Minggu, 28 September 2025

Virus Corona

Jika DKI Jakarta Lockdown, Jokowi: Butuh Biaya Rp 550 Miliar Sehari

Jokowi di Mata Najwa mengungkapkan besaran anggaran yang dibutuhkan apabila karantina wilayah diterapkan di DKI Jakarta.

Penulis: Febia Rosada Fitrianum
Editor: Ifa Nabila
TRIBUN/HO/BIRO PERS
Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas virtual tentang ketahanan pangan dan larangan mudik Lebaran 2020, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (21/4/2020). Dalam upaya meminimalisir penyebaran Covid-19 Presiden Jokowi mengeluarkan peraturan terkait larangan mudik Lebaran 2020 bagi seluruh warga Indonesia. TRIBUNNEWS/HO/BIRO PERS 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan besaran anggaran yang dibutuhkan apabila karantina wilayah diterapkan di DKI Jakarta.

Hal tersebut disampaikan dalam acara Mata Najwa yang disiarkan secara langsung di stasiun televisi Trans7, Rabu (22/4/2020).

Jokowi menyebutkan, karantina wilayah merupakan istilah yang sama dengan lockdown.

Baca: Soal PSBB, Jokowi Sebut akan Berlakukan Sanksi Apabila Masih Banyak Pelanggaran

Di mana dalam penerapan lockdown, semua aktivitas benar-benar dihentikan.

Masyarakat diharuskan tetap berada di rumah dan berhenti bekerja di kantor.

Kemudian seluruh transportasi umum seperti ojek, bus, pesawat, hingga kereta api harus berhenti.

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan besaran anggaran yang dibutuhkan apabila karantina wilayah diterapkan di DKI Jakarta.
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan besaran anggaran yang dibutuhkan apabila karantina wilayah diterapkan di DKI Jakarta. (TRIBUN/HO/BIRO PERS)

"Kalau karantina wilayah itu sama dengan lockdown," terang Jokowi.

"Artinya masyarakat hanya di rumah."

"Bus, pesawat, kereta api, MRT, KRL, ojek, berhenti," tambahnya.

Dalam menerapkan lockdown atau karantina wilayah, misalnya di DKI Jakarta dibutuhkan anggaran yang sangat besar.

Jokowi menyebutkan butuh Rp 550 miliar untuk menjamin kehidupan seluruh warga Jakarta.

Jumlah tersebut merupakan kebutuhan anggaran untuk satu hari.

Baca: Pembelaan Jokowi saat Pemerintah Disebut Lamban Tangani Corona: Tak Ingin Terburu-buru

Baca: Rizal Ramli Sebut Pemerintah Sibuk Tepis Isu Corona daripada Lakukan Antisipasi

Apabila karantina wilayah dilakukan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) akan dibutuhkan anggaran hingga tiga kali lipat.

"Biaya untuk Jakarta 550 miliar sehari untuk menjamin kehidupan masyarakat," ungkap Jokowi.

"Kalau di Jabodetabek tiga kali lipat," lanjutnya.

Meski demikian, Jokowi menyangkal apabila tidak memberlakukan karantina wilayah karena anggaran.

Jokowi mengaku selalu belajar dari negara lain dalam mengambil keputusan.

Hingga saat ini, tidak ada tindakan yang tepat untuk menangani virus corona atau Covid-19.

Seorang ahli biologi dari Eylau Unilabs Analysis Laboratories mengumpulkan sampel dari pengemudi di drive penyaringan COVID-19 dekat Champs de Mars di Paris. Senin (6 April 2020). Pada hari ke dua puluh satu dari penguncian ketat (Lockdown) di Perancis untuk menghentikan penyebaran COVID-19, yang disebabkan oleh coronavirus novel. - (AFP/Ludovic MARIN)
Seorang ahli biologi dari Eylau Unilabs Analysis Laboratories mengumpulkan sampel dari pengemudi di drive penyaringan COVID-19 dekat Champs de Mars di Paris. Senin (6 April 2020). Pada hari ke dua puluh satu dari penguncian ketat (Lockdown) di Perancis untuk menghentikan penyebaran COVID-19, yang disebabkan oleh coronavirus novel. - (AFP/Ludovic MARIN) (AFP/LUDOVIC MARIN)

Karena semua itu bergantung pada kedisiplinan rakyat hingga masalah demografis wilayah.

"Bukan karena masalah budget, kita juga belajar dari negara lain," jelas Jokowi.

"Sampai saat ini tidak ada formula yang pasti yang bisa menyelesaikan masalah Covid-19," imbuhnya.

Hingga saat ini pemerintah lebih memilih untuk memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB.

Sejumlah daerah sudah diberikan izin oleh Menteri Kesehatan untuk melakukan PSBB dalam mengurangi risiko penularan corona.

Baca: Jokowi Anggap Ada Masyarakat Kecewa pada Kinerja Terawan adalah Wajar: Setiap Keputusan Ada Risiko

Baca: Menteri Agama Setuju Larangan Mudik Diterapkan di Awal Ramadan, agar Tak Ada Rencana Pulang Kampung

Meski demikian, masih banyak pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat dalam penerapan PSBB.

Padahal dalam penerapan PSBB di beberapa wilayah, sudah diturunkan petugas dari TNI dan Polri.

Para petugas itu diinstruksikan untuk memberikan teguran bagi para pelanggar peraturan PSBB.

Namun apabila memberikan teguran bagi pelanggar dirasa belum cukup, Jokowi akan menggunakan penyelesaian lebih dari itu.

Nantinya akan ada sanksi yang ditetapkan untuk para pelanggar.

Petugas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Covid-19 Tingkat Kota Bandung menyuruh pengendara sepeda motor yang masuk wilayah Kota Bandung untuk mengenakan masker pada pelaksanaan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hari pertama di Cek Poin Gerbang Tol Kopo, Kota Bandung, Rabu (22/4/2020). Penerapan PSBB yang pelaksanaannya serentak di wilayah Bandung Raya itu, akan berlangsung selama 14 hari dalam upaya memutus rantai penyebaran virus corona (Covid-19). TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Petugas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Covid-19 Tingkat Kota Bandung menyuruh pengendara sepeda motor yang masuk wilayah Kota Bandung untuk mengenakan masker pada pelaksanaan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hari pertama di Cek Poin Gerbang Tol Kopo, Kota Bandung, Rabu (22/4/2020). Penerapan PSBB yang pelaksanaannya serentak di wilayah Bandung Raya itu, akan berlangsung selama 14 hari dalam upaya memutus rantai penyebaran virus corona (Covid-19). TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Apabila dalam sosialisasi memang sudah dirasa informatif namun pelanggaran masih saja terjadi.

"Saya kira instrumen di lapangan yang kita gunakan TNI dan Polri untuk awal menegor dalam transisi, memberi tahu," terang Jokowi.

"Tetapi ini kalau kita nanti anggap belum cukup akan ada tahap selanjutnya."

"Kalau nanti dalam sosialisasi kita anggap sudah cukup dan itu di lapangan masih belum ada perbaikan bisa kita masuk ke sana," tambahnya.

Baca: Jokowi Larang Mudik, Menteri Agama Minta Tetap di Rumah: Mudaratnya Lebih Banyak Dibanding Manfaat

Baca: Rizal Ramli Nilai Pemerintah Naikkan Defisit Anggaran saat Corona: Supaya Bisa Ngutang Lebih Besar

Dalam penerapan PSBB, Jokowi menyadari keputusan tersebut bukanlah kondisi yang nyaman.

Karena masyarakat Indonesia masih ada pekerjaan yang bergantung pada gaji harian.

Yakni seperti buruh harian hingga para pedagang asongan.

Pekerjaan tersebut yang sudah diperhatikan oleh pemerintah dalam mengatasi penularan corona kali ini.

Di tengah merebaknya pandemi wabah Virus Corona atau Covid-19 dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), TNI dan Polri terus membantu warga yang kurang mampu dengan membagikan makanan siap saji yang dikelola oleh Dapur Umum TNI-Polri. Penyelenggraaan Dapur Umum tersebut sesuai dengan perintah Panglima TNI Marsekal TNI Dr. (H.C.) Hadi Tjahjanto, S.I.P., yang bertujuan menunjang kinerja Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19. 

Dapur Umum TNI-Polri berlokasi di Kelurahan Kapuk, Jalan Kapuk Kamal Raya, Kec. Cengkareng, Jakarta Barat, Batalyon Perbekalan dan Peralatan (Yonbekpal) 1/Marinir, Mako Marinir Cilandak, Jakarta Selatan serta Koramil Cilincing, Jalan Cilincing Landak No. 39, Jakarta Utara. 

Komandan Rayon Militer (Danramil) Kodim 0504/JS Mayor Inf Siswo Prandoko yang ikut serta dalam mendistribusikan nasi bungkus kepada warga yang kurang mampu di Rt. 7, 8 dan 9 Rw 6 Kel. Baru, Kec. Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (22/4/2020) mengatakan bahwa pembagian pendistribusian bantuan nasi siap saji dari Mabes TNI sudah berlangsung selama delapan hari. TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI/Kolonel Sus Taibur Rahman
Di tengah merebaknya pandemi wabah Virus Corona atau Covid-19 dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), TNI dan Polri terus membantu warga yang kurang mampu dengan membagikan makanan siap saji yang dikelola oleh Dapur Umum TNI-Polri. TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI/Kolonel Sus Taibur Rahman (TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI)

Yang terpenting bagi Jokowi adalah ingin menyelesaikan sebuah masalah tanpa menimbulkan kerugian di lain bidang.

"Ya itu memang pilihan yang tidak enak," jelas Jokowi.

"Dan kita semua menyadari di luar masih banyak buruh harian, pedagang asoangan yang hidupnya harian."

"Ini yang menjadi hitungan kita jangan sampai kita ingin menyelesaikan masalah tapi menimbulkan masalah lain," imbuhnya.

(Tribunnews.com/Febia Rosada)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan