Rabu, 10 September 2025

Virus Corona

Anies Ungkap Data Pasien Corona Beda dari Pemerintah, Najwa: Tak Koordinasi atau Ada yang Ditutupi?

Anies Baswedan sebut pasien corona meninggal di Jakarta 15 sedangkan pemerintah pusat 12. Najwa Shihab langsung potong.

Penulis: Ifa Nabila
Editor: Daryono
Chaerul Umam/Tribunnews.com
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. 

TRIBUNNEWS.COM - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan data pasien virus corona di Jakarta berbeda dari yang disampaikan pemerintah pusat.

Pembawa acara Mata Najwa, Najwa Shihab, langsung memotong pembicaraan dan bertanya-tanya apakah perbedaan ini semata karena kurang koordinasi atau ada pihak yang menutupi data.

Dilansir Tribunnews.com, data tersebut diungkap Anies dalam teleconference unggahan YouTube Najwa Shihab, Rabu (18/3/2020).

Awalnya, Anies menjelaskan jumlah orang dalam pemantauan (ODP) serta pasien dalam pengawasan (PDP) yang ada di Jakarta.

Baca: UPDATE Virus Corona 19 Maret 2020 di DKI Jakarta: Kematian Jadi 17 Orang

Pada akhir Februari 2020, tercatat 115 ODP yang pada 18 Maret 2020 sudah melonjak menjadi 862

"Pada tanggal 29 Februari ketika saya pertama kali menyampaikan bahwa di Jakarta ada orang dalam pemantauan dan pasien dalam pengawasan," ujar Anies.

"Angka kita waktu itu 115 orang kemudian hari ini sudah menjadi 862 orang (dalam pemantauan)," sambungnya.

Sementara itu jumlah PDP dari 32 menjadi 374, serta pasien positif ada 160 orang, dan 15 dinyatakan meninggal dunia.

Dengan demikian, tingkat kematian di Jakarta cukup tinggi.

"Kalau yang positif yang sekarang pasien, dari 32 ada 374 pasien, dan angka kematian di Jakarta ini cukup tinggi, dari total saat ini ada 160 orang positif, kita memiliki angka 15 orang yang meninggal dunia," terang Anies.

"Jadi 9,4 persen," imbuhnya.

Baca: Ditanya Najwa Shihab Soal Antrean di Halte Transjakarta, Anies: Sebelumnya Juga Padat di Dalam

Baca: Penularan Corona Makin Mencemaskan, Anies Baswedan: Tak Lagi dari Orang Asing, Antara Kita Sendiri

"Dan ini bukan situasi yang mengenakkan, tetapi kita semua di Jakarta mencoba melakukan semua langkah yang kita bisa kerjakan," kata Anies.

Di tengah penjelasannya, Anies langsung dipotong oleh Najwa yang mendapati perbedaan data Anies dengan pemerintah pusat.

Anies menyebut pasien meninggal dunia di Jakarta ada 15 orang, sementara pemerintah pusat menyebut 12 orang.

"Mas Anies, maaf saya harus potong, karena saya ingin mengklarifikasi. Karena angka yang kami peroleh dari konferensi pers tadi yang meninggal di Jakarta 12 orang," kata Najwa.

"Anda katakan malam ini di Mata Najwa sesungguhnya yang meninggal 15 bukan 12?" tanya Najwa.

Anies menyebut pihaknya sudah memberi laporan terbaru kepada pemerintah pusat.

"Iya, betul, yang meninggal per hari ini adalah 15. Dan itu tadi, sore datanya kita kirim ke Kementerian Kesehatan kita sampaikan," jawab Anies.

"12 itu hari Senin, dan pada hari Senin saya sendiri mengirimkan surat kepada Kepala BNPB dengan tembusan kepada Kementerian Kesehatan."

"Laporan tertulis tentang kasus yang dialami di Jakarta, di situ angkanya 12. Hari ini sudah menjadi 15, artinya 9,4 persen," jelasnya.

Baca: Penularan Corona Makin Mencemaskan, Anies Baswedan: Tak Lagi dari Orang Asing, Antara Kita Sendiri

Tak hanya itu, jumlah pasien yang positif pun beda antara yang disampaikan Anies dengan pemerintah pusat.

Najwa pun bertanya-tanya perbedaan ini disebabkan kurang koordinasi atau memang ada pihak yang menutupi.

"Tadi versi pemerintah pusat yang positif 125, sementara Anda katakan yang positif lebih banyak dari itu, 160-an, jadi apakah perbedaan data ini hanya tidak koordinasi atau ada yang menutupi data?" ujar Najwa.

"Saya tahu Anda tidak akan mau menjawab itu tapi saya hanya ingin pemirsa tahu bahwa saat ini ada perbedaan data dari yang diumumkan pemerintah pusat, yang menyebutkan DKI yang meninggal hanya 12, sementara tadi Anda sebutkan yang meninggal 15," tuturnya.

Berikut video lengkapnya:

Anies khawatirkan cepatnya penularan corona

Anies mengaku lebih mengkhawatirkan soal cepatnya penularan virus corona, bukan seberapa mematikan virus tersebut.

Pasalnya, pihak kesehatan menyebut peluang kematian dari virus corona memang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kecelakaan dan penyakit kanker.

Anies kemudian menyinggung soal kesiapan Indonesia dalam menghadapi Covid-19 dengan penularan yang begitu cepat itu.

Dilansir Tribunnews.com, hal ini diungkapkan Anies dalam tayangan YouTube Indonesia Lawyers Club, Selasa (17/3/2020).

Anies menjelaskan beberapa fase yang ia tempuh untuk menghindari penyebaran virus corona di Jakarta, di antaranya fase III di mana mulai melibatkan publik.

Ia mengingatkan bahwa seharusnya masyarakat bukan fokus pada betapa mematikan dampak corona, melainkan betapa cepat penyebarannya.

"Pada fase ini kita harus membangun kesadaran publik bahwa masalah yang kita hadapi bukan sekadar soal penyakitnya," ujar Anies.

Anies menyebut peluang kematian karena corna rendah jika dibandingkan kecelakaan hingga penyakit kanker.

"Kalau soal penyakitnya saja, kita semua tahu, teman-teman dari dokter menceritakan case fatality rate-nya 3-4 persen," kata Anies.

"Artinya kalau dari 100 kasus, maka yang mungkin meninggal 3-4 orang," sambungnya.

Baca: Viral Sosok Dokter Handoko yang Tangani Corona, Pasien Ini Cerita Nyawanya Diselamatkan sang Dokter

Baca: Soleh Solihun Sindir Tweet Ari Untung soal Corona, Desta: Jangan Ditanggepin, Ikutan Ngaco Ntar

Yang dikhawatirkan oleh Anies adalah kurangnya kesadaran masyarakat soal penularan corona.

"Yang unik dari persoalan ini adalah dia terjadi serempak, karena masalahnya penyebarannya, penularannya," ungkap Anies.

Anies mengibaratkan jika kasus di Indonesia sama seperti di China dengan korban ratusan ribu, maka kesiapan fasilitas kesehatan dipertanyakan.

"Jadi ini dari sisi public policy, bila kasus ini berkembang, bukan nanti yang meninggal sedikit, tapi bila seperti di Wuhan, ada 10.000 orang mendadak sakit," ujar Anies.

"Bahkan di Tiongkok bisa lebih dari 100.000 orang mendadak sakit, pertanyaannya, mau dirawat di mana?" tuturnya,

"Jumlah tenaga kesehatannya bagaimana? Jumlah rumah sakitnya ada tidak?"

Selain mempertanyakan fasilitas kesehatan, Anies juga membeberkan dampak penularan corona yang serempak ini.

"Tapi persoalannya ketika serempak, orang sakit bersama-sama, apa yang terjadi, maka produktivitas anjlok, kegiatan perekonomian turun, belajar mengajar turun," terangnya.

Berikut video lengkapnya:

(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan