Virus Corona
Semua Orang Bisa Melawan Virus Covid-19: 'Panik dan Rasa Cemas akan Membuat Kita Mudah Terpapar'
Diperlukan sebuah gerakan yang menciptakan rasa optimis di masyarakat, dalam memerangi pandemi virus corona.
Editor:
Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada dua poin penting dalam melawan virus Covid-19, yaitu masalah medis dan psikologis.
Faktor medis ditangani dokter, tapi faktor psikologis bisa ditangani oleh semua pihak, termasuk di level RW dan RT dan seluruh anggota masyarakat, dengan cara membangkitkan rasa optimis.
Hal tersebut disampaikan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo, dalam konferensi pers usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait Laporan Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Senin (6/4/2020).
"Kalau masalah psikologis bisa kita jaga, maka imunitas bangsa kita akan kuat. Dan dengan imunitas tubuh yang bagus akan membuat masyarakat menjadi lebih kuat menghadapi virus Covid-19 ini," kata Doni.
Sehingga, kata Doni, diperlukan sebuah gerakan yang menciptakan rasa optimis di masyarakat, dalam memerangi pandemi virus corona.
Baca: Pesan Mulyono, Pengemudi Ojol yang Ditipu Penumpang, Jangan Diapa-apakan, Jangan Dihakimi. . .
Untuk membangkitkan rasa optimis, kata Doni, dirinya telah meminta Presiden Jokowi agar setiap hari pemerintah menyampaikan narasi positif untuk menumbuhkan rasa optimis masyarakat.
"Ini menjadi prioritas kita, bahkan instrumen ini bisa di tingkat paling rendah, yaitu desa, RT, RW, digerakkan semua. Maka kita mampu menurunkan jumlah masyarakat yang terpapar," ujar Doni.
Doni menyebut, gerakan menumbuhkan rasa optimis sangat penting, karena jika melihat negara maju dengan seluruh fasilitas kesehatan dan dokter nomor satu, tidak mampu mencegah kematian maupun penuluran virus corona.
Doni juga mengakui masih rendahnya kesadaran masyarakat menerapkan imbauan physical distancing untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Karena itu, ia berharap pelibatan tokoh masyarakat untuk menegakkan imbauan physical distancing kepada warga.
Ia menilai peran dari ketua RT atau RW lebih efektif ketimbang tindakan represif dari aparat keamanan.
"Tentunya pelibatan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat. Di semua lapisan termasuk ke tingkat paling rendah RT/RW. Masyarakat hari ini akan patuh kepada Ketua RT dan Ketua RW manakala mau turun tangan," kata Doni Monardo.
Baca: BREAKING NEWS: Aktor Korea Selatan So Ji Sub Resmi Nikahi Cho Eun Jung
Doni menambahkan, Ketua RT kenal betul warganya, tahu betul satu sama lain. Sehingga ketika tidak ada yang tidak mau menurut dengan Ketua RT, nanti izin-izin yang berhubungan administrasi tidak dikasih oleh Ketua RT.
Terkait faktor psikologis, Doni kemudian mencontohkan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang terbebas dari virus corona setelah membesuk Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, yang belum dinyatakan positif covid-19.
"Ketika tahu Pak Menhub positif corona, Pak Basuki tidak panik, tetapi makan yang bergizi, olahraga yang teratur, istirahat cukup," ujar Doni.
Doni berkeyakinan, jika Basuki saat itu panik, mungkin saja bisa langsung tepapar virus corona dari hasil pertemuan dengan Budi Karya.
"Panik, rasa cemas dan kekhawatiran akan membuat imunitas turun dan membuat kita mudah terpapar," ucapnya.
Ia juga menekankan agar masyarakat memaruhi saran dokter serta pemerintah untuk mengisolasi diri, terutama mengikuti arahan-arahan, panduan-panduan apa yang harus dilakukan selama pandemi virus corona ini.
"Seperti halnya harus memakan makanan yang bergizi, cukup istirahat, pikirannya tidak boleh kalut, tidak boleh panik, hati harus gembira, harus optimis," ucapnya.
Baca: Cegah Penyebaran Virus Corona, Pemerintah Sarankan 4 Kelompok yang Harus Lakukan Isolasi Mandiri
Tuda-Muda Dipisah
Langkah lain, kata Doni, sangat penting sekali memisahkan kelompok muda dengan kelompok rentan.
"Pentingnya kita untuk melakukan pemisahan kelompok rentan artinya usia lanjut. Di berbagai negara sebagian besar yang rentan itu yang berusia di atas 60 tahun, demikian juga kelompok rentan lainnya yakni yang memiliki penyakit penyerta," katanya.
Untuk itu menurutnya dibutuhkan kesadaran dari kelompok muda untuk tidak berdekatan dengan kelompok rentan.
Karena kelompok muda berpotensi menjadi pembawa virus (carrier) yang dapat menularkan kepada kelompok rentan.

"Kita sehat tetapi sebenarnya kita tidak tahu apakah status kita positif atau negatif. Ketika status kita positif, kita tidak mampu mengontrol diri, maka kita bisa menjadi pembawa maut bagi saudara kita yang lain," katanya.
Menurutnya, pemberitahuan atau imbauan agar kelompok muda tidak berdekatan dengan kelompok rentan tersebut harus menjadi prioritas. Menjaga jarak dilakukan bukan hanya di tempat publik melainkan juga di dalam rumah.
"Pemberitahuan untuk tidak mendekatkan diri kepada keluarga kita yang berusia lanjut harus menjadi prioritas, bukan hanya di area publik tapi juga di dalam rumah untuk tetap memperhatikan masalah physical distancing," ujar dia.
Baca: Jadi Wagub DKI, Harta Terbanyak Riza Patria Berupa Tanah dan Bangunan Senilai Rp 17,2 Miliar
Wajib Pakai Masker
Sementara itu, Presiden Jokowi meminta jajarannya untuk mempercepat pengadaan serta distribusi masker ke masyarakat. Presiden Ingin semua warga yang beraktivitas di luar mengenakan masker.
"Saya minta juga penyiapan masker sekarang ini betul-betul disiapkan dan diberikan kepada masyarakat. Karena kita ingin setiap warga yang harus keluar rumah itu wajib memakai masker," kata Presiden dalam rapat terbatas Laporan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona, melalui jarak jauh, Senin (6/4/2020).

Hal itu menurut Presiden sesuai dengan anjuran WHO bahwa warga yang Keluar rumah harus mengenakan masker.
Di awal, katanya, WHO menyampaikan bahwa yang memakai masker itu hanya yang sakit, yang sehat tidak perlu. Sekarang semua yang ke luar rumah harus pakai masker.
Presiden juga menginstruksikan kepada Doni Monardo agar mempercepat pengadaan serta distribusi alat pelindung diri (APD) ke rumah sakit-rumah sakit.
Distribusi tersebut menurut Presiden harus betul-betul diawasi.
Baca: Kehilangan Pekerjaan Sejak Pandemi Corona, Penyandang Disabilitas Butuh Bantuan
"Kita sudah mendistribusikan misalnya ke sebuah provinsi di daerah tetapi di daerah itu juga harus diawasi, dilihat betul apakah sudah didistribusikan ke rumah sakit," katanya.
Perkembangan kasus pasien terinfeksi virus Corona (Covid-19) di Indonesia belum mengalami perubahan sejak Minggu (5/4/2020) hingga Senin (6/4/2020).
Seperti yang telah diinformasikan oleh Worldometers.info pada Senin (6/42020) tentang perubahan kasus Covid-19 di seluruh dunia, Indonesia masih belum mengalami perubahan kasus baik menurun atau pun meningkat.
Kasus Covid-19 di Indonesia seperti Worldometers infokan memiliki 2.273 pasien yang dinyatakan positif.
Kemudian, diinformasikan juga ada 164 pasien yang telah dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Namun, kabar tak baiknya, 198 pasien Covid-19 dinyatakan telah meninggal dunia. (tim/tribunnetwork/cep)