Rabu, 24 September 2025

Limbah Ternak Sapi di Blora Jateng Diubah Menjadi Sumber Peningkatan Ekonomi Masyarakat

Program Bumi Kartini fokus pada pemberdayaan perempuan berbasis lingkungan, di mana saat ini sudah memiliki 879 anggota

Editor: Sanusi
HO
LIMBAH KOTORAN SAPI - Fasilitas pengolahan pupuk kompos Rumah Pupuk Limbah Aji Bumi Kartini milik BUMDes Desa Ngampel, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, yang mengolah limbah ternak sapi menjadi pupuk organik untuk dimanfaatkan di lahan pertanian milik Bumi Kartini dan dijual ke daerah lain. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program Bumi Kartini (Buah Manis Karya Wanita Tani) yang dijalankan PT Semen Gresik, anak usaha PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Desa Ngampel, Blora, Jawa Tengah.

SMGR merupakan perusahaan BUMN klaster infrastruktur yang tercatat di PT Bursa Efek Indonesia, dengan 51 persen saham dimiliki Pemerintah Indonesia.

Program Bumi Kartini fokus pada pemberdayaan perempuan berbasis lingkungan, di mana saat ini sudah memiliki 879 anggota.

Baca juga: Tekan Dampak Negatif, BUMN Sektor Tambang Jalankan Praktik Pertambangan Hijau

Program tersebut berfokus pada tiga kegiatan utama yaitu gerakan bercocok tanam di pekarangan rumah dan pengelolaan limbah sapi menjadi pupuk organik, serta pendirian bank sampah bekerja sama dengan BUMDes dan PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) setempat.

Koordinator Bumi Kartini yang juga Ketua PKK Desa Ngampel, Nikmatus Zahroatin, mengatakan, dulu sebagian masyarakat masih terbiasa membuang sampah dan limbah kotoran sapi ke Anak Sungai Lusi, Ngampel, sehingga airnya tidak layak digunakan.

"Di sini banyak warga yang ternak sapi. Kotorannya dibuang ke Anak Sungai Lusi dan saluran air. Ini membuat air tercemar, menimbulkan bau dan gas metana. Setelah berkoordinasi dengan PT Semen Gresik, BUMDes dan Posyantek, kotoran dan urin sapi yang terkumpul dapat diolah menjadi pupuk kompos dan biourin yang lebih ramah lingkungan,” ujar Nikmatus dikutip Kamis (24/7/2025).

Nikmatus menjelaskan, pupuk kompos dan biourin yang diolah dari kotoran sapi itu digunakan untuk menyuburkan tanaman warga dan dijual ke daerah lain.

Pupuk kompos jenis pupuk organik yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik seperti sisa tanaman, daun kering, limbah dapur, dan kotoran hewan oleh mikroorganisme.

Sedangkan biourin merupakan pupuk organik cair yang dibuat dari urin ternak, terutama sapi, melalui proses fermentasi dengan tambahan bahan hayati seperti molase, mikroba, dan empon-empon (kunyit, jahe, kencur).

Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni mengatakan, dengan penerapan prinsip ekonomi sirkular,  pada 2024, Bumi Kartini mencatatkan capaian penurunan timbulan limbah kotoran sapi sebanyak 98,2 ton dan mencegah emisi gas metana sebanyak 1,64 ton setara karbondiokisda (CO2 eq) per tahun.

Pada aspek ekonomi, Bumi Kartini meningkatkan pendapatan rata-rata anggota kelompoknya mencapai Rp6.480.000 per tahun, dan menambah pendapatan anggota kelompok ternak hingga Rp4.800.000 per tahun.

"Program Bumi Kartini terbukti berhasil mengatasi masalah sosial dan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Ngampel karena dikembangkan dengan prinsip pemberdayaan untuk penyelesaian masalah," ujar Vita.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan