Virus Corona
Trump Sangat Yakin Amerika Akan Punya Vaksin Covid-19 Akhir Tahun Ini
Presiden Donald Trump yakin Amerika Serikat (AS) akan memiliki vaksin virus corona (Covid-19) pada akhir tahun ini.
Laporan wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON-- Presiden Donald Trump yakin Amerika Serikat (AS) akan memiliki vaksin virus corona (Covid-19) pada akhir tahun ini.
"Kami sangat yakin, akan memiliki vaksin pada akhir tahun, pada akhir tahun ," ujar Trump dalam wawancara dengan Fox News, di Washington, DC, seperti dilansir Channel News Asia, Senin (5/4/2020).
Semua negara termasuk, sedang berlomba-lomba menjadi yang pertama menemukan cara untuk mencegah infeksi Covid-19, melalui vaksin.
Baca: Perusahaan Asal China Klaim Sudah Temukan Vaksin Corona, Diberi Nama Coronavac
Baca: Tips Aman untuk Orangtua Bawa Anak Imunisasi ke Rumah Sakit Atau Klinik Saat Pandemi Covid-19
Baca: Donald Trump Klaim Punya Bukti Sumber Virus Corona di Laboratorium Wuhan, Semprot WHO Antek China
Trump tidak mempermasalahkan jika negara lain lebih dahulu menemukan obat atau vaksin corona, ketimbang peneliti AS.
Bagi Trump, lebih diutamakan adalah penemuan vaksin untuk mencegah penularan Covid-19.
"Saya tidak peduli. Saya hanya ingin memperoleh vaksin," tegas Trump.
Ditanya tentang risiko selama percobaan ke manusia dalam proses uji coba vaksin?
Trump mengatakan, "Mereka adalah sukarelawan. Mereka tahu apa yang mereka akan hadapi."

WHO : Vaksin Korona Tersedia 18 Bulan Lagi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan krisis virus corona (Covid-19) masih jauh dari kata akan berakhir.
Organisasi kesehatan dunia atau WHO menargetkan vaksin korona tersedia dalam 18 bulan.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus pada sesi konferensi pers di Jenewa, Swiss, pada Selasa kemarin (11/2).
Tedroz mengatakan selama menunggu waktu itu, penanganan dan pencegahan harus tetap dilakukan maksimal.
"Vaksin pertama untuk Coronavirus ditargetkan tersedia dalam 18 bulan, namun kita tetap maksimal dalam penanganan dan pencegahan wabah," ujar Tedroz seperti dikutip dari CGTN, Rabu (12/2/2020).
Tedros menambahkan, untuk bisa menemukan virus bernama resmi Covid-19 itu memerlukan pengembangan penelitian yang cukup memakan waktu.
Saat ini lebih dari 400 peneliti dari seluruh dunia berusaha menemukan vaksin.
Baca: Donald Trump Klaim Punya Fakta Soal Menghilangnya Kim Jong Un : Saya Tahu Segalanya
Baca: Donald Trump Punya Bukti Virus Corona Berasal dari Laboratorium Wuhan

"Para ilmuwan, perusahaan swasta dan pemerintah di seluruh dunia berlomba untuk mengembangkan vaksin untuk melawan virus corona baru," ungkapnya.
Sementara itu juru bicara WHO Christian Lindmeier menjelaskan, ada tiga tahap utama dalam pengembangan vaksin.
Pertama, tim peneliti harus mengidentifikasi komponen terbaik untuk vaksin;
Kemudian, melakukan uji coba pada hewan dan manusia; hingga ketika vaksin berhasil maka akan diproduksi dan bisa memakan waktu enam hingga sembilan bulan.
Sekjen PBB: Hanya Vaksin Covid-19 Akan Buat Dunia Kembali Normal
Vaksin virus Corona (Covid-19) adalah satu-satunya hal yang dapat membawa dunia kembali normal.
Demikian Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan pada Rabu (15/4/2020) waktu setempat.
"Vaksin yang aman dan efektif mungkin satu-satunya alat yang dapat mengembalikan dunia untuk rasa 'normal', menyelamatkan jutaan nyawa dan triliunan dolar yang tak terhitung jumlahnya," ujarnya selama konferensi virtual dengan negara-negara Afrika yang merupakan anggota PBB.
Karena itu dia menyerukan percepatan pembangunan vaksin tersebut dan aksesibilitas untuk semua.
Ia menambahkan, vaksin itu harus memiliki "manfaat global secara" dan "memungkinkan kita untuk mengendalikan pandemi."
"Kami membutuhkan upaya ambisius untuk memastikan pemangku kepentingan internasional beroperasi melalui pendekatan yang harmonis, terintegrasi, dan dimanfaatkan untuk memaksimalkan kecepatan dan skala yang diperlukan untuk penyebaran universal vaksin tersebut pada akhir 2020," jelasnya.(Channel News Asia/AFP/Reuters)