Jumat, 29 Agustus 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Industri Mi Instan Nasional Diramal Makin Menggeliat Usai Gandum AS Masuk ke RI Bebas Tarif

Indonesia memang tidak memproduksi gandum karena faktor iklim tropis yang tidak sesuai untuk tanaman tersebut. 

World Grain
PEMBELIAN GANDUM AS - Adanya kesepakatan membeli gandum Amerika senilai US$500 juta maka hal ini sebuah kesepakatan strategis mengingat gandum merupakan bahan baku vital dalam produksi mi instan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembelian gandum dari Amerika Serikat senilai US$500 juta setelah adanya kepesepakatan tarif resiprokal, disebut akan berdampak signifikan terhadap industri pangan nasional, khususnya pada produk mi instan.

Diketahui, Indonesia dikenakan tarif impor 19 persen terhadap produknya yang masuk ke Amerika. 

Sedangkan, negeri Pamam Sam bebas tarif atau 0 persen barangnya masuk ke Indonesia.

Hasil kesepakatan RI dan Amerika tersebut menjadi sorotan media internasional, sebab awalnya Indonesia dikenakan tarif 32 persen.

Baca juga: Indonesia Negosiasi Turunkan Tarif Dagang ke AS Lewat Impor Gandum dan Beli Pesawat Boeing

Dalam laporan Firstpost di kanal YouTube-nya, adanya kesepakatan membeli gandum Amerika senilai US$500 juta, sebuah kesepakatan strategis mengingat gandum merupakan bahan baku vital dalam produksi mi instan.

“Kami melihat bahwa harapannya tidak hanya untuk konsumsi domestik, tetapi juga agar produk olahan ini dapat diekspor ke luar negeri. Kita tahu bahwa produk mi instan kita sudah berorientasi ekspor dari segi kualitas, dan dengan biaya input yang jauh lebih rendah, gandum menjadi lebih murah," jelas Andry Satrio, Pengamat Ekonomi Indef dalam laporan itu, dikutip Tribunnews, Kamis (21/8/2025).

"Namun, kami berharap industri juga akan diuntungkan, terutama karena industri makanan dan minuman belum kembali ke tingkat pra-pandemi, di mana pertumbuhannya berada di angka dua digit. Kami berharap dengan biaya input yang lebih rendah untuk produk akhir, produk olahan berbahan dasar tepung gandum ini akan lebih kompetitif di pasar global dan internasional,” lanjutnya.

Ia menyampaikan, Indonesia memang tidak memproduksi gandum karena faktor iklim tropis yang tidak sesuai untuk tanaman tersebut. 

Seluruh kebutuhan gandum nasional harus diimpor, dan AS selama ini menjadi salah satu pemasok utama. 

Dengan adanya pemangkasan tarif ini, biaya input produksi pangan olahan, khususnya mi instan, diproyeksikan akan turun secara signifikan.

Kebijakan ini tidak hanya menguntungkan industri dalam negeri melalui penurunan biaya produksi, tetapi juga membuka jalan lebih lebar bagi produk-produk Indonesia untuk menembus pasar global. 

Media Firstpost pun menilai langkah ini sebagai kemenangan diplomasi ekonomi Indonesia yang mampu menjadikan produk lokal seperti Indomie lebih kompetitif di pasar internasional.

Berlaku 7 Agustus 2025

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, penerapan tarif resiprokal perdagangan Amerika Serikat (AS) sebesar 19 persen untuk Indonesia, mulai berlaku 7 Agustus 2025.

Menurut Airlangga, tarif resiprokal Indonesia sudah final di angka 19 persen. 

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan