Masyarakat Berpotensi Beralih dari Ojol ke Kendaraan Pribadi Imbas Tarif Naik, Pakar: Lebih Hemat
Menurutnya, masyarakat yang biasa menggunakan ojol beranggapan akan lebih efisien menggunakan sepeda motor
Penulis:
Naufal Lanten
Editor:
Malvyandie Haryadi
Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Survei Polling Institute mengungkap bahwa para pengguna ojol akan beralih ke kendaraan pribadi serta mengkombinasikan antara ojek online dengan kendaraan pribadi untuk mobilitas.
Tercatat ada sebanyak 14 persen masyarakat yang memilih mengkombinasi antara ojol dengan kendaraan pribadi.
Sementara sebanyak 26,6 persen memilih beralih ke kendaraan pribadi.
Pakar Transportasi Publik Universitas Trisakti Yayat Supriyatna mewajarkan beralihnya publik dari penggunaan transportasi ojek online ke kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor.
Baca juga: Dampak Naiknya Tarif Ojol Menurut Ekonom: Lonjakkan Inflasi hingga Potensi Meningkatnya Kemiskinan
Menurutnya, masyarakat yang biasa menggunakan ojol beranggapan akan lebih efisien menggunakan sepeda motor setelah tarif ojol resmi mengalami kenaikan.
“Sekarang orang akan lebih banyak pindah ke sepeda motor. Motor-motor terbaru itu satu liternya ada yang 62 km. Ini luar biasa,” kata Yayat Supriyatna dalam Rilis Survei Nasional Polling Institute secara virtual, Minggu (11/9/2022).
“Jadi sekali lagi kalau survei tadi mengatakan bahwa kemungkinan besar orang akan pidah ke sepeda motor, benar,” ujarnya menambahkan.
Ia merinci, sepeda motor yang ada saat ini, setidaknya mampu menempuh 40 kilometer dengan konsumsi bahan bakar sebanyak 1 liter bensin.
Baca juga: Survei Polling Institute: Mayoritas Driver Ojol Setuju Tarif Naik tapi Lebih Pilih Banjir Order
Sementara itu, dengan menggunakan ojol atau bahkan angkutan umum, masyarakat perlu merogoh kocek lebih dalam.
Terlebih angkutan umum atau ojek online belum tentu bisa mengantar pengguna sampai langsung ke titik lokasi dan kembali ke rumahnya.
Sedangkan kendaraan pribadi, lanjut dia, dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan publik.
Dengan asumsi BBM jenis Pertalite yang Rp10.000 per liternya dan masyarakat dengan mobilitas 5 hingga 10 km per hari, maka akan lebih efisien menggunakan sepeda motor.
“Kalau Rp10 ribu itu bisa dua sampai empat hari. Kalau mereka yang naik angkot, Rp10-20 ribu dia cuma satu hari,” kata Yayat.
“Jadi orang memperbandingkan uang Rp10.000 itu bisa berapa hari,” sambung dia.
"Karena kekuatan sepeda motor ada pada super hematnya itu dalam konteks penggunaan energi dengan jarak yang ditempuh.”
Motor Bekas Berpotensi Makin Diminati Publik
Lebih lanjut Yayat mengatakan dengan kecenderungan semakin banyaknya masyarakat menggunakan kendaraan pribadi, maka kendaraan bekas berpotensi semakin diminati masyarakat.
“Jadi di sinilah potensi peralihan. Kecenderungannya kemungkinan besar motor-motor seken (bekas, red) itu akan laku kembali, motor-motor yang super hemat ini akan naik lagi,” ujarnya.
Ia beranggapan hal itu dapat terjadi mengingat masyarakat akan menekan pengeluaran setelah harga BBM resmi naik, disusul penyesuaian tarif ojol dan angkutan umum.
“Jadi kekuatan angka itu dengan capaian liternya itu yang kemungkinan besar, penyebab jarak tempuh dekat tapi mahal naik angkot dan ojol kemungkinan besar akan membuat orang akan berpindah karena penghematan yang luar biasa,” tuturnya.