Kamis, 28 Agustus 2025

Inflasi AS Tinggi, Bank of Amerika Peringatkan Resesi Sudah di Depan Mata

Bank of America memperingatkan inflasi yang tinggi akan memicu ancaman bagi pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS).

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
NYgo.com
ilustrasi 

“Meskipun pasar tenaga kerja yang terlalu panas telah meningkatkan risiko resesi secara signifikan.” ujar bank ini.

Namun Goldman Sachs mengungkapkan rasa optimisnya yang didasarkan pada neraca bisnis dan keyakinannya pasca pandemi Covid-19 ini, akan menarik lebih banyak pekerja baru, sehingga tingkat pengangguran dapat menurun.

Investor AS Waspadai Risiko Resesi Akibat Kenaikan Suku Bunga The Fed

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengungkapkan, inverted yield atau kurva terbalik muncul di imbal hasil obligasi US Treasury.

Imbal hasil obligasi US Treasury 2 tahun untuk pertama kalinya sejak 2019 berhasil naik lebih tinggi dari imbal hasil obligasi US Treasury 10 tahun.

Baca juga: Goldman Sachs: Amerika Serikat Masuki Jurang Resesi, Ekonomi Merosot 35 Persen

"Hal ini yang memperkuat pandangan dan persepsi baru bahwa kenaikkan tingkat suku bunga The Fed mampu menyebabkan resesi ekonomi," ujar dia melalui risetnya, Kamis (31/3/2022).

Nico menjelaskan, yield curve merupakan sebuah kurva yang menggambalkan imbal hasil dari beberapa obligasi, di mana biasanya yield curve ini menjadi satu alat yang menggambarkan mengenai situasi dan kondisi perekonomian di masa akan datang.

Biasanya yield curve itu dibagi menjadi tiga yaitu kurva normal, datar atau bahasa kerennya flattening yield curve, dan terakhir adalah kurva terbalik atau inverted yield.

Biasanya, kalau situasi dan kondisi di mana pelaku pasar dan investor yakin terkait dengan perekonomian suatu negara sedang berada fase ekspansi dan kenaikkan inflasi, kita akan melihat kurva normal.

Lalu, ketika kita melihat flattening yield curve, itu artinya pelaku pasar dan investor melihat ketidakpastian perekonomian di masa yang akan datang.

"Nah yang terakhir inilah yang akan kita lebih banyak bahas ya pemirsa, di mana ada namanya inverted yield atau kurva terbalik. Ini artinya bahwa pelaku pasar dan investor melihat bahwa perekonomian akan memasuki fase resesi ekonomi," kata Nico.

Pertanda resesi ditunjukkan oleh tingginya imbal hasil obligasi jangka pendek, dan turunnya imbal hasil obligasi jangka panjang.

Terakhir, inverted yield ini terjadi di Amerika pada akhir 2005, 2006, 2007, sebelum akhirnya pasar ekuitas di Negeri Paman Sam turun pada 2008.

"Biasanya inverted yield ini menjadi sebuah saksi hidup, dan cenayang pertama yang memberikan sebuah tanda terhadap siklus ekonomi," tutur Nico.

Dia menambahkan, sepanjang sejarahnya, tidak ada resesi terjadi, tanpa adanya kurva inverted yield, tapi artinya bukan serta merta akan langsung masuk ke dalam resesi pada tahun ini.

"Biasanya diperkirakan waktu dua tahun ke depan, dan ingat, ini hanya menjadi sebuah tanda, bukan sebuah kepastian. Meskipun tanda-tanda yield curve ini akurat," pungkasnya.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan