Minggu, 5 Oktober 2025

Virus Corona

Kisah Tukang Potong Rambut di Tengah Pandemi Corona: Belum di-Lockdown aja Pelanggan Sudah Sepi

Seorang pemotong rambut atau barber di sebuah Barbershop yang berada di Kota Depok mengeluhkan sepinya pelanggan, padahal wilayahnya tidak di-lockdown

Penulis: Yulis
Editor: Dewi Agustina
WARTA KOTA/WARTA KOTA/Nur Icshan
JALAN LENGANG - Suasana Jalan protokol, salah satu jalan protokol di Kota Tangerang, terlihat lengang dari kendaraan, Senin (30/3/2020). Kondisi jalan yang sepi diduga karena warga memilih tinggal di rumah sesuai himbauan pemerintah, ketimbang pergi keluar namun terancam wabah Covid-19. WARTA KOTA/Nur Icshan 

TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - 'Kalau di-lockdown, nanti enggak ada pelanggan yang datang lagi ya? Begini saja sudah sepi banget pelanggan yang potong rambut ke sini."

Begitulah keluh kesah seorang pemotong rambut atau barber di sebuah Barbershop yang berada di Kota Depok.

Sebut saja namanya Ardi, 24 tahun, warga Bogor yang sudah beberapa tahun ini mengadu nasib ke Depok dengan bekerja menjadi barber di sebuah Barbershop.

Saat Tribunnews.com masuk ke barbershop yang berada di sebuah Ruko berukuran sekitar 3 x 12 meter berlantai dua, suasana terlihat sepi.

Yang terlihat hanya dua orang sedang duduk di beranda ruko sambil menunggu pelanggan datang.

Pintu Ruko dibiarkan terbuka lebar. Dua kursi dan seperangkat peralatan potong rambut, tempat cuci rambut tak terlihat difungsikan.

"Baru saja kami semprot disinfektan, biar engggak ada corona nya, mas. Makanya pintu dibuka dulu," ujar Ardi yang mengaku masih single itu.

Gerakannya cekatan ketika memasang ulang masker di wajahnya agar lebih rapat.

"Setiap hari saya pakai masker dan berulang kali cuci tangan pakai hand sanitizer," ujarnya ceria mendapati pelanggan di awal pekan ini.

Baca: Alasan Anies Baswedan Pertahankan 5 Sektor Ini Jika Karantina Wilayah Dikabulkan Jokowi

Baca: Surat Edaran Pemkot Ambon, Warga Diimbau Berjemur di Bawah Sinar Matahari Mulai Besok Pagi

Sambil memasang handuk pelapis di leher dan jas plastik pelindung tubuh pelanggan, Ardi mengisahkan, ia kini hanya seorang diri bertugas di barbershop tersebut.

"Rekan saya sudah mudik ke Garut. Pelanggannya sepi banget nih. Daripada di sini kenapa-kenapa dan memang tidak ada pelanggan, ia pilih pulang kampung," ujarnya.

Salah seorang rekannya yang bertugas sebagai kasir juga membenarkan kondisi barbershop yang ia kelola sangat sepi pelanggan.

"Sepi bener ini mas," ujarnya dengan mulut-hidung tertutup masker.

Ardi mengisahkan, dua pekan sebelum pemerintah mengumumkan anak sekolah diliburkan dan karyawan diminta bekerja dari rumah, barbershop-nya masih ramai.

Di hari biasa, rata-rata pelanggannya sekitar 20 orang setiap hari.

Saat weeekend, Sabtu-Minggu atau tanggal merah, pelanggannya yang memotong rambut bisa mencapai 40 orang.

Baca: ‎Masih Belum Lengkap, Jaksa Penuntut Kembalikan Berkas Tiga Tersangka Kasus Jiwasraya

Baca: Surat Edaran Pemkot Ambon, Warga Diimbau Berjemur di Bawah Sinar Matahari Mulai Besok Pagi

"Sekarang ini paling sehari cuma 4 sampai 5 orang. Hari Minggu lalu rekor, bisa tujuh orang yang datang ke sini," ujarnya.

Biaya potong rambut di barbershop tersebut Rp 40 ribu sudah termasuk cuci rambut dan pemakaian hair tonic.

Sebagai pekerja, Ardi mengaku digaji harian sebesar Rp 150 ribu per hari.

"Nggak tahu kalau makin sepi pelanggannya," ujarnya.

Ardi juga tahu istilah lockdown. Menurutnya, lockdown itu artinya warga tidak boleh ke luar rumah.

"Kalau jadi di lockdown, pelanggan enggak boleh datang ke barbershop dong. Terus gimana nasib saya," lanjutnya.

Bekerja di tengah ancaman virus corona sebenarnya juga membuat nyali Ardi juga ciut.

Namun karena kebutuhan hidup, maka ia tetap bekerja meski harus bersentuhan secara langsung dengan pelanggan yang dipotong rambutnya.

Baca: Kota Salatiga Kini Berstatus Tanggap Darurat Setelah Salah Satu Warganya Positif Covid-19

Baca: Komisi III DPR Rapat Virtual dengan Kapolri Bahas Penanganan Virus Corona

Oleh karena itu, ia selalu memakai masker, rajin mencuci tangan dengan hand sanitizer serta minimal sehari sekali menyemprot ruangan kerjanya dengan disinfektan.

"Takut sih terkena Corona. Tapi saya harus bekerja," ujarnya.

Ardi pun mematuhi imbauan pemerintah untuk berdiam diri di rumah.

Makanya, ia tak pernah ke luar dari ruko tempat bekerja sekaligus tempat tinggalnya.

Ia pun juga memilih memasak sendiri untuk menghindari kerumunan orang di warung tempat makan.

Di Barbershop tempat bekerjanya, hampir setiap hari selalu didatangi petugas untuk mengecek prosedur kebersihan pencegahan Corona.

Ardi mengisahkan, rekan-rekannya sesama profesi barber sudah banyak yang memilih pulang kampung.

Tribunnews yang sempat kesulitan mencari tempat potong rambut yang masih buka di kawasan Depok.

Sebagian besar tempat usaha potong rambut sudah tutup, karena karyawannnya memilih mudik.

"Sepertinya pada takut kena Corona. Makanya banyak yang sudah tutup," ujar Ardi.

Ardi berharap, kondisi seperti ini segera berlalu.

Terlebih, saat ini menjelang masuk bulan Ramadan dan kemudian Lebaran.

"Kalau kondisi terus seperti ini sampai Lebaran, kami enggak tahu bagaimana nanti Lebarannya," ujarnya pasrah. (Tribunnews/Yulis)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved