Jumat, 5 September 2025

Relokasi di Pulau Rempang

Luhut Berharap Perusahaan China Tak Cabut Investasi Usai Terjadi Bentrokan di Pulau Rempang

Perusahaan Xinyi Group asal China akan berinvestasi di Pulau Rempang dengan nilai investasi mencapai 11,5 miliar dolar AS.

Endrapta Pramudiaz/Tribunnews.com
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan permasalahan di Pulau Rempang sudah clear atau telah tuntas. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan berharap perusahaan China yang akan berinvestasi di Rempang Eco City tak mencabut investasinya menyusul bentrok yang terjadi di kawasan tersebut.

Diketahui, perusahaan Xinyi Group asal China akan berinvestasi di Pulau Rempang dengan nilai investasi mencapai 11,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp172 triliun.

Luhut tak ingin bentrok di Rempang membuat Xinyi mencabut investasinya dan pindah ke Malaysia.

Baca juga: Fakta-fakta Kunjungan Bahlil di Pulau Rempang hingga Klaim Luhut Sudah Clear Soal Pembebasan Lahan

"Ya kita harapkan janganlah. Dulu kan kekonyolan kita (membuat investor, red) lari ke tempat lain," katanya ketika ditemui di Hotel Pullman Central Park, Jakarta Barat, Selasa (19/9/2023).

Luhut mengatakan, jika sekiranya ada kesalahan yang mengakibatkan bentrok di Pulau Rempang, seharusnya dijadikan bahan introspeksi diri.

"Jadi kita sendiri juga harus introspeksi apa yang salah. Kita tidak boleh malu-malu. Kalau kita salah ya kita perbaiki," ujarnya.

Adapun menurut Luhut, kondisi di Rempang usai bentrok sudah mulai mereda.

Ia mengatakan, bentrok yang kemarin terjadi karena pendekatan yang dilakukan pemerintah kurang pas.

"Selama saya yang menangani, banyak pembebasan tanah, tidak ada masalah," kata Luhut.

Ia menyebut sejatinya warga Rempang setuju untuk direlokasi. Namun, harus diindentifikasi dulu bentuk kompensasi apa yang diinginkan warga.

"Harusnya kita identifikasi. Rakyat tuh pada umumnya mau, tidak ada masalah. Karena kalau mereka direlokasi, ada yang mau dikasih rumah dengan pekerjaan, sekolah, dan sebagainya. Ada juga yang mau uang saja, cash," ujar Luhut.

"Kemudian yang provokator pasti ada itu. Pasti dipisahkan (antara yang provokator dan bukan, red). Saya kira tidak ada masalah sebenarnya," lanjutnya.

Sebagai informasi, beberapa hari lalu terjadi kekerasan yang dilakukan oleh aparat gabungan yang terdiri dari Polisi Republik Indonesia (Polri), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Ditpam Badan Pengusahaan, dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) terhadap Warga Pulau Rempang di Jembatan 4 Barelang, Kota Batam, Kepulauan Riau.

Tragedi Rempang muncul akibat aktivitas pematokan tanah sebagai bagian dari proyek Rempang Eco-city.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan