diatributor 1 dan 2 untuk membawanya ke meja hijau jika terbukti melakukan pelanggaran hukum.

"Saya sudah berkoordinasi dengan Satgas Pangan. Saya akan menuntut spekulan itu berdasarkan hukum. Jadi inilah salah satu yang menyebabkan distrupsi di rantai logistik yang mereka ingin dapat keuntungan besar," ucapnya.

Selain itu, tersendatnya distribusi minyak goreng ke pasar juga diakibatkan adanya penjualan ke industri.

"Per kemaren DMO (domestic market obligation) sudah 415 juta hanya 20 hari, barangnya melimpah. Sehingga kita tanya barang dimana? Jadi ada dua dugaan, bocor untuk industri dengan harga tidak sesuai pemerintah dan yang kedua penyelundupan, ini akan saya berantas. Jadi distribusi ada yang menimbun dan ada yang menyelundup ke luar negeri," paparnya.

Baca juga: Kasus Penipuan Jual Beli Minyak Goreng di Bandung, Wanita Ini Raup Rp 1 Miliar, Uang Habis Dipakai

Pedagang Tak Temukan Minyak Goreng Murah di Pasar

Harga minyak goreng di Indonesia masih belum merata hingga saat ini. Padahal pemerintah sudah memberlakukan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng pada 1 Februari 2022.

Rincian HET minyak goreng tersebut yaitu minyak goreng curah sebesar Rp 11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 per liter.

Salah satu pedagang sembako di Palmerah Kemanggisan, Jakarta Dini, mengaku masih menjual minyak goreng curah dengan harga yang lama yaitu Rp 18.000 per liter.

Hal itu dia lakukan lantaran ia masih mendapatkan harga yang mahal dari agen sehingga dia enggan untuk merugi.

Baca juga: Pastikan Stok Dalam Negeri Aman, DMO Minyak Goreng Naik Jadi 30 Persen Mulai Besok

"Saya dapat dari agen harganya Rp 16.500 per liter jasi saya jual di Rp 18.000 per liter. Masa saya jual di harga Rp 13.500, kan rugi," ujarnya saat dijumpai Kompas.com, Senin (7/3/2022).

Dini mengatakan belum pernah sama sekali mendapatkan minyak goreng yang murah dari agen sejak HET baru diberlakukan.

"Enggak ada tuh minyak goreng murah yang saya dapat. Pas saya tanya agen kenapa masih harganya mahal, agennya bilang ya karena dari pemerintahnya juga yang mahal," ungkap Dini.

Sementara itu Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan, penyebab mengapa harga minyak goreng belum merata adalah karena masih menemukan oknum-oknum nakal dalam pendistribusian minyak goreng.

"Ternyata ada yang main-main dalam distribusi minyak goreng untuk sampai ke masyarakat. Jadi momentum yang saat ini sedang bagus, harga udah dimurahin tapi masih saja ada oknum-oknum yang nakal," ujar Oke.

Oke mengatakan produk minyak goreng harus melalui banyak proses sebelum sampai ke tangan masyarakat. Di tengah proses tersebut, ada oknum-oknum yang mempermainkan harga.

"Belum sampai ke ujung, tapi Harga Eceran Tertingginya (HET) udah dimainin. Bukan ditimbun," kata Oke.

Oleh sebab itu, lanjut dia, pemerintah bersama Kepala Dinas Daerah akan memasok minyak goreng langsung ke para pedagang di pasar tradisional.

"Operasi pasar dilakukan enggak ke konsumen tapi langsung ke padagang, agar menghindari terhambatnya distribusi itu, sambil diberesin juga jalur aliran distribusinya," kata Oke.

Sumber: Kontan

Sumber: Kontan
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan