Minggu, 14 September 2025

Rusia Rilis Obat Covid-19, Koronavir, Diklaim Mampu Melawan Langsung Virus Corona

Perusahaan farmasi Rusia, R-Pharm merilis obat anti virus corona, Koronavir pada Rabu (15/7/2020) lalu.

Penulis: Ika Nur Cahyani
CNN
Ilustrasi Coronavirus. Setelah 7 karyawan sebuah pusat grosir di Sleman Yogyakarta positif covid-19, pengunjung lakukan tes rapid massal. 

TRIBUNNEWS.COM - Perusahaan farmasi Rusia, R-Pharm merilis obat anti virus corona pada Rabu (15/7/2020) lalu.

Pihak perusahaan mengatakan bahwa obat yang dinamai Koronavir itu diproduksi dan diberi label di pabriknya, di Kota Yaroslavl.

"Hingga saat ini 7.373 paket obat-obatan telah dimasukkan ke dalam sirkulasi sipil," kata pernyataan dari R-Pharm, dikutip dari TASS

"Koronavir adalah salah satu obat pertama di dunia yang tidak melawan komplikasi dari SARS-CoV-2, tetapi secara langsung virus itu sendiri," jelasnya.

Dalam pernyataannya, Koronavir diklaim efektif memblokir replikasi virus.

Baca: Vaksin Corona: 75 Negara Ingin Gabung dengan Akses COVAX

Baca: Tak Takut Corona tapi Tetap Pakai Masker, Driver Ojol Tak Mau Dites :Gak Tau yang Dicolok Isinya Apa

Ilustrasi Coronavirus. Setelah 7 karyawan sebuah pusat grosir di Sleman Yogyakarta positif covid-19, pengunjung lakukan tes rapid massal.
Ilustrasi Coronavirus. Setelah 7 karyawan sebuah pusat grosir di Sleman Yogyakarta positif covid-19, pengunjung lakukan tes rapid massal. (CNN)

Hal ini telah dibuktikan selama obat menjalani tes klinis.

Dalam distribusinya, kemasan Koronavir disertai kode digital untuk mempermudah pelacakan.

Selain itu kode tersebut akan menjamin keaslian setiap paket pengirimannya.

"Anda melacak pergerakan setiap paket, dari produksi ke pengiriman ke fasilitas medis."

"Keaslian dapat diperiksa menggunakan aplikasi seluler Chestny Znak," jelas pihak perusahaan di depan awak pers.

Di bawah aturan pemerintah, sejak 1 Juli obat-obatan di Rusia wajib dilabeli.

R-Pharm Group berfokus pada penelitian, pengembangan, pembuatan, dan komersialisasi obat-obatan, peralatan laboratorium, hingga perangkat medis.

Perusahaan yang didirikan pada 2001 ini telah beroperasi di Rusia, serta di negara-negara CIS, AS, Jerman, Jepang, dan negara-negara lain.

Remdesivir Obat yang Teruji untuk Covid-19

Sampai saat ini remdesivir menjadi obat yang teruji klinis aman bagi penderita Covid-19.

Remdesivir merupakan obat pertama yang disetujui otoritas AS untuk mengobati penderita Covid-19.

Obat potensial ini diproduksi oleh Gilead dan telah terbukti membantu memulihkan penderita corona lebih cepat.

Dikutip dari Science News, remdesivir tidak hanya mempercepat pemulihan tapi juga mengurangi risiko kematian terkait Covid-19, menurut data awal perusahaan farmasi. 

Dalam konferensi ilmiah 10 Juli lalu, Gilead mengatakan bahwa obat antivirus mengurangi risiko kematian hingga 62 persen dibandingkan dengan perawatan standar.

Orang yang dirawat di rumah sakit dan mengonsumsi remdesivir memiliki angka kematian 7,4 persen, dua minggu setelah pengobatan dimulai.

Baca: Kendala yang Dihadapi Lembaga Eijkman dalam Membuat Vaksin Covid-19

Baca: Vaksin Covid-19 Moderna Tunjukkan Hasil Menjanjikan, Uji Coba Fase 3 Mulai 27 Juli 2020

Satu botol obat Remdesivir terletak saat konferensi pers tentang dimulainya penelitian obat Ebola Remdesivir pada pasien yang sakit parah di Rumah Sakit Universitas Eppendorf (UKE) di Hamburg, Jerman utara pada 8 April 2020
Satu botol obat Remdesivir terletak saat konferensi pers tentang dimulainya penelitian obat Ebola Remdesivir pada pasien yang sakit parah di Rumah Sakit Universitas Eppendorf (UKE) di Hamburg, Jerman utara pada 8 April 2020 (Ulrich Perrey / POOL / AFP)

Di sisi lain pasien yang tidak memakai obat remdesivir memiliki tingkat kematian 12,5 persen, jelas perusahaan.

Data baru dan hasil penelitian terhadap tikus dan sel manusia, menambah bukti bahwa remdesivir efektif sebagai pengobatan untuk virus corona.

Perusahaan juga menemukan bahwa 74,4 persen pasien yang mengonsumsi remdesivir pulih pada hari ke-14.

Adapun pasien dengan perawatan standar hanya 59 persen yang pulih di periode yang sama.

Awal Juli ini, Amerika Serikat memborong hampir seluruh persediaan obat remdesivir tanpa menyisakan negara lainnya.

Dikutip dari The Guardian, AS membelinya untuk persediaan tiga bulan ke depan tanpa menyisakan untuk Inggris, Eropa, bahkan sebagian besar negara lainnya.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan