Virus Corona
Sulitnya Belajar di Buton saat Pandemi Virus Corona, Ada yang Sampai Naik Atap Masjid Cari Sinyal
Dia mengungkapkan segala upaya dilakukan pelajar dan mahasiswa untuk dapat mendapatkan akses informasi
Penulis:
Glery Lazuardi
Editor:
Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Buton, Indah Kusuma Dewi mengungkapkan kondisi memperihatinkan di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, selama masa pandemi virus corona atau Covid-19.
Salah satunya terkait akses pendidikan.
Baca: Presiden Jokowi: Kita Tidak Mudik Karena Sayang Keluarga
Menurut dia, pelajar dan mahasiswa di Pulau Buton menerapkan sistem belajar di rumah.
“Pendidikan ada kuliah atau sekolah online. (Ada,-red) Siswa tidak mempunyai handphone. Jaringan internet kurang,” kata dia, di diskusi Kewenangan Daerah Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19, Sabtu (9/5/2020).
Dia mengungkapkan segala upaya dilakukan pelajar dan mahasiswa untuk dapat mendapatkan akses informasi.
“Mahasiswa naik puncak gunung, masuk hutan. Ada kasus mahasiswa meninggal mencari jaringan. Naik di atas masjid jatuh, kemudian meninggal,” tuturnya.
Dia menjelaskan, pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak kepada kesehatan.
Tetapi juga, kata dia, menyangkut kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.
“Banyak sampah dan munculnya pemulung dadakan. Para nelayan sudah tidak bisa lagi melaut,” kata dia.
Belum lagi, dia melanjutkan, rencana pemerintah mendatangkan sekitar 500 tenaga kerja asing (TKA) ke Provinsi Sulawesi Tenggara.
Padahal, kata dia, tenaga kerja lokal dipulangkan, karena merebaknya Covid-19.
“Iya, jadi memang di Sultra ironi. Karyawan dirumahkan. Ada rencana pemerintah pusat mendatangkan TKA dari China. Kontroversial. Di mana karyawan tidak melaksanakan kerja justru mendatangkan dari luar (TKA,-red)” tuturnya.
Selain itu, dia menyoroti, kurangnya jumlah tenaga medis dan minimnya fasilitas kesehatan.
Baca: Sri Mulyani Sebut Pelatihan Bahasa Inggris Paling Diminati Peserta Kartu Prakerja
Hanya terdapat satu rumah sakit yang dipergunakan bagi penderita Covid-19.
“Kami melihat karantina ini perlu ada suatu ruang untuk bisa mengisolasi khusus ODP dan PDP. ODP dan PDP kebanyakan isolasi sendiri. Kadang di kebun, kadang di rumah. Imbas masih berinteraksi dengan anggota keluarga sehingga meningkatnya jumlah positif Covid-19,” tambahnya.
Saran Pakar Pendidikan
Pakar pendidikan Prof Arief Rachman mengatakan konektivitas internet di daerah terluar masih sangat terbatas untuk menjalani pembelajaran jarak jauh.
Beberapa wilayah di Indonesia telah menggelar pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi Covid-19 atau virus corona ini.
Baca: Juknis BOS Kemendikbud Dinilai Sangat Membantu di Tengah Pandemi Covid-19
"Iya internet ini kan memang terbatas. Bayangkan kalau sekolahnya atau muridnya ada di pulau terpencil," ujar Arief dalam diskusi virtual, Jumat (8/5/2020).
Arief mengatakan pembelajaran jarak jauh memang wajib dilakukan untuk wilayah yang telah terjangkit virus corona.
Pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan koneksi internet.
Namun untuk wilayah yang masih jauh dari terjangkiti virus corona, menurut Arief dapat melakukan pembelajaran tatap muka seperti biasa.
"Saya yakin kegiatan pendidikan ini untuk daerah yang akhirnya terbatas tidak bisa tatap muka, dia harus melakukan kegiatan internet. Tapi bagi sekolah yang masih jauh dari Covid-19, saya kira bisa meneruskan saja pendidkannya seperti biasa," tutur Arief.
Selain itu, menurut Arief, proses pembelajaran juga dapat dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya di rumah.
Pembelajaran bisa dilakukan dengan menggunakan materi dari buku paket.
"Jadi saya mohon kalau internetnya terbatas, buku paket ada. Baca buku paketnya, nah di sinilah bisa gak ya orangtua jadi guru sebentar saja," pungkas Arief.
Seperti diketahui, saat ini sekolah yang menerapkan pembelajaran dari rumah sekitar 97,6 persen.
Baca: Anggota Komisi IV DPR Soroti Mie Instan di Dalam Paket Bansos: Harusnya Diisi Makanan yang Bergizi
Sementara sisanya tidak melaksanakan BDR karena tidak memiliki perangkat pendukung.
Sekitar 2,4 persen yang tidak melaksanakan belajar dari rumah adalah sekolah yang berada di daerah khusus pedalaman, bukan daerah terjangkit Covid-19.
Update Kasus Covid-19 di Indonesia
Pemerintah melaporkan total kasus positif virus corona atau Covid-19 di Indonesia naik menjadi 13.645 orang pada Sabtu (9/5/2020) hingga pukul 12.00 WIB.
Angka itu diperoleh setelah adanya tambahan kasus baru sebanyak 533 orang dalam waktu 24 jam terakhir.
"Hasil positif yang kita dapatkan menggunakan PCR sebanya 13.645 orang," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, dalam konferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (9/5/2020).
Yuri juga mengungkap jumlah kasus meninggal dunia juga mengalami peningkatan sebanyak 16 orang sepanjang 24 jam terakhir.
Sehingga total pasien meninggal dunia kini tercatat menjadi 959 orang.
Sementara jumlah pasien sudah sembuh pada hari ini tercatat sebanyak 113 orang.
Sehingga secara total pasien sembuh ada 2.607 orang.
Jumlah ODP dan PDP di Indonesia
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengungkapkan sebanyak 246.847 Orang Dalam Pemantauan (ODP) tercatat hingga Sabtu (9/5/2020) pukul 12.00 WIB.
Data ini naik 2.367 orang dari sehari sebelumnya, Jumat (8/5/2020), yang tercatat hanya 244.480 ODP.
Baca: Bima Arya Cerita Perjalanan Dinas Dipotong 80 persen hingga Sulit Mendata Warga Terdampak Covid-19
Data tersebut dihimpun secara berjenjang dari kabupaten atau kota hingga tingkat provinsi.
"Kasus ODP akumulasi dari awal Maret sebesar 246.847. Dan sebagian besar sudah selesai pemantauan," ujar Yuri, dalam konferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (9/5/2020).
Kemudian jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) total menjadi 29.690 orang.
Jumlah ini naik 603 orang dari sehari sebelumnya.
Achmad Yurianto mengatakan kasus positif corona saat ini telah merambah 370 kabupaten/kota di 34 Provinsi.
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah melaporkan total kasus positif terkonfirmasi virus corona (Covid-19) di Indonesia naik menjadi 13.645 orang, pada Sabtu (9/5/2020) hingga pukul 12.00 WIB.
Angka itu diperoleh setelah adanya tambahan kasus baru sebanyak 533 orang dalam waktu 24 jam terakhir.
"Hasil positif yang kita dapatkan menggunakan PCR sebanya 13.645 orang," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, dalam konferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (9/5/2020).
Yuri juga mengungkap jumlah kasus meninggal dunia juga mengalami peningkatan sebanyak 16 orang sepanjang 24 jam terakhir.
Baca: Presiden Jokowi: Kita Tidak Mudik Karena Sayang Keluarga
Sehingga total pasien meninggal dunia kini tercatat menjadi 959 orang.
Sementara jumlah pasien sudah sembuh pada hari ini tercatat sebanyak 113 orang. Sehingga secara total pasien sembuh ada 2.607 orang.