Jumat, 15 Agustus 2025

Pasar Cyber Security RI Tembus Rp 100 Triliun Tahun 2032, Solusi Efisien Jadi Incaran

Permintaan akan solusi keamanan siber di Indonesia terus melonjak seiring maraknya serangan digital dan kebutuhan perlindungan data

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sanusi
HO
KEAMANAN SIBER - Permintaan akan solusi keamanan siber di Indonesia terus melonjak seiring maraknya serangan digital dan kebutuhan perlindungan data yang semakin kompleks. Untuk inilah PT Synnex Metrodata Indonesia dan Sangfor Technologies menyediakan solusi cyber security yang inovatif dan efisien untuk berbagai industri yang ditandai penandatangan kerjasama 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Permintaan akan solusi keamanan siber di Indonesia terus melonjak seiring maraknya serangan digital dan kebutuhan perlindungan data yang semakin kompleks. 

Lie Heng, Direktur PT Synnex Metrodata Indonesia mengatakan, berdasarkan studi GMI Research, pasar cyber security di Indonesia tumbuh rata-rata 28 persen per tahun hingga 2024, dengan nilai mencapai 1,4 miliar dolar AS atau Rp21,7 triliun.

"Angka ini diproyeksikan menembus  6,5 miliar dolar AS (Rp100 Triliun) pada 2032, membuka peluang besar bagi penyedia solusi teknologi," kata Lie Heng dalam keterangannya di sela-sela  penandatangan kerjasama PT Synnex Metrodata Indonesia (SMI)  dengan Sangfor Technologies belum lama ini.

Baca juga: PT CMNP Gugat Hary Tanoe Rp119 Triliun di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Melalui kerja sama ini, SMI akan menjadi distributor resmi Sangfor di Indonesia, menghadirkan rangkaian solusi yang dirancang untuk memperkuat keamanan digital sekaligus efisien dari sisi biaya.

Dikatakan Lie Heng, selain tantangan siber yang kian meningkat di Indonesia seperti ransomware, malware, serta kompleksitas security operation, market cyber security, regulasi keamanan di berbagai sektor.

Juga trend AI yang rentan terhadap ancaman keamanan, faktor utama lainnya yang mendorong kemitraan ini adalah ketidakpuasan pelanggan yang meluas terhadap biaya teknologi virtualisasi yang ada.

"Banyak perusahaan di Indonesia menghadapi tantangan dengan biaya kepemilikan total (TCO) yang tinggi dari platform virtualisasi tradisional, yang menciptakan peluang pasar yang signifikan untuk solusi alternatif," katanya.

Terkait progran kemitraan dengan Sangfor, Lie Heng mengatakan, akan berfokus pada empat segmen industri utama yang mengalami kecepatan transformasi digital.

Baca juga: Saatnya Talenta Sains Indonesia Bersinar di Dunia Technopreneurship

"Yakni sektor pemerintahan dalam memfasilitasi layanan pemerintah digital yang aman dan memenuhi persyaratan kepatuhan yang ketat serta kedaulatan data, kemudian  sektor ritel dalam mendukung pertumbuhan e-commerce dan transformasi digital," katanya.

Kemudian sektor jasa keuangan dan asuransi dalam melindungi dari ancaman siber keuangan yang canggih, serta sektor manufaktur dalam melindungi hak kekayaan intelektual dan rahasia dagang serta memastikan keamanan teknologi operasional.

“Kemitraan ini lebih dari sekadar perjanjian distribusi – ini adalah komitmen untuk mengubah lanskap keamanan siber Indonesia,” kata Grayson Xia dari Sangfor Technologies.

"Kerja sama ini sejalan dengan inisiatif digitalisasi nasional Indonesia dan mendukung tujuan negara untuk menjadi pusat keamanan siber regional. Seiring dengan terus berkembangnya ancaman siber dan percepatan transformasi digital, kemitraan ini menempatkan kedua perusahaan di garis depan pertumbuhan pasar keamanan siber Indonesia,' kata Grayson.

Diketahui cyber security (keamanan siber) adalah bidang yang fokus pada perlindungan sistem, jaringan, perangkat, dan data dari ancaman digital seperti peretasan (hacking), malware, pencurian data, atau serangan siber lainnya yang bertujuan menjaga kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan informasi.

Secara sederhana, cyber security itu seperti “satpam” di dunia digital — menjaga supaya informasi dan sistem tetap aman dari orang atau program yang tidak berhak mengaksesnya.

Beberapa aspek penting dalam cyber security: Network Security – Mengamankan jaringan komputer dari akses tidak sah; application Security – Melindungi aplikasi dari celah keamanan.

Kemudian Information Security yakni menjaga data agar tetap rahasia dan tidak rusak; operational security yakni mengatur cara data diakses, disimpan, dan dibagikan dan disaster recovery &business continuity yakni menyiapkan rencana jika terjadi serangan atau bencana digital.

Sementara PT Synnex Metrodata Indonesia (SMI) merupakan perusahaan hasil joint venture antara PT Metrodata Elektronik Tbk (induk dari PT Metrodata E-Bisnis) dan Synnex Technology International Corp. (melalui King's Eye Investments Ltd., British Virgin Islands) pada tahun 2011 (kemudian resmi berdiri sebagai SMI di awal 2012).

Metrodata Elektronik Tbk, didirikan tahun 1983 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 1990, kemudian membentuk unit distribusi bernama PT Metrodata E-Bisnis pada 23 Mei 2000. Pada 2011, dilakukan joint venture antara Metrodata E-Bisnis dan Synnex, membentuk SMI yang aktif sejak 2012.

Sangfor Technologies adalah perusahaan global bergerak di bidang keamanan siber (cybersecurity), komputasi awan (cloud computing), dan infrastruktur TI.

Sejak berdiri pada tahun 2000, Sangfor telah berkembang pesat dan kini melayani lebih dari 100.000 pelanggan di seluruh dunia, termasuk perusahaan Fortune Global 500, institusi pemerintah, universitas, serta lembaga kesehatan.

Perusahaan mempekerjakan lebih dari 8.000 karyawan dan memiliki lebih dari 70 cabang di berbagai negara seperti Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Italia, Turki, dan Arab Saudi.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan