Sabtu, 13 September 2025

BBM Bersubsidi

17 Bulan ditahan, Kini BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Ekonom : Tanda Harga BBM Subsidi Segera Naik

Kenaikan suku bunga acuan dilakukan Bank Indonesia (BI) setelah menahan dalam waktu 17 bulan sejak 18 Maret 2022.

Hendra Gunawan/Tribunnews.com
Persediaan pertalite di SPBU Jl Palmerah, Jakarta Barat habis pada Selasa (16/8/2022). Pemerintah berencana menyesuaikan harga BBM bersubsidi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen, dinilai sebagai tanda kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dan Solar akan segera diumumkan pemerintah.

Kenaikan suku bunga acuan ini dilakukan Bank Indonesia (BI) setelah menahan dalam waktu 17 bulan sejak 18 Maret 2022.

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, kenaikan suku bunga acuan sepertinya indikasi bahwa BBM subsidi akan naik dalam waktu singkat.

Baca juga: Respon 2 Bank Besar Setelah Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 3,75 Persen

Ia menyebut, kalau BBM subsidi naiknya 30 persen maka ke depan BI diperkirakan akan menambah bunga acuan sebesar 75 basis poin hingga 100 basis poin sepanjang tahun.

"Semua sedang menghitung efek naiknya harga BBM subsidi terhadap kurs rupiah dan inflasi," kata Bhima kepada Tribun, Rabu (24/8/2022).

Namun, Bhima mengingatkan bahwa kenaikan suku bunga juga perlu dicermati efeknya terhadap beban pembayaran bunga yang ditanggung masyarakat dan pelaku usaha.

"Cost of fund naik, ditambah harga BBM naik, maka konsumsi rumah tangga akan di rem. Imbasnya terjadi kontraksi pada pertumbuhan ekonomi," ujar Bhima.

Lebih lanjut Bhima mengatakan, langkah menaikkan suku bunga acuan juga menandakan kekhawatiran terhadap berakhirnya booming harga komoditas dan ini dapat memicu pelemahan devisa ekspor yang signifikan.

"Price reversal atau pembalikan arah harga komoditas saat ini cukup membahayakan stabilitas kurs rupiah. Terlebih dolar AS terus menguat. Dolar index naik menjadi 109 atau menguat 13,4 persen year to date. Dolar bisa mengamuk dan menekan kurs rupiah dalam jangka 3-6 bulan ke depan," katanya.

Baca juga: Dalam Rapat Paripurna DPR, Demokrat dan PKS Tolak Kenaikan Harga BBM

"Ini bukan kenaikan suku bunga yang pertama tahun ini, perlu bersiap suku bunga naik secara persisten hingga tahun depan," sambung Bhima.

Tahan Inflasi

Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, keputusan tersebut diambil berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 22-23 Agustus 2022.

"Rapat dewan gubernur Bank Indonesia pada tanggal 22 dan 23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen," ucap Perry dalam konferensi pers Bank Indonesia, Selasa (23/8/2022).

Baca juga: Harga Pertalite dan Solar Naik, Ekonom Prediksi Inflasi Akan Melonjak di Atas 7 Persen 

Ia melanjutkan, untuk Suku bunga Deposit Facility juga naik 25 basis poin menjadi 3 persen dan suku bunga Lending Facility naik 25 basis poin menjadi 4,5 persen.

Keputusan ini, kata Perry, merupakan upaya Bank Indonesia untuk memitigasi dampak inflasi imbas kenaikkan harga sejumlah komoditas, termasuk bahan bakar minyak, khususnya non-subsidi.

"Keputusan kenaikan suku bunga kebijakan tersebut sebagai langkah preventif untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak bbm non subsidi dan inflasi volatile food," papar Perry.

"Serta memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamental dengan masih tingginya tidak kepastian pasar keuangan global di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat," pungkasnya.

Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2022 mengalami inflasi sebesar 0,64 secara bulanan (month to month/mtm), meningkat dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,61 persen (mtm).

Kenaikan inflasi (mtm) tersebut terutama bersumber dari inflasi kelompok administered prices, di tengah inflasi inti yang terjaga rendah dan kelompok volatile food yang mulai menurun.

Jika ditilik lebih detail, secara tahunan, inflasi IHK Juli 2022 tercatat 4,94 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,3 persen (yoy).

Untuk keseluruhan tahun 2022, inflasi IHK diprakirakan lebih tinggi dari batas atas sasaran.

Lakukan Penghitungan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan terkait rencana pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yakni Pertalite dan solar.

Menurut Presiden keputusan menaikan harga BBM harus dilakukan secara hati-hati.

Baca juga: Ekonom Indef: Opsi Menaikkan Harga BBM Subsidi Lebih Tepat Secara Bertahap

“Ini menyangkut, ini menyangkut hajat hidup orang banyak jadi semuanya harus diputuskan secara hati hati,” kata Presiden di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Senin, (23/8/2022).

Mengenai rencana kenaikan harga BBM tersebut, Presiden pemerintah menterinya melakukan kalkulasi terlebih dahulu. Jangan sampai kenaikan BBM justru menurunkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan inflasi.

“Kalkulasi dampaknya. Jangan sampai dampaknya menurunkan daya beli rakyat, menurunkan konsumsi rumah tangganya, kemudian nanti yang harus dihitung juga menaikan inflasi yang tinggi. Kemudian bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi,” kata Presiden.

Oleh karena itu Presiden memerintahkan jajaranya untuk menghitung secara matang sebelum memutuskan menaikan harga BBM.

“Semuanya saya suruh menghitung betul-menghitung betul, sebelum diputuskan,” pungkasnya.

Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Investasi dan Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengumumkan kepastian kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, yaitu Pertalite dan Solar pada pekan depan (pekan ini).

Menurut Luhut, saat ini pemerintah tengah menghitung baik dan buruknya dari keputusan penyesuaian harga BBM Pertalite dan Solar tersebut.

Baca juga: Soal Isu Kenaikan Pertalite Jadi Rp 10.000 Per Liter, Ahok: Bisa Tanya ke Dirut Pertamina

Penyesuaian harga BBM memang pasti akan berdampak pada konsumsi masyarakat. Akan tetapi, karena sasaran BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar tersebut tidak tepat sasaran, anggaran yang dikeluarkan dari kantong APBN itu makin membengkak.

“Minggu depan presiden akan umumkan mengenai apa dan bagaimana kenaikan harga (BBM bersubsidi),” tutur Luhut dalam Kuliah Umum di Universitas Hasanuddin secara virtual, Jumat (19/8/2022).

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan