Selasa, 9 September 2025

Bank Indonesia Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Sebesar 25 Basis Poin, Ekonom Beberkan Faktornya

Inflasi tetap terkendali per April 2025, tercatat sebesar 1,95 persen secara year-on-year (yoy), berada dalam kisaran target Bank Indonesia.

dok. Kompas/Priyombodo
SUKU BUNGA ACUAN - Suku bunga BI Rate akan turun 25 basis poin saat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia hari ini, Rabu (21/5/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Chief Economist Permata Bank Josua Pardede memproyeksikan, suku bunga BI Rate akan turun 25 basis poin saat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia hari ini, Rabu (21/5/2025).

"Kami memperkirakan bahwa Bank Indonesia (BI) akan mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga acuan (BI-rate) sebesar 25 bps pada Rapat Dewan Gubernur BI bulan Mei 2025 menjadi 5,50 persen," kata Josua dalam keterangannya, Rabu.

Josua bilang, bahwa perkiraan ini didukung oleh kombinasi faktor domestik dan eksternal. Di sisi domestik, inflasi tetap terkendali per April 2025, tercatat sebesar 1,95 persen secara year-on-year (yoy), berada dalam kisaran target Bank Indonesia sebesar 1,5 persen hingga 3,5 persen. 

Baca juga: Ekonom Bank Mandiri Proyeksi BI Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Sebesar 0,25 Persen

Menurutnya, hal tersebut memberikan ruang yang cukup untuk kebijakan moneter yang lebih akomodatif. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2025 melambat menjadi 4,87 persen year-on-year.

"Sehingga memerlukan pelonggaran moneter untuk mendukung permintaan agregat," tutur dia. 

Sedangkan secara eksternal, kondisi global yang membaik semakin memperkuat argumen untuk kebijakan yang lebih ekspansif. Ketahanan sektor eksternal Indonesia tercermin dari surplus perdagangan yang terus berlanjut, dengan surplus 1Q25 naik menjadi 10,92 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dari 7,41 miliar dolar AS pada 1Q24. Hal tersebut menunjukkan bahwa neraca transaksi berjalan tetap berada dalam posisi relatif stabil. 

"Sentimen global juga menunjukkan tren peningkatan, didukung oleh pelonggaran ketegangan perdagangan.  Titik balik penting adalah hasil pembicaraan perdagangan AS-China baru-baru ini, yang mengarah pada pencabutan tarif balasan secara mutual, dari tingkat di atas 100 persen menjadi 30 persen dan 10 persen masing-masing, untuk periode sementara 90 hari," papar dia. 

Selain itu, data inflasi AS, baik dari sisi penawaran/supply maupun permintaan, menunjukkan tren penurunan, memperkuat argumen bagi The Fed untuk memulai pemangkasan suku bunga kebijakan FFR. Hal ini memicu sentimen risk-on di pasar keuangan global, mendorong aliran modal masuk ke pasar emerging markets, termasuk Indonesia.

Aliran modal asing di pasar keuangan domestik terefleksi dari penguatan nilai tukar Rupiah sebesar 0,98 persen mtd per 16 Mei 2025, membawa nilai tukar di bawah Rp 16.500 per dolar AS. 

"Ke depannya, jika ketidakpastian global terus mereda dan kondisi eksternal membaik lebih lanjut, kami memperkirakan adanya pergeseran strategis dalam sikap kebijakan BI, dari orientasi pro-stabilitas saat ini menuju kerangka kerja yang lebih pro-pertumbuhan," ucap dia. 

"Akibatnya, kami melihat ruang untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) lagi pada sisa tahun 2025, yang berpotensi menurunkan suku bunga BI menjadi 5,25 persen," imbuhnya menegaskan.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan