Virus Corona
AC Ternyata Bisa Bantu Sebarkan Virus Corona? Simak Hasil Penelitiannya
Sebuah studi penelitian mengungkapkan bahwa pendingin ruangan atau Air Conditioner (AC) membantu penyebaran virus corona.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah studi penelitian mengungkapkan bahwa pendingin ruangan atau Air Conditioner (AC) membantu penyebaran virus corona.
Studi itu mengambil sampel 10 kasus Covid-19 dari tiga keluarga yang makan di satu restoran yang sama di China Selatan.
Hasilnya mengatakan, pendingin ruangan ambil peran dalam mentransmisikan droplet atau tetesan sebagai perantara virus dari satu ke lainnya.
"Aliran udara yang kuat dari AC bisa merambatkan tetesan," jelas laporan penelitian itu dikutip dari SCMP.
Baca: Jika Corona Berlalu, Luhut Optimis Turis dari China, Korsel, dan Jepang Akan Masuk Indonesia
Baca: Penelitian Awal Ini Ungkap Kematian Corona di Negara yang Wajibkan Vaksin Tuberkulosis Lebih Sedikit
Temuan ini didasarkan pada tingkat infeksi di Kota Guangzhou di penghujung Januari silam.
Kata penelitiannya, penularan melalui tetesan saja tidak dapat menjelaskan timbulnya infeksi.
Studi itu juga merekomendasikan agar restoran menambah ruang yang lega antar meja tamu.
Selain itu juga memperbanyak ventilasi untuk memperlancar sirkulasi udara dan mengurangi resiko infeksi.
Sebelumnya penelitian ini dipimpin oleh Jianyun Lu dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Guangzhou.
Penelitian ini terungkap dalam artikel yang dirilis lebih awal untuk Emerging Infectious Diseases edisi Juli.
Jurnal ini bisa diakses secara umum dan diterbitkan oleh Centers for Disease Control and Prevention, Amerika Serikat.
Sejatinya, penelitian pada beberapa keluarga ini banyak membantu membuka mata terhadap transmisi virus corona.

Pasien pertama dari 10 kasus yang diteliti di Guangzhou ini adalah seseorang yang baru kembali dari Wuhan pada 23 Januari lalu.
Sehari setelahnya, orang itu makan siang bersama dengan tiga anggota keluarganya di restoran tertutup dengan AC di setiap lantainya.
Dua keluarga lain duduk di meja sebelahnya dengan jarak antara satu meter dan waktu makan sekitar satu jam, ungkap laporan itu.
Pasien pertama mengalami demam dan batuk pada hari itu dan pergi ke rumah sakit.
Dalam dua minggu, empat anggota keluarga pasien pertama, tiga anggota keluarga kedua, dan dua dari keluarga ketiga sakit Covid-19.
Setelah penyelidikan yang rinci, ditemukan bahwa satu-satunya sumber paparan yang diketahui untuk keluarga kedua dan ketiga adalah pasien pertama di restoran itu.
"Dari pemeriksaan kami terhadap rute potensial penularan, kami menyimpulkan bahwa penyebab paling mungkin dari wabah ini adalah penularan droplet," kata laporan itu.
"Kami menyimpulkan bahwa dalam wabah ini, transmisi tetesan didorong oleh ventilasi ber-AC. Faktor kunci untuk infeksi adalah arah aliran udara."

Dikatakan 73 pelanggan lain yang makan di lantai yang sama diidentifikasi memiliki kontak dekat dengan pasien pertama.
Tetapi mereka tidak memiliki gejala Covid-19 selama 14 hari karantina dan hasil swab negatif.
Para staf restoran juga tidak ada yang terinfeksi.
Enam sampel smear dari restoran ber-AC dan inlet semua negatif nukleotida, jelas penelitian itu.
"Temuan ini kurang konsisten dengan transmisi aerosol," kata laporan itu.
"Namun, aerosol cenderung mengikuti aliran udara, dan konsentrasi aerosol yang lebih rendah pada jarak yang lebih jauh mungkin tidak cukup untuk menyebabkan infeksi di bagian lain restoran."
"Untuk mencegah penyebaran virus di restoran, kami sarankan untuk meningkatkan jarak antara meja dan meningkatkan ventilasi."
Baca: 169 Infeksi Baru jadi Lonjakan Tertinggi di China April Ini, Kasus Impor Picu Sentimen Anti Asing
Baca: Donald Trump Ngamuk, Tuding Data Penelitian WHO Salah dan Pro China
Tim Guangzhou menyatakan bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan karena mereka tidak melakukan penelitian eksperimental yang mensimulasikan rute penularan melalui udara.
Mereka juga tidak melakukan studi antibodi terhadap sampel swab dengan sampel negatif, anggota keluarga asimptomatik dan pengunjung lainnya untuk memperkirakan risiko infeksi dari mereka.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)