Virus Corona
Mengenal APD yang Digunakan Dokter dan Perawat untuk Mengurangi Risiko Tertular Pasien Virus Corona
Mengenal APD yang Digunakan Dokter dan Perawat untuk Mengurangi Resiko Tertular Pasien Virus Corona
Penulis:
Anugerah Tesa Aulia
Editor:
Wulan Kurnia Putri
TRIBUNNEWS.COM - Alat Pelindung Diri atau APD adalah bagian dari perawatan kesehatan sehari-hari dan sangat penting bagi perawat dan dokter.
Penggunaan APD biasanya untuk meminimalkan risiko terkontaminasi antara pasien dengan dokter maupun perawat.
APD bagi perawat dan dokter sangat diperlukan terutama seperti saat ini ketika wabah corona telah meluas di Indonesia.
Apa Fungsi APD?
Dikutip dari nursingtimes.net, fungsi APD digunakan untuk menggurangi beberapa risiko berikut:
1. Risiko penularan mikro-organisme ke pasien atau perawat
2. Risiko kontaminasi pada pakaian atau kulit profesional kesehatan oleh darah atau cairan tubuh pasien atau aerosol atau tetesan pernapasan.
Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi yang dikutip dari who.int.
1. Menjaga kebersihan tangan
2. Menjaga kebersihan peralatan perlindungan pribadi
3. Menjaga kebersihan bahan-bahan pengelolaan limbah.
Peralatan Pelindung terdiri dari pakaian yang ditempatkan untuk melindungi pekerja perawatan kesehatan atau orang lain agar terinfeksi.
Tindakan pencegahan dengan menggunakan APD standar:
1. Sarung tangan
2. Masker
3. Pakaian khusus
Baca: Terima 40 Ribu Pakaian APD, Pemprov DKI Langsung Distribusikan ke Puskesmas dan RS Rujukan
Baca: BNPB Sebut 100 Ribu APD Disalurkan ke Wilayah Skala Prioritas
Jika menangani pasien dengan penyakit yang ditularkan melalui udara, maka diperlukan beberapa alat tambahan:
1. Perlindungan wajah
2. Kacamata
3. Masker
4. Baju pelindung
5. Penutup kepala
6. Sepatu bot karet.
Dikutip dari Surya.co.id, Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat mendefinisikan baju APD disebut sebagai baju hazmat.
Biasanya pakaian ini digunakan sebagai "pakaian keseluruhan yang untuk melindungi orang dari bahan atau zat berbahaya, termasuk bahan kimia, agen biologi, atau bahan radioaktif."
Secara umum, baju hazmat dapat memberikan perlindungan dari:
1. Bahan kimia berbahaya
Baju hazmat bisa menjadi pelindung yang tepat dari bahan kima berbahaya seperti teflon, PVC atau karet berat dan Tyvek
2. Bahaya nuklir
Baju hazmat mampu melindungi pemakainya dari radiasi nuklir, tetapi yang lebih penting dengan mencegah kontak langsung dengan atau menghirup partikel radioaktif atau gas
3. Bahaya biologis
Baju hazmat juga mampu jadi pelindung dari zat-zat biologis berbahaya sepeti virus dan bakteri.
4. Kebakaran / suhu tinggi
Baju hazmat ini biasanya dikombinasi dengan bahan isolasi dan reflektif yang mengurangi efek panas api
Setelan hazmat umumnya mencakup pasokan udara bernafas untuk menyediakan udara bersih dan tidak tercemar bagi pemakainya.
Dalam penggunaan laboratorium, udara bersih dapat disuplai melalui selang yang terpasang.
Udara ini biasanya dipompa ke dalam setelan dengan tekanan positif sehubungan dengan lingkungan sebagai tindakan perlindungan tambahan terhadap masuknya zat berbahaya ke dalam setelan yang berpotensi pecah atau bocor.
Bekerja sambil mengenakan setelan hazmat sangat berat, karena cenderung kurang fleksibel daripada pakaian kerja konvensional.
Oleh karena itu, penggunaan biasanya terbatas pada durasi pendek hingga 2 jam, tergantung pada kesulitan pekerjaan.
Baca: 40 Ribu APD Tiba di Balaikota DKI Dini Hari, Anies: Siap Melindungi Tenaga Medis di Jakarta
Baca: Muncul Keluhan APD Langka, Presiden Jokowi: 180 Negara Rebutan
Di Amerika, pakaian pelindung Hazmat diklasifikasikan sebagai Level A, B, C, atau D, berdasarkan tingkat perlindungan yang mereka berikan.
- Level A
Tingkat perlindungan tertinggi terhadap uap, gas, kabut, dan partikel adalah Level A, yang terdiri dari bahan kimia yang sepenuhnya berkapsul masuk dengan alat bantu pernapasan SCBA.
- Level B
Perlindungan Level B membutuhkan pakaian (termasuk SCBA) yang memberikan perlindungan terhadap percikan dari bahan kimia berbahaya.
Karena alat bantu pernapasan terkadang dikenakan di bagian luar, perlindungan Level B tidak melindungi dari uap.
- Level C
Level mirip seperti level B tapi memiliki tingkat perlindungan pernapasan lebih rendah.
- Level D
Perlindungan Level D tidak melindungi anggota kru dari paparan bahan kimia.
(Tribunnews.com/Anugerah Tesa/Surya.co.id/Putra Dewangga Candra Seta)