Virus Corona
Dari Ratusan Kandidat, Ini 7 Vaksin yang Masuk Fase Akhir Pengujian, Butuh 1.620 Relawan
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa vaksin merupakan salah satu cara untuk melindungi masyarakat dari papar
Editor:
Anita K Wardhani
Terkait efek samping vaksin dari Sinovach Biotech itu, katanya, memang sejumlah subjek di antaranya ada yang mengalami diare, demam, atau pnemunoia. Namun setelah ditelusuri, gejala tersebut tidak berkaitan dengan pemberian vaksin.
Baca: Syarat dan Tempat Daftar Relawan Uji Klinis Vaksin Corona, Pendaftaran Dibuka hingga 31 Agustus 2020
Baca: Arya Sinulingga dapat Restu Keluarga jadi Relawan Uji Vaksin Covid-19
Sebelumnya, Manajer Lapangan Uji Klinis Vaksin Covid-19, Dr Eddy Fadlyana, mengatakan Unpad diberi kepercayaan melakukan uji klinis karena sudah mempunyai pengalaman dan berkiprah di bidang vaksin lebih dari 20 tahun. Penelitian ini pun akan dilaksanakan di Kota Bandung dan akan melibatkan warga Bandung Raya.
"Sesuai dengan protokol, jumlah subjek adalah 1.620 orang yang berusia antara 18 sampai 59 tahun. Ini usia produktif. Dengan subjek sebanyak 1.620 orang, penelitian ini akan dilakukan di kota Bandung," kata Eddy di Rumah Sakit Pendidikan Unpad, Kota Bandung, Rabu (22/7).
Di Kota Bandung, katanya, terdapat enam site penelitian atau tempat pelaksanaan pengujian tersebut, yakni di Rumah Sakit Pendidikan Unpad di Sukajadi, Balai Kesehatan Unpad di Dipati Ukur, kemudian empat puskesmas di Puskesmas Garuda, Puskesmas Dago, Puskesmas Sukapakir, dan Puskesmas Ciumbuleuit.
"Kemudian bagaimana cara merekrut subjek yang 1.620 ini, kami akan melakukan sosialisasi ke masyarakat. Apakah dalam bentuk pengumuman langsung atau menyebarkan leaflet apabila ingin menjadi sukarelawan, menjadi subjek, bisa menghubungi ada nomor teleponnya nanti," katanya.
Sebelum pengumuman itu pun, dibuat, katanya, saat ini juga sudah banyak yang menginginkan menjadi sukarelawan untuk mendapatkan imunisasi Covid-19, di antaranya adalah dari sejumlah rumah sakit di Jakarta.
Namun demikian, katanya, hal ini hanya untuk warga Bandung Raya supaya lebih mudah koordinasi dan pengaturannya.
Di enam tempat penelitian itu, Eddy mengatakan pihaknya juga sudah melakukan pelatihan-pelatihan dengan membuat tim berjumlah sekitar 30-40 orang.
"Vaksin ini terbuat dari virus yang sudah dimatikan. Tetapi virus yang dimatikan itu masih mempunyai daya untuk membuat antibodi, sehingga kalau diberikan kepada orang-orang yang sakit berat, ini tidak akan berbahaya. Berbeda Kalau vaksinnya yang hidup dilemahkan. Kalau kondisi seseorang itu sedang menurun, maka virus yang lemah itu bisa menjadi aktif," katanya.
Pada tahap awal, katanya, akan dilakukan terhadap sebanyak 540 subjek atau orang selama tiga bulan. Selain diperiksa keamanannya, juga untuk diperiksa imunogenisitasnya atau kekebalannya. Setelah tiga bulan sampai enam bulan, hanya akan dipantau keamanannya atau efikasi.
"Jadi nanti ada kelompok yang mendapatkan plasebo dan kelompok yang mendapat imunisasi vaksin. Pada akhir penelitian mereka yang mendapatkan plasebo akan mendapatkan vaksin Covid-19, tentunya setelah diregistrasi di Badan POM. Jadi tidak ada yang dirugikan dalam hal ini," katanya.
Sejumlah orang, tuturnya, akan mendapat placebo atau hanya disuntik air untuk menentukan perbandingan antara orang yang diberi vaksin dengan yang tidak diberi vaksin.
"Subjek pada saat pra-recruitment, semua harus dalam keadaan sehat dengan pemeriksaan dokter yang lengkap. Kemudian juga ada pemeriksaan sebelumnya tidak menderita sakit Covid-19. Kemudian dalam perjalanannya apabila sakit apapun juga itu, akan di-cover oleh asuransi, sebagai standarnya, di rumah sakit di sekitar Kota Bandung," katanya.
Jika ada yang sakit saat pemantauan, semua yang sakit akan diperiksa apakah ada hubungannya dengan vaksin tersebut.
Sehingga pada akhirnya akan mempunyai data tentang keamanannya, kekebalannya, dan potensi vaksin ini memberikan perlindungan yang nyata terhadap Covid-19.