Virus Corona
Kematian di Amerika Serikat akibat Corona Tembus 10 Ribu, Lampaui Rekor Korban 6 Perang oleh AS
Jumlah kematian di Amerika Serikat akibat corona telah melampaui rekor korban enam perang oleh AS. Hingga Senin (6/4/2020), 10 ribu orang meninggal.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Senin (6/4/2020), warga Amerika Serikat diimbau agar tidak putus asa menghadapi jumlah kematian Covid-19 yang sudah mencapai 10.000 ini.
Sudah beberapa hari terakhir ini, AS menjadi negara dengan jumlah kasus corona terbanyak di dunia.
Dilansir CNA, bahkan kini jumlah kematiannya sudah melampaui 10.000, berada di posisi ketiga setelah Italia dan Spanyol.
Baca: Update Corona Global 7 April 2020: Kasus Baru di Amerika Meningkat 26.504 Pasien, Total 363.177
Baca: Mata Merah Pertanda Gejala Corona, Peneliti Amerika Sebut Bisa jadi Sumber Infeksi Covid-19
Sementara itu, menurut Worldometers pada Selasa (7/4/2020), kini total infeksi corona di AS mencapai 367.650.
Ada 10.943 warga AS yang meninggal dunia, hampir 11.000.
Namun kabar baiknya angka kesembuhan masih unggul yakni sebanyak 19.810.
Tingginya angka kematian dan infeksi, membuat AS harus menghadapi kemungkinan terpuruknya perekonomian.
Fakta lainnya, jumlah mortalitas ini juga memecah rekor korban jiwa dari Amerika Serikat selama ini.
Mengutip USA Today, data Departemen Urusan Veteran AS mengungkapkan selama enam perang yang berbeda, AS hanya mengantongi 9.961 korban jiwa.
Pejabat AS sendiri berulang kali menyamakan wabah virus corona dengan perjuangan militer.
Angkatan bersenjata dikerahkan untuk membantu menghentikan penyebaran virus asal China ini.
Pemerintah AS Peringatkan Masyarakat Agar Bersiap
Awal minggu ini, pemerintah bahkan sudah memperingatkan masyarakat agar bersiap menghadapi periode terburuk krisis Covid-19.
Baca: Ciri dan Gejala Corona (Covid-19): Demam, Batuk hingga Semburat Kebiruan di Bibir
Baca: Indonesia Darurat Corona, Komnas HAM Minta Rencana Pengesahaan RKUHP Ditunda
Lantaran AS belum mencapai puncak wabah.
Sementara itu Universitas John Hopkins mengatakan AS telah mengonfirmasi lebih dari 368.000 kasus corona.
Sedangkan kematiannya hampir mencapai angka 11.000.
Meski AS dihadapkan pada prediksi dan fakta yang pahit, setidaknya ada sedikit harapan di pusat pandemi corona, New York.
Gubernur New York, Andrew Cuomo, pada Senin (6/4/2020) lalu mengklaim kurva kematian sudah berangsur rata dalam dua hari.
Negara bagian ini pada Senin lalu melaporkan 599 kematian baru, hampir setara dengan penambahan 594 pada Minggu dan ada penurunan cukup banyak dari angka 630 pada Sabtu-nya.
Kendati demikian, Cuomo tetap menutup sekolah dan bisnis tidak penting selama tiga minggu ke depan.
"Sekarang bukan waktunya longgar," katanya.
Menurutnya, landainya perkembangan kematian ini masih belum bisa dipastikan.
"Ini penuh harapan tetapi juga tidak meyakinkan," kata Cuomo.
Sehingga dia tidak ingin mengambil tindakan yang salah bila melonggarkan pembatasan terlalu cepat.
"Jika kurva berubah, itu karena tingkat infeksi turun. Jika tingkat infeksi turun, itu karena jarak sosial bekerja," tambahnya.

Pandemi corona atau Covid-19 setidaknya telah membunuh 74.816 orang di dunia sejak akhir Desember 2019 silam.
Sementara itu jumlah kasus melampaui 1 juta dan kini totalnya 1.349.660.
Namun jumlah pasien sembuh juga banyak, yakni sebesar 286.664.
Pemerintah AS memperingatkan akan ada 100.000 hingga 240.000 korban jiwa di negara Paman Sam ini.
Prediksi angka yang besar ini bahkan bisa terjadi pada skenario penerapan jarak sosial atau social distancing yang ketat.
Sembilan negara bagian masih belum memerintahkan penutupan total.
Hal ini tak pelak membuat para pakar kesehatan frustrasi.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)