Virus Corona
Kunci Vietnam Berhasil Tangani Covid-19, Tak Menunggu WHO sampai Tangguhkan Visa Warga China
Saat negara-negara lainnya menunggu saran dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Vietnam memilih mengambil sikap mandiri.
Penulis:
Facundo Chrysnha Pradipha
Editor:
Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Vietnam menjadi sorotan dunia kala negara-negara lainnya berjibaku melawan virus corona atau Covid-19.
Hingga kini, Vietnam yang memiliki 97 juta penduduk tak mencatatkan satu kematian pun sejak virus menjadi pandemi di dunia.
Di balik kesuksesan Vietnam, ternyata Pemerintah setempat tertib melakukan penanganan cepat dan tanggap.
Saat negara-negara lainnya menunggu saran dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Vietnam memilih mengambil sikap mandiri.
Mulai dari pencegahan hingga penanganan seperti pengecekan suhu dilakukan lebih dini di perbatasan negara.
Dikutip dari New York Post, Otoritas Medis setempat mmbeberkan kunci Vietnam sukses tangani corona.
Pemerintah, menurutnya, bertindak lebih awal dan cepat.
Baca: Gugus Tugas: Presiden Minta 102 Zona Hijau Laksanakan Kegiatan Masyarakat Produktif & Aman Covid-19
Bahkan Vietnam mengabaikan China dan desakan awal WHO bahwa tidak ada bukti penularan corona dari manusia ke manusia.
Vietnam mengambil tindakan seperti karantina ketat, dan pelacakan kontak sebelum kasus pertamanya terdeteksi.
“Kami tidak hanya menunggu panduan dari WHO. Kami menggunakan data yang kami kumpulkan dari luar dan dalam (negara untuk) memutuskan untuk mengambil tindakan lebih awal, ” kata Pham Quang Thai, wakil kepala Departemen Pengendalian Infeksi di Institut Nasional Kebersihan dan Epidemiologi di Hanoi.
Selannjutnya kata dia, pengecekan suhu tubuh manusia dilakukan di bandara pada awal Januari bagi penumpang yang datang dari Wuhan, China.
Sekitar sepekan kemudian, pejabat pemerintah memberlakukan peraturan karantina medis yang lebih ketat di gerbang perbatasan, pelabuhan laut, dan bandara.
Kasus virus corona pertama di Vietnam tidak dilaporkan sampai 23 Januari, tetapi saat itu Vietnam sudah siap.
Vietnam mengumumkan epidemi nasional pada 1 Februari meskipun hanya memiliki enam kasus yang dikonfirmasi di negara itu.
Baca: Korea Selatan Kembali Tutup 251 Sekolah Setelah Kasus Positif Covid-19 Melonjak Seusai Pelonggaran
Semua penerbangan antara Vietnam dan Cina dihentikan, diikuti dengan penangguhan visa kepada warga China pada hari berikutnya.
Adapun Vietnam telah mencabut aturan sosial jarak jauh di akhir April lalu setelah lockdown tiga pekan tetapi belum melaporkan infeksi lokal selama lebih dari 40 hari.
Bisnis dan sekolah telah dibuka kembali, dan kehidupan perlahan-lahan kembali ke kecepatan normal.
Tarif Murah Wisata di Vietnam
Di Pulau Phu Quoc di Vietnam tepatnya lepas pantai Kamboja poster bahaya Covid-19 telah memudar seiring dengan keramaian turis.
Vietnam mengalami penurunan di sektor pariwisata sebanyak 98 persen pada April ini karena pandemi corona.
Namun keberhasilannya mengendalikan wabah membuat industri pariwisata Vietnam kini bisa bernafas lega.
Dikutip dari Reuters, negara komunis ini hanya memiliki 324 kasus infeksi dengan nol kematian.
Baca: Simon McMenemy Heran Timnas Vietnam Lebih Berprestasi Dibanding Timnas Indonesia
Baca: Vietnam Berhasil Tangani Corona hingga Kini Nol Kematian, Reaksi Berlebihan Jadi Kunci Suksesnya
Setelah beberapa minggu pembukaan lockdown, Vietnam akan menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang bisa membuka ekonomi kembali.
Namun turis asing masih dilarang dan pasar wisata masih belum diizinkan beroperasi.
Sehingga kini fokus pegiat wisata seperti pemilik resor dan hotel membanting harga untuk menarik minat turis lokal.

Di resor Mango Bay di Phu Quoc, staf bermasker sambil menyajikan koktail dan gelas-gelas anggur putih dingin untuk sekelompok kecil tamu.
Banyak dari wisatawan mereka berasal dari Kota Hanoi dan Ho Chi Minh.
Manajer umum resor tersebut, Ronan Le Bihan mengatakan resor itu sekarang perlu disesuaikan dengan selera lokal.
"Bisnis turis yang menargetkan turis asing akan mengalami kesulitan untuk waktu yang lama," kata Bihan.
"Kami sekarang dapat fokus pada pasar Vietnam. Tapi itu istilah yang sangat besar. Dan tidak semua orang Vietnam tertarik dengan apa yang kami tawarkan," tambahnya.
Promosi pariwisata bertajuk "Perjalanan Orang Vietnam di Vietnam" memulai debutnya minggu lalu.
Kampanye ini bertujuan untuk memperkenalkan produk dan paket layanan pariwisata berkualitas dengan harga yang wajar bagi wisatawan lokal.
Baca: Vietnam Akhiri Social Distancing, Ini Kunci Sukses Nol Angka Kematian karena Covid-19
Baca: Vietnam dan Malaysia Sudah Turunkan Harga BBM Karena Harga Minyak Dunia Turun, Bagaimana Indonesia?
Langkah ini menempatkan Vietnam di depan pesaing pariwisata regionalnya seperti Thailand, Indonesia, dan Filipina, di mana pembatasan perjalanan baru saja mulai dicabut.
Pariwisata menaikkan Rp 459 triliun tahun lalu, hampir 12% dari PDB 2019 Vietnam, tetapi hampir 17% dari 103 juta pelancong adalah orang asing dan kapasitasnya lebih banyak daripada turis domestik.
Mengingat resiko penularan jika membuka negara untuk turis asing, Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc menyerukan promosi pariwisata domestik.
Untuk itu Ketua Masyarakat Agen Perjalanan Vietnam dan wakil ketua Asosiasi Pariwisata Vietnam, Vu The Binh mengupayakan itu dengan memotong harga hingga setengahnya.
"Pemulihan pariwisata domestik harus meningkatkan pariwisata internasional," katanya.
"Setelah program ini berakhir pada pertengahan Juli, kami akan memulai program lain untuk mempromosikan pariwisata internasional tergantung pada situasi virus," tambahnya.
Pariwisata domestik ada dalam agenda pasca-lockdown di negara lain di Asia Tenggara.

Tetapi pembatasan perjalanan domestik maupun luar negeri yang sedang terjadi saat ini membuat kabur rencana tersebut.
Pihak Pulau Bali mengaku akan membuka pariwisata untuk wisatawan asing pada bulan Oktober sedangkan hotel-hotel di Thailand bersiap-siap untuk dibuka kembali.
Salah satu opsi untuk mengembalikan wisata di Vietnam adalah bekerjasama dengan negara lain yang berhasil menangani virus.
Wakil ketua Dewan Penasihat Pariwisata Vietnam, Ken Atkinson mengatakan negara-negara pertama yang menjadi target adalah Australia dan Selandia Baru.
"Namun, karena Cina dan Korea adalah dua pasar sumber inbound terbesar kami, penting untuk memiliki rencana untuk membuka kembali perjalanan dari pasar-pasar itu segera setelah aman," katanya.
Baca: Vaksin Covid-19 Belum Ditemukan, Achmad Yurianto Ajak Masyarakat Adaptasi dengan Hidup New Normal
Baca: Dianggap Berhasil Tangani Covid-19, Kini Vietnam Hadapi Ancaman Ekonomi hingga Perdagangan Manusia
Promosi besar-besaran di Vietnam terbukti meningkatkan turis domestik.
Ini juga terasa di sebagian besar maskapai yang kini mulai melayani penerbangan domestik.
Salah seorang wisatawan asal Hanoi, Le Thi Mai Phuong mengaku terpikat dengan promo liburan murah karena aji mumpung.
"Saya khawatir jika kita menunggu sampai virus selesai, biayanya akan naik dan pantai akan menjadi terlalu ramai," katanya.
"Kami tidak tahu apakah virus akan kembali ke Vietnam dan menyebabkan penguncian lainnya."
"Aku harus tinggal di rumah dan bermimpi untuk bepergian lagi," tambah Phuong.
(Tribunnews/ Chrysnha, Ika Nur Cahyani)