Virus Corona
Kemendikbud Tekankan Pentingnya Variasi Pembelajaran Agar Siswa Tidak Jenuh Saat Pandemi Covid-19
Hamid Muhammad mengatakan pembelajaran yang monoton di masa pandemi Covid-19 membuat siswa cepat merasa jenuh
Penulis:
Vincentius Jyestha Candraditya
Editor:
Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Plt Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendibud Hamid Muhammad mengatakan pembelajaran yang monoton di masa pandemi Covid-19 membuat siswa cepat merasa jenuh.
"Sebagian murid kita saat ini sudah jenuh dengan pola pembelajaran monoton, itulah kenapa perlu memberikan pembelajaran yang bervariasi untuk motivasi belajar siswa. " ujar Hamid, dalam Bincang Pendidikan dan Kebudayaan secara daring, Selasa (16/6/2020).
Hamid mengatakan pembelajaran secara manual adalah salah satu bukti pengorbanan yang harus dirasakan siswa dengan pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi.
Namun, dia menegaskan pengorbanan tersebut dilakukan guna menjaga kesehatan dan keselamatan siswa.
Baca: Cerita Maitimo; Memulai Sepak Bola Sejak Usia 6 Tahun
"Istilah dikorbankan bukan berarti dikorbankan sepenuhnya. Tapi pilihan ketika masa wabah, pertama adalah untuk menjaga kesehatan dan keselamatan siswa," ungkapnya.
Menurutnya yang terpenting hak belajar siswa terpenuhi walaupun belum maksimal seperti sebelum masa pandemi.
"Sepanjang anak-anak mendapat layanan penddidikan, seminimal apapun harus kita jalani agar siswa mendapat pembelajaran yang maksimal," katanya.
Baca: Banyak Permintaan Buat Kurikulum Khusus Masa Pandemi, Ini Kata Kemendikbud
Untuk mengakali pembelajaran yang monoton dan siswa tak merasa jenuh, Hamid berharap para guru dapat memberikan pembelajaran yang bervariatif.
"Diharapkan para guru itu lebih memberikan pembelajaran yang bervariasi agar anak-anak ini termotivasi untuk belajar. Kita tahu Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 itu salah satunya menyatakan bahwa belajar di rumah ini lebih fokus kepada pendidikan kecakapan hidup dengan tempat anak-anak tinggal. Ini jadi bahan koreksi kita ke depan," katanya.
Protokol Jaga Jarak Dapat Turunkan Risiko Penularan Covid-19 Hingga 85 Persen
Tim Komunikasi Publik, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dokter Reisa Broto Asmoro mengatakan berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan jurnal ilmiah Lancet protokol jaga jarak atau physical distancing dapat menurunkan risiko penularan Covid-19 hingga 85 persen.
Dalam jurnal tersebut menurut dokter Reisa disebutkan bahwa jarak yang aman adalah 1 meter dari satu orang dengan orang lain.
"Ini merupakan langkah pencegahan terbaik bisa menurunkan risiko sampai dengan 85 persen," kata Dokter Reisa di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (10/6/2020).
Baca: Viral Penjual Gorengan Cantik, Bantu Orangtua hingga Isi Waktu Luang setelah Di-PHK Akibat Corona
Menurutnya, protokol jaga jarak sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 paling efektif menurunkan transmission rate atau angka penularan.
Terutama, ketika berada di ruang publik, seperti transportasi umum.
Sebagaimana diketahui virus SARS-CoV-2 menular atau ditularkan melalui droplet atau percikan air liur.
Maka dalam hal ini, dokter Reisa juga menyarankan agar masyarakat tetap menggunakan masker saat harus keluar rumah, terutama apabila menggunakan layanan transportasi publik.
Baca: Kisah Inspiratif Chris John: Berawal dari Wushu hingga Happy Ending sebagai Petinju Profesional
"Virus corona jenis baru penyebab Covid-19 menular melalui droplet atau percikkan air liur, maka wajib semua orang menggunakan masker, terutama ketika menggunakan transportasi," jelasnya.
Selanjutnya apabila terpaksa menggunakan transportasi umum, dokter Reisa mengimbau masyarakat agar menghindari memegang gagang pintu, tombol lift, pegangan tangga, atau barang-barang yang disentuh orang banyak.
Kalau terpaksa, maka harus langsung cuci tangan.
"Apabila tidak memungkinkan, menggunakan air dan sabun, maka dapat menggunakan hand rub dengan kadar alkohol minimal 70 persen," katanya.
Baca: Kronologi Perempuan di Solo Gagal Menikah, Mempelai Pria Kabur di Hari Pernikahan
Kemudian, dia juga mengingatkan agar masyarakat tidak meletakkan barang-barang bawaan atau tas di kursi atau lantai transportasi umum.
Selain itu, mengkonsumsi makanan atau minuman di transportasi umum juga sebaiknya tidak dilakukan, sebab dapat terkontaminasi.
"Hindari menggunakan telepon genggam di tempat umum, terutama apabila berdesakan dengan orang lain, sehingga tidak bisa menjaga jarak aman," jelasnya.
"Hindari makan dan minum, ketika berada di dalam transportasi umum. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi, apalagi kalau menggunakan tangan yang tidak bersih," tambah dokter Reisa.