Minggu, 7 September 2025

Ingat! Mengimpor Minyak Dari Rusia Risikonya Besar, Pemerintah Mau Menanggung Akibatnya?

Sebagai gantinya, Vladimir Putin mengalihkan pasar migasnya ke negara-negara Asia dengan harga yang jauh lebih murah.

Editor: Hendra Gunawan
Natalia KOLESNIKOVA / AFP
Pemandangan menunjukkan kilang minyak Moskow milik produsen minyak Rusia Gazprom Neft di pinggiran tenggara Moskow. 

TRIBUNNEWS.COM -- Pasca invasi Rusia ke Ukraina, negara-negara Uni Eropa mulai kehilangan pasokan migas dari Rusia dan saat ini negeri Beruang Merah tersebut telah menghentikan saluran minyaknya ke daratan Eropa.

Sebagai gantinya, Vladimir Putin mengalihkan pasar migasnya ke negara-negara Asia dengan harga yang jauh lebih murah.

Karenanya, Indonesia saat ini pun mempertimbangkan untuk mengimpor minyak Rusia, mengingat harga minyak dunia sedang mahal dan Indonesia juga butuh pasokan lebih banyak.

Sebelumnya, China dan India sudah lebih dulu membeli minyak mentah Rusia dengan harga diskon tersebut.

Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi menyebutkan ada banyak dampak negatif jika pemerintah ngotot beli minyak Rusia.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun, Dibayangi Ketegangan Pasar Akibat Lockdown China

Mulai dari, Indonesia akan dituduh membiayai perang Rusia, hingga besarnya biaya risiko yang timbul.

“Kan baru mempertimbangkan, belum memutuskan, kalau diputuskan, berarti ini adalah keputusan yang bodoh. Karena, diluar itu ada beberapa biaya yang nantinya akan terjadi, seperti biaya angkut, risiko, hingga tuduhan membiayai perang Rusia,” kata Fahmi kepada Kompas.com, Selasa (13/9/2022).

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempertimbangkan untuk membeli minyak mentah asal Rusia.

Pertimbangan ini diambil karena Moskow menawarkan diskon besar-besaran, dimana harganya jauh lebih murah dibandingkan harga di pasar minyak international.

"Semua opsi selalu kami pantau. Kalau ada negara dan mereka memberikan harga yang lebih baik, tentu saja. Ada kewajiban bagi pemerintah untuk mencari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan energi rakyatnya," kata Presiden Joko Widodo kepada Financial Times, Senin (12/9/2022).

Fahmi merinci, biaya yang dibebankan tersebut mencakup biaya angkut yang lebih mahal karena lokasinya yang lebih jauh.

Kemudian, ada risiko akan dihadang oleh aktifis Greenpeace, seperti yang sempat terjadi pada April 2022 lalu, dimana sejumlah aktivis Greenpeace menghadang kapal tanker Pertamina International Shipping bernama Pertamina Prime.

“Biaya-biaya risiko seperti ini, merupakan risikonya.

Belum lagi, diplomatic cost dimana AS yang munkin saja akan melarang ekspor komoditasnya ke Indonesia, yang juga akan mendorong kerugian negara.

Baca juga: Update Harga Minyak Goreng Terbaru, Sabtu 10 September 2022: SunCo, Sania, hingga Fortune

Jadi, meskipun ada diskon 30 persen, belum tentu itu bisa dinikmati semua, karena biaya-biaya tadi,” ujarnya.

Jangan buru-buru beli minyak mentah Rusia

Fahmy juga mengungkapkan, dengan membeli minyak mentah Rusia, belum tentu akan menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Karena, bisa saja minyak Rusia tidak sesuai dengan kilang minyak yang ada di RI. Ia mencontohkan impor minyak perusahaan migas Angola, Sonangol EP di tahun 2014.

Menurut Fahmy, minyak Rusia belum tentu sesuai dengan syarat kilang minyak di Indonesia, seperti halnya minyak Angola.

Jika dipaksakan maka kilang minyak di RI harus melakukan penyesuaian, yang mana hal ini akan memakan biaya ekstra.

Baca juga: Promo Hari Ini Alfamart dan Indomaret, Sabtu 10 September 2022: Minyak Goreng, Detergent, Susu Bayi

“Minyak Rusia belum tentu sesuai dengan kilang minyak di Indonesia. Dulu pernah beli minyak dari Angola karena harganya juga murah.

Tapi tidak bisa dipakai di kilang Indonesia karena harus melakukan penyesuaian, jatuhnya harga lebih mahal. Mungkin minyak Rusia juga seperti itu,” lanjut dia.

Fahmi mengimbau agar pemerintah Indonesia tidak terburu-buru memutuskan untuk membeli minyak mentah Rusia.

Selain tidak menjamin diskon harga bisa menurunkan harga BBM, ada juga biaya yang tidak kecil yang timbul sebagai dampaknya.
Harga Diskon

Rusia memiliki strategi tersendiri untuk menjual produk minyaknya. Salah satunya dengan menawarkan minyak mentah dengan harga diskon.

Strategi itu berhasil menarik pembeli dari Asia. Terbukti, sejumlah negara di Asia beralih ke Rusia untuk mendapatkan minyak mentah dengan harga diskon di tengah harga energi global yang masih tinggi.

Hal ini terjadi ketika negara-negara Barat berusaha mengurangi ketergantungan mereka pada energi Rusia.

Baca juga: Dua Faktor Ini Jadi Pendorong Kenaikan Harga Minyak Dunia

Lantas, negara mana saja yang berburu minyak Rusia? India diketahui semakin banyak membeli minyak mentah Rusia, dan data pengapalan terbaru menunjukkan China juga makin banyak membeli minyak dari negara pimpinan Vladimir Putin tersebut.

India dan China kini justru menjadi pembeli terbesar minyak Rusia. Bahkan, kedua negara Asia itu membeli lebih 50 persen dari semua kuota ekspor minyak lintas laut Rusia.

Pada Maret 2022 saja, jumlah impor minyak gabungan China-India dari Rusia melampaui jumlah impor ke 27 negara anggota Uni Eropa.

Jenis minyak Rusia yang dibeli India dikenal sebagai Ural, yakni minyak mentah campuran yang biasa diekspor ke Eropa.

Baca juga: Harga Minyak Goreng Terbaru Kamis, 8 September 2022: Fortune, Tropical hingga Bimoli

Jumlahnya meningkat tajam pada awal tahun ini. India mengimpor pula jenis minyak mentah Rusia yang disebut East Siberia Pasific Ocean (ESPO). Jumlahnya juga naik drastis, berdasarkan informasi dari data pengiriman kapal.

Sementara itu, China telah membeli Ural dan ESPO dalam jumlah besar sejak Maret. Pada awal Juli, China dilaporkan telah membeli jumlah terbesar selama dua bulan berturut-turut.

Sementara itu, Sri Lanka yang sedang menghadapi krisis ekonomi parah, memanfaatkan harga diskon dengan meminta tiga kali pengiriman minyak mentah dari Rusia.

Kemudian, rezim militer Myanmar baru-baru ini mengatakan mereka juga akan mulai mengimpor minyak mentah dari Rusia.

Sebaliknya, Jepang telah menyatakan bakal menghentikan impor dari Rusia secara bertahap. Impor minyak mentah Rusia ke Korea Selatan juga turun. (Kompas.com/Kiki Safitri/Aprillia Ika/Kontan)

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan