Jumat, 3 Oktober 2025

Harga Beras Melonjak

Hati-hati Ada Ancaman Defisit Beras hingga Akhir 2023, Harga Bakal Makin Melambung

El Nino menyebabkan kemarau panjang yang kemudian mengganggu panen maupun produksi beras di Indonesia.

Warta Kota/Yulianto
Pekerja sedang membongkar muatan beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur. El Nino menyebabkan kemarau panjang yang kemudian mengganggu panen maupun produksi beras di Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM, - Pemerintah diingatkan untuk mewaspadai adanya potensi kekurangan atau defisit produksi beras nasional pada kuartal IV 2023.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar menjelaskan, defisit beras dapat terjadi karena adanya penurunan luas panen dan produksi seiring fenomena El Nino.

El Nino menyebabkan kemarau panjang yang kemudian mengganggu panen maupun produksi beras di Indonesia.

Baca juga: BPS: Harga Beras, Gula dan Cabai Rawit Cenderung Naik, Perlu Perhatian Khusus

"Bahkan sebenarnya dari Agustus 2023 sudah terlihat. Sehingga, akan ada defisit beras hingga Desember 2023," tutur Amalia dalam konferensi pers, Senin (16/10/2023).

Dari hasil perhitungan BPS dengan metode Kerangka Sampel Area (KSA), potensi defisit beras pada Oktober 2023 sebesar 0,50 juta ton beras.

Defisit produksi beras akan makin melebar pada November 2023 menjadi 0,95 juta ton beras dan pada Desember 2023 diyakini akan terjadi defisit produksi hingga 1,45 juta ton beras.

Meski demikian, di sepanjang tahun 2023, hasil KSA Padi menunjukkan tetap adanya potensi surplus sebanyak 0,28 juta ton beras.

Namun, surplus ini lebih rendah bila dibandingkan dengan surplus produksi beras pada sepanjang tahun 2022 yang sebesar 1,34 juta ton beras.

Amalia menegaskan, estimasi surplus dan produksi beras ini merupakan selisih antara perkiraan propduksi dan konsumsi setiap bulannya.

Estimasi surplus maupun defisit beras ini tdiak termasuk stok maupun suplai beras impor pada periode yang dihitung.

"Ditegaskan lagi, bahwa ini adalah hasil selisih antara produksi domestik, dengan konsumsi domestik," kata Amalia.

Harga Beras akan Terus Naik

Amalia mengungkapkan tren peningkatan harga beras telah terjadi sejak lama.

Berdasarkan catatannya, terdapat sekitar 280 kabupaten/kota yang mengalami peningkatan harga beras.

Diketahui, mengutip data per September 2023, harga beras di tingkat konsumen secara bulanan (month to month/mtm) mengalami peningkatan 5,61 persen.

Rata-rata harga beras di tingkat eceran pada Agustus 2023 senilai Rp13.058 per kilogram, sedangkan pada September 2023 naik menjadi Rp13.799 per kilogram.

Inflasi beras secara bulan ke bulan merupakan tertinggi sejak Februari 2018.

Bahkan, jika dilihat secara tahun ke tahun alias year on year (yoy) inflasi harga beras meroket sangat tinggi yakni 18,44 persen.

"Mengenai perkembangan harga beras dimana harga beras mengalami peningkatan terus. Yang jelas harga beras dalam tren terus meningkat, kemudian rata-rata harga beras mengalami disparitas yang semakin tinggi dimana paling tinggi adalah Papua," ucap Amalia.

"Mungkin untuk minggu ini ada infromasi bahwa ada 3 kodmoitas yang jadi perhatian yakni gula pasir, beras, dan cabai rawit," pungkasnya.

Secara terpisah, pengamat ekonomi Gunawan Benjamin mengatakan meski harga beras saat ini terpantau mulai stabil, namun ancaman kenaikannya masih begitu terasa.

Hal tersebut lantaran harga gabah di tingkat petani saat musim panen yang baru saja usai di bulan kemarin, masih tergolong mahal yaitu dikisaran angka Rp 5.800 hingga Rp 6.300 per kilogram untuk gabah kering panen.

"Jadi sekalipun memasuki musim panen, harga gabah masih 20 persen lebih mahal dari HPP yaitu Rp 5 ribu per kilogram dan harga beras medium wajar berada dikisaran Rp 12 ribu hingga Rp 13 ribu per kilogram. Jadi sebuah keniscayaan dalam jangka pendek harga beras bisa ditekan untuk mengimbangi harga beras SPHP," tuturnya

Kemudian, dikatakan Gunawan, hal yang patut dikhawatirkan adalah intensifikasi lahan sawah sebagai bentuk pemaksaan, dan memunculkan potensi resistensi petani.

Sawah yang ditanami padi secara terus menerus tanpa jeda, justru dapat membuat produktifitas tanaman padi menurun.

"Pada prakteknya, banyak petani yang memanfaatkan sawahnya untuk bercocok tanam dengan masa 3 kali panen. Namun disaat sudah dua kali panen tanaman padi, petani banyak yang mengganti tanamannya ke tanaman lain, umumnya kacang hijau atau kedelai. Hal tersebut dilakukan untuk menyuburkan tanah, memutus siklus serangan hama, dan mengurangi ketergantungan pupuk kimia pada tanaman padi selanjutnya," jelas Gunawan

Ketiga, biaya produksi yang diakibatkan oleh mahalnya harga pupuk, alokasi pupuk bersubsidi yang berkurang, kenaikan harga pestisida ditambah dengan gangguan cuaca el nino yang masih terjadi akan memicu harga beras kembali melonjak.

"Sehingga sulit buat kita untuk menggenjot produksi tanaman padi dalam waktu dekat. Pemerintah bisa melakukan upaya untuk menghitung ekspektasi produksi. Dan rencana pemerintah yang mengimpor beras dari China menunjukan ada kekhawatiran bahwa pasokan padi belum akan pulih dalam waktu dekat," sebutnya

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Gunawan dengan petani di Sumut, banyak petani yang pesimis bahwa panen akan mampu lebih tinggi dari sebelumnya pada musim panen mendatang yaitu Januari hingga Februari.

"Karena sawah memasuki musim tanam kedua untuk padi di bulan oktober ini. Produksi gabah sejumlah petani yang di observasi diproyeksi baru akan meningkat tajam pada musim panen semester 2 tahun depan," pungkasnya.

Harga Beras di Atas HET

Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (Disperindag), harga rata-rata beras jenis medium quality di Sumatera Utara berada di kisaran Rp 13.422 per kilogram, atau turun sekitar 0.12 persen dari harga sebelumnya.

Namun meski mengalami penurunan, harga beras medium tersebut masih berada di atas harga eceran tertinggi (HET) yaitu sebesar Rp 11.500 per kilogram.

Baca juga: Update Harga Pangan 16 Oktober: Beras Premium Naik Jadi Rp15.950, Beras Medium Dibanderol Rp14.600

"Hari ini harga beras medium mengalami penurunan harga sebesar 0.12 persen jika dibandingkan dengan harga akhir pekan kemarin, namun harga ini masih 16.1 persen di atas HET," ujar Kasi Pengendalian Barang Pokok Harga dan Promosi Disperindag Sumut, Iskandar Zulkarnaen dikutip dari Tribun Medan.

Tetapi jika dibandingkan dengan harga pekan lalu, dikatakan Iskandar, harga beras saat ini mengalami kenaikan sebesar 0.2 persen.

"Jika dibandingkan dengan harga pekan lalu yaitu sebesar Rp 13.399 per kilogram, harga beras di minggu II Oktober ada kenaikan sebesar 0.2 persen," katanya.

Selain Sumatera Utara, harga beras di atas HET juga terjadi di Sulawesi Selatan.

Harga beras di Sulsel naik pada kisaran Rp1.000 sampai Rp2.000 dari HET.

"Cukup bervariasi, ya. Intinya sekitar Rp 1.000 sampai Rp 2.000 dari harga eceran yang ada," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Sulsel Muh Arsjad.

Meski ada kenaikan, stok beras di Sulsel dipastikan terjamin, di mana ketersediaan beras bisa mencakup kebutuhan sampai Desember 2023.

"Dari sisi stok, untuk Sulawesi Selatan, kita cukup terpenuhi. Dari sisi neraca pangan kita, kita sampai bulan Desember itu cukup aman," jelas Muh Arsjad.

"Alhamdulillah sekarang Bulog, dari sisi ketersediaan sudah mencukupi untuk Sulsel," sambungnya.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved