Virus Corona
Dunia Masih Terpuruk Akibat Covid-19, Pariwisata China Berkembang Pesat Seperti Sebelum Pandemi
Industri pariwisata China berkembang pesat, disebut dapat memberikan dorongan yang berguna untuk pemulihan ekonomi China yang lebih luas.
Penulis:
Inza Maliana
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Disaat pariwisata di seluruh dunia terdampak parah akibat Covid-19, pariwisata di China justru berkembang pesat.
Penerbangan domestik di China kini telah kembali ke level 2019, dimana kala itu belum terjadi pandemi.
Bahkan, lockdown telah lama hilang di China sehingga membuat orang-orang menjadi tertarik untuk bepergian.
Tetapi dengan pandemi yang masih 'berkecambuk' di luar negeri, dan banyak tujuan wisata populer yang tutup, akhirnya banyak turis China terpaksa tinggal di negara itu.
Namun di China sendiri, satu di antara pariwisata yang tengah berkembang ialah Pegunungan Kuning.
Pada hari kerja baru-baru ini, di Huangshan, Pegunungan Kuning, Tiongkok timur, ribuan orang melakukan pendakian.

Baca: Ilmuwan Ungkap Kelemahan Vaksin Virus Corona Buatan Rusia dan China, Akui Hanya Manjur 40 Persen
Baca: Meski Mulai Pulih Pasca Corona, Pendapatan Pariwisata China Masih Anjlok Nyaris 60 Persen
Tempat tersebut merupakan satu di antara tujuan wisata paling populer di China.
Menurut media pemerintah China, mereka memiliki rata-rata 3 juta pengunjung setahun.
Namun, jumlah tiket untuk melakukan pendakian masih dibatasi setengahnya karena alasan COVID-19.
"Jumlah pengunjung turun tahun ini, tentu saja. Ambil Agustus misalnya. Agustus lalu, saya harus bekerja setiap hari."
"Tapi Agustus ini, ada beberapa hari yang saya tidak lakukan untuk bekerja," ujar salah seorang pemandu wisata, Jiang, dikutip dari Sky News, Minggu (6/9/2020).

Baca: Studi Kasus di China: 23 Penumpang Bus Tertular Virus Corona dari 1 Orang, Tak Ada yang Pakai Masker
Kendati demikian, para turis mengaku hal ini merupakan tahap kembali normal, seperti sebelum pandemi.
Mereka merasa aman saat bepergian, meskipun menggunakan kereta, pesawat, dan bus dipadati orang.
Akhirnya, hal ini yang membuat warga seakan mengganti waktu yang hilang akibat pandemi.
Masyarakat menuturkan, langkah-langkah yang dilakukan pemerintah telah membantu sektor pariwisata.
Seperti pengumuman pada Juli lalu oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China, bahwa kelompok wisata dapat menawarkan perjalanan lintas perbatasan provinsi.
Maskapai China, yang telah mengalami kerugian besar karena penerbangan jarak jauh dilarang, juga telah memotong harga tiket domestik.

Baca: Pesta Kolam Renang di Wuhan Tuai Kritikan, Pemerintah China: Berarti Wuhan Menang Lawan Epidemi
Baca: Setelah Lama Ditutup karena Pandemi Covid-19, Akhirnya Sekolah di Wuhan Kembali Dibuka
Pariwisata dapat memberikan dorongan yang berguna bagi pemulihan ekonomi China yang lebih luas.
Perekonomian di China kini telah membaik, tetapi secara tidak seimbang.
Sebab masih ada tekanan pada sektor industri, infrastruktur, dan pinjaman untuk badan usaha milik negara.
Meski konsumsi sempat tertinggal tetapi untuk satu ukuran yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional, aktivitas sektor jasa meningkat pada bulan Agustus.
Menurut indeks lain, perusahaan mulai mempekerjakan lebih banyak orang pada Agustus, setelah enam bulan 'berhenti'.

Baca: TikTok, PUBG dan Ratusan Aplikasi Lainnya Diblokir, China Sebut India Bahayakan Ekonominya Sendiri
Baca: Khawatir Dipakai Rekrut Mata-mata, AS Tutup Seluruh Pusat Kebudayaan China di Negaranya
Pada Oktober, otoritas China akan mengungkap rencana ekonomi lima tahun ke depan.
Presiden Xi Jinping baru-baru ini juga berbicara tentang strategi "sirkulasi ganda".
Hal itu mencakup ekonomi domestik yang lebih mandiri dan bertenaga konsumsi.
Itu juga akan dibentuk oleh hubungan dengan AS, yang mencoba menghentikan perusahaan Huawei, sebuah raksasa teknologi China.
Bahkan, AS juga menargetkan perusahaan lain seperti TikTok, aplikasi media sosial populer milik Bytedance, yang berbasis di Beijing.
(Tribunnews.com/Maliana)