Kamis, 21 Agustus 2025

Tekan Impor Energi, Pemerintahan Prabowo-Gibran Diminta Optimalkan Gas Bumi di Dalam Negeri

Nilai impor LPG pada periode 2019-2023 mencapai Rp 288 triliun, sementara total subsidi gas pada periode yang sama mencapai Rp 373 triliun.

dok. PHE
Ilustrasi. Nilai impor LPG pada periode 2019-2023 mencapai Rp 288 triliun, sementara total subsidi gas pada periode yang sama mencapai Rp 373 triliun. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka kedepan diminta melakukan terobosan dalam menekan impor LPG (elpiji).

Berdasarkan data dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), subsidi gas sejak 2019 hingga tahun ini mencapai Rp 460 triliun.

Nilai impor LPG pada periode 2019-2023 mencapai Rp 288 triliun, sementara total subsidi gas pada periode yang sama mencapai Rp 373 triliun. Artinya, 77 persen dari subsidi LPG digunakan untuk mengimpor LPG.

Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, besarnya subsidi energi, khususnya LPG akan menjadi beban bagi pemerintahan baru.

Baca juga: Hitungan Prabowo: 5 Tahun ke Depan Indonesia Akan Ekspor Pangan untuk Dunia, Tak Lagi Impor Energi

Menurutnya, pemerintahan Prabowo perlu mengoptimalkan sumber daya alam domestik, seperti gas bumi yang produksinya masih sangat besar di Indonesia.

“Kami kira upaya melakukan diversifikasi sumber energi menjadi penting untuk dilakukan oleh pemerintahan yang baru nanti, terutama dalam upaya mencapai target penurunan emisi gas buang dalam beberapa tahun mendatang dan juga dalam upaya mengurangi subsidi yang relatif besar,” ujar Yusuf dikutip dari Kontan, Rabu (4/9/2024).

Yusuf menilai gas bumi akan semakin memiliki peran strategis bagi pemenuhan energi nasional di masa depan.

Selain berperan sebagai energi transisi menuju net zero emission pada 2060, gas bumi juga merupakan sumber daya yang paling banyak ditemukan di Indonesia saat ini.

“Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki cadangan gas terbesar di dunia,” tambahnya.

Salah satu aset strategis yang harus segera dioptimalkan oleh pemerintahan baru adalah perluasan jaringan gas bumi untuk rumah tangga (Jargas).

Dengan memanfaatkan jaringan gas kota, pemerintah dapat mengurangi subsidi yang selama ini besar dialokasikan untuk impor LPG.

“Di sisi lain, optimalisasi gas bumi tidak hanya bisa dilakukan melalui pemasangan jaringan gas tetapi juga dengan mendorong perusahaan BUMN seperti PLN untuk menggunakan energi gas sebagai sumber pembangkit di luar batubara,” lanjut Yusuf.

Dengan demikian, penggunaan gas oleh PLN dapat menjaga daya saing harga gas nasional dan mengurangi penggunaan batubara yang dianggap kurang ramah lingkungan.

“Potensi gas bumi yang besar akan sangat disayangkan jika tidak digunakan untuk berbagai aktivitas ekonomi yang bisa mendorong pembangunan, termasuk pembangunan industri dalam jangka menengah hingga panjang,” imbuhnya.

Inisiatif ini sejalan dengan upaya Kementerian ESDM untuk memaksimalkan pemanfaatan Jargas.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan