Trump Peringatkan China Bisa Hadapi Konsekuensi atas Pandemi Covis-19
"Apakah itu sebuah kesalahan yang tidak terkendali atau apakah itu dilakukan dengan sengaja? Itu perbedaan besar," jelasnya.
Penulis:
Srihandriatmo Malau
Editor:
Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan China bisa menghadapi konsekuensi jika "secara sadar bertanggung jawab " atas pandemi virus Corona (Covid-19).
"Ini bisa saja dihentikan di China sebelum mulai menyebar, tapi itu tidak," tegas Trump kepada wartawan di Gedung Putih, Sabtu (18/4/2020).
"Dan sekarang seluruh dunia menderita karena itu," ujar Trump.
Trump ditanya, 'apakah China harus mendapat konsekuensi atas pandemi yang dimulai di kota Wuhan, pada Desember lalu, dan telah merenggut nyawa lebih dari 157.000 orang di seluruh dunia?'
Baca: Masih Beroperasinya Kantor di Jakarta Dinilai Hambat Pembatasan Transportasi Umum
Baca: Momentum HUT PSSI ke-90, Mochamad Iriawan Usulkan Soeratin Jadi Pahlawan Nasional
Baca: Pendaftaran Kartu Pra Kerja Gelombang Dua Buka Senin Pukul 10.00 WIB, Cek Syarat dan Caranya di Sini
"Jika mereka sadar bertanggung jawab, tentu saja, " katanya.
"Jika itu adalah kesalahan, kesalahan adalah sebuah kesalahan," tegasnya.
"Tetapi jika mereka sadar bertanggung jawab, ya, maka harus ada konsekuensi, " kata Trump.
"Apakah itu sebuah kesalahan yang tidak terkendali atau apakah itu dilakukan dengan sengaja? Itu perbedaan besar," jelasnya.
"Dalam dua hal itu mereka harus membiarkan kami terlibat," katanya.
"Kami meminta terlibat di awal. Dan mereka tidak menginginkan kami masuk. Saya pikir mereka tahu itu sesuatu yang buruk dan mereka malu. "
"Mereka bilang mereka sedang melakukan penyelidikan, " ucapnya.
"Jadi mari kita lihat apa yang terjadi dengan penyelidikan mereka. Tapi kami juga sedang melakukan investigasi," tegasnya.
Trump mengatakan tidak mengesampingkan, virus corona ini menyebar-secara tidak sengaja-dari laboratorium meneliti kelelawar di Wuhan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menolak tudingan dari laporan media AS itu, dan menegaskan "tidak ada dasar ilmiah."