Sabtu, 23 Agustus 2025

Virus Corona

Doni Monardo Adopsi Slogan '4 Sehat 5 Sempurna' Kekinian Hadapi Covid-19

Doni menggunakan slogan '4 Sehat 5 Sempurna' serupa untuk membangun manusia Indonesia dalam menghadapi serangan COVID-19.

Editor: Dewi Agustina
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 atau GTPPC19, Doni Monardo saat bertemu Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, Prof Rini Sekarini di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (27/5/2020). 

"Baru kemudian didukung dengan gizi,' jelas Doni kepada Rini Sekarini yang juga Ketua IDAI DKI Jakarta.

Baca: Death Valley, Tempat Terpanas di Bumi yang Berbahaya Dikunjungi Turis

Prof Rini merupakan cucu dari Prof Poorwo Soedarmo, pencetus slogan 4 Sehat 5 Sempurna era dulu.

Prof Rini juga mendukung slogan ini dapat menjadi upaya gerakan masyarakat untuk hidup perilaku adaptif secara preventif untuk menghadapi pandemi COVID-19.

Doni juga menambahkan bahwa Majelis Ulama Indonesia merespon slogan tersebut dan membahas lebih lanjut dan detail sehingga dapat disebarluaskan kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Doni Monardo dan Prof Rini Sekarini_2
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 atau GTPPC19, Doni Monardo saat bertemu Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, Prof Rini Sekarini di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (27/5/2020).

Catatan Seputar Sosok Pencetus 4 Sehat 5 Sempurna Jaman Dulu

Gerakan dengan slogan 4 Sehat 5 Sempurna merupakan adaptasi dari rekomendasi USDA, basic four atau basic five.

Di Indonesia kemudian dikenal sebagai Empat Sehat Lima Sempurna (ESLS).

Slogan yang diciptakan oleh Prof Poorwo Soedarmo ini bahkan lebih populer dari slogan yang muncul berikutnya ‘Isi Piringku Bergizi Seimbang.’

Baca: Lion Air Group Berhenti Terbang Mulai Hari Ini hingga 31 Mei 2020

Poorwo Soedarmo yang dikenal sebagai Bapak Gizi Indonesia merupakan sosok pertama yang memperkenalkan, merintis dan mengembangkan pengetahuan tentang gizi dan ketenagaan gizi di Indonesia.

Ribuan tenaga gizi dengan berbagai tingkatan Diploma sampai S3 dan guru besar, bermula dari gagasan dan perjuangan Poorwo pada tahun 1950-an.

Ia dilahirkan di Malang, Jawa Timur, pada 20 Februari 1904 dan meninggal pada usia 99 tahun.

Pria lulusan sekolah kedokteran Stovia tahun 1927 ini merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Berdasarkan beberapa catatan historis, ia pernah bekerja sebagai kepala pelayanan medis hingga tahun 1948.

Poorwo yang mendapat ijazah dokter dari Ida Gaigako kemudian menjadi dokter kapal ‘Polodarus.’

Ketertarikan terhadap ilmu nutrisi diawali ketika ia berlabuh di London tahun 1949.

Baca: Orang Kaya Jepang, Yusaku Maezawa Diduga Hindari Pajak 500 Juta Yen

Akhirnya, Poorwo menempuh studi malaria dan peran DDT di London School of Hygiene and Tropical Medicine.

Halaman
123
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan