Virus Corona
Penampakan Laboratorium Wuhan yang Dituding AS Jadi Penyebab Virus Corona, Keamanan Berlapis
Kini menjadi perbincangan, seperti apa laboratorium di Wuhan yang dituding Trump sebagai sumber virus Corona itu?
Penulis:
Daryono
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menuding virus Corona berasal dari sebuah laboratorium di Kota Wuhan, China.
Sejumlah terori dikemukakan Amerika, diantaranya virus Corona menyebar karena adanya kelelewar yang kabur dari laboratorium di Wuhan itu.
Atas tuduhan itu, China dan organisasi kesehatan dunia, WHO, telah membantah tudingan itu.
Yuan Zhiming, Direktur Laboratorium di Wuhan, juga telah membantah adanya teori yang menyebut virus corona berasal dari penelitian yang bocor di laboratoriumnya.
Kini menjadi perbincangan, seperti apa laboratorium di Wuhan yang dituding Trump sebagai sumber virus Corona itu?
Dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Selasa (28/4/2020), laboratorium ini dibawah kendali Institut Virologi Wuhan.
Institut Virologi Wuhan mendapatkan sertifikasi sebagai fasilitas biosafety level empat (BSL-4) pada 2017.
Baca: Eddies Adelia Sedih Dengar Banyak Penolakan Pada Jenazah Positif Virus Corona
Laboratorium ini termasuk laboratorium elit dalam kelompok 40 fasilitas kesehatan yang direncanakan atau beroperasi di seluruh dunia.
Laboratorium ini telah disetujui untuk mempelajari patogen yang paling mematikan seperti virus Ebola dan virus demam berdarah Kongo, Kriema.
Patogan lainnya yang kurang mematikan juga dipelajari di laboratorium ini dengan fasilitas keamanan yang lebih rendah.
Sistem Keamanan Berlapis dan Super Ketat
Peneliti Shi Zhengli mengatakan kepada Hubei Daily, laboratorium Wuhan menerapkan standar keamanan yang ketat yang membuat proses eksperimen di laboratorium itu lebih lama dibanding dengan penelitian di laboratorium lainnya.
“Eksperimen yang memakan waktu setengah jam di laboratorium lain akan memakan waktu tiga jam di laboratorium BSL-4, " kata Shi pada 2015 lalu saat proses pembangunan laboratorium Wuhan selesai.
Untuk mengambil suatu sampel di laboratorium ini, peneliti harus melewati beberapa pintu.
"Anda mungkin harus melewati beberapa pintu untuk mengambil sesuatu dari lemari es. Ini adalah proses yang sangat rumit tetapi harus dilakukan (dengan cara itu), ” ujar Shi.
Seorang peneliti lainnya yang malakukan penelitian di laboratorium BSL 3 yang juga dibawah kendali Institut Virologi Wuhan mengatakan laboratorium Wuhan memiliki protokol yang ketat untuk memastikan keamanan hayati.

Peneliti yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan hewan yang digunakan dalam percobaan di fasilitas ini menjalani sterilisasi tekanan tinggi sebelum dibuang dan semua bahan limbah diproses di laboratorium.
Semua orang yang memasuki atau meninggalkan fasilitas harus diambil suhu tubuhnya dan darah para peneliti secara teratur diambil untuk diperiksa.
Kegiatan staf juga dicatat dan disimpan sebagai bagian dari protokol keselamatan.
"Saya belum pernah ke laboratorium BSL-4, tetapi protokol dan keamanan (laboratorium BSL-4) akan lebih tinggi daripada di labolatorium level 3," kata dia.
Secara umum, para ilmuwan yang memasuki laboratorium BSL-4 akan mengenakan jas biosafety seluruh tubuh.
Di bagian atas terdapat dua lapis pakaian pelindung dan mereka memiliki pasokan oksigen sendiri sehingga mereka tidak menghirup udara di dalam labolatorium.
Baca: PKS Minta Pemerintah Perbaiki Stok dan Distribusi Pangan Jelang Lebaran Saat Pandemi Corona
Laboratorium ini menggunakan tekanan udara negatif dan pintu-pintu yang terkunci melalui udara untuk menghentikan kebocoran udara yang terkontaminasi.
Ketika meninggalkan laboratorium , para peneliti juga harus melalui hujan kimia sebagai bagian prosedur masuk dan keluar yang ketat.
Udara laboratorium disaring dan air limbah diproses sebelum dibuang.
Sebelum melakukan penelitian di laboratorium BSL-4, para peneliti juga harus dilatih protokol kesehatan sebelum diizinkan melakukan penelitian di laboratorium tersebut.
Catatan Kasus Kecelakaan di Laboratorium
Meski menerapkan standart tinggi, para ilmuwan mengakui kebocoran atau infeksi yang tidak disengaja di laboratorium pernah terjadi.
Kebocoran atau infeksi ini diakibatkan oleh kesalahan manusia.
Pada 2004, seorang mahasiswa doktoral mengambil virus Sindrom Pernafasan Akut (Sars) di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina untuk dipelajari di laboratorium tingkat bawah.
Virus Sars yang diambil itu diyakni sudah tidak aktif, tetapi ternyata virus itu masih hidup.
Baca: WHO Tegaskan Corona Berasal dari Kelelawar, Bukan Buatan Labolatorium
Peristiwa itu mengakibatkan sembilan orang terinfeksi, seorang diantaranya meninggal dunia.
Setahun sebelumnya, seorang mahasiswa doktoral berusia 27 tahun di Singapura terinfeksi Sars di fasilitas yang dikelola pemerintah karena apa yang kemudian digambarkan WHO sebagai "standar laboratorium yang tidak sesuai dan kontaminasi silang sampel virus West Nile dengan Sars coronavirus".
Di Inggris, wabah kaki dan mulut 2007, penyakit ternak yang sangat menular, ditelusuri hingga bocor dari pipa drainase di laboratorium BSL-4 di Pirbright Institute, sebuah pusat penelitian kesehatan hewan.
(Tribunnews.com/Daryono)