Virus Corona
WHO: Butuh Solidaritas Dunia untuk Tangani Pandemi, Termasuk Bantu Negara Miskin Dapatkan Vaksin
WHO dan PBB sepakat, solidaritas dibutuhkan agar bisa menangani Covid-19 di seluruh dunia, termasuk membantu negara miskin dapatkan vaksin.
Penulis:
Inza Maliana
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan lonjakan kasus Covid-19 di seluruh dunia.
Menurutnya, penting untuk menyerukan solidaritas dunia dalam peluncuran vaksin virus corona di masa depan.
Hal itu ia sampaikan dalam pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kesehatan Dunia di Berlin, Jerman pada Minggu (25/10/2020) kemarin.
Dalam kesempatan tersebut, Tedros mengatakan satu-satunya cara untuk pulih dari pandemi adalah kebersamaan.

Baca juga: Gerakan 3M Adalah Vaksin yang Lebih Aman dan Tanpa Efek Samping
Terlebih kebersamaan dalam memastikan negara-negara miskin mendapat akses yang adil untuk vaksin.
"Wajar jika negara ingin melindungi warganya sendiri terlebih dahulu."
"Tetapi jika dan ketika kita memiliki vaksin yang efektif, kita juga harus menggunakannya secara efektif."
"Dan cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan memvaksinasi beberapa orang di semua negara daripada semua orang di beberapa negara," katanya, dikutip dari CNA, Senin (26/10/2020).
Tedros mengatakan, nasionalisme vaksin Covid-19 justru akan memperparah pandemi.

Baca juga: Satgas Minta Masyarakat Cermat Pilah Informasi Terkait Vaksin Covid-19
"Biar saya perjelas, nasionalisme vaksin akan memperpanjang pandemi, bukan memperpendeknya," tegas Tedros.
Hingga kini ilmuwan di seluruh dunia masih berlomba untuk mengembangkan vaksin Covid-19.
Virus corona sendiri telah menewaskan lebih dari 1,1 juta orang di seluruh dunia, terhitung pada Minggu (25/10/2020).
Adapun belasan kandidat vaksin saat ini sedang diuji dalam uji klinis di seluruh dunia.
Sepuluh di antaranya berada dalam uji klinis tahap fase 3, tahap paling maju yang melibatkan puluhan ribu sukarelawan.

Baca juga: Update Covid-19 Global 26 Oktober 2020: Total Seluruh Dunia 43,3 Juta, Prancis Catat 1,1 Juta Kasus
Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan banyak negara lain telah memesan dalam jumlah besar dengan perusahaan yang terlibat dalam pengembangan vaksin yang paling menjanjikan ini.
Tetapi kekhawatiran berkembang, negara-negara dengan 'dompet yang lebih kecil' dapat ditinggalkan di belakang antrian.
WHO telah meluncurkan skema internasional yang dikenal sebagai Covax.
Hal itu untuk membantu memastikan akses yang adil terhadap vaksin.
Mereka juga telah berjuang untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk membantu negara-negara miskin ini.
Dunia alami krisis Covid-19 terbesar
Pada Minggu (25/10/2020), WHO melaporkan rekor infeksi Covid-19 tiga hari berturut-turut di seluruh dunia.
Pihaknya juga menyerukan agar negara-negara mengambil tindakan lebih lanjut untuk mengekang penyebaran virus.
Data yang didapatkan WHO, menunjukkan 465.319 kasus terjadi pada Sabtu, setengahnya berada di Eropa.
"Ini adalah momen berbahaya bagi banyak negara di belahan bumi utara karena kasus meningkat tajam," kata Tedros.
Namun dia menambahkan bagi orang yang tidak berdaya melawan virus, amat penting memperhatikan jarak sosial, mencuci tangan, dan bertemu di luar ruangan, bukan di dalam.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Segera Diedarkan hingga Disebut Punya Potensi Mengubah DNA Manusia, WHO Buka Suara
"Berulang kali kami telah melihat mengambil tindakan yang tepat dengan cepat berarti wabah dapat dikelola."
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dalam pesan videonya menyebut pandemi Covid-19 "krisis terbesar di zaman kita".
Hal itu ia sampaikan saat memberikan pidato dalam KTT yang sama dengan WHO pada Minggu (25/10/2020) kemarin.
Senada dengan WHO, Guterres juga menyebut pentingnya solidaritas bersama agar negara miskin mendapat akses vaksin yang adil.

Baca juga: Menurut WHO, Pandemi Covid-19 Baru Memasuki Fase Mengkhawatirkan
Baca juga: WHO: 184 Negara Bergabung Dalam Progam Vaksin Covid-19
"Kami membutuhkan solidaritas global di setiap langkah," katanya.
Ia juga menyerukan bagi negara-negara maju untuk mendukung mereka yang memiliki sumber daya lebih sedikit.
"Sebuah vaksin harus menjadi barang publik global," kata Guterres.
"Vaksin, tes, dan terapi lebih dari sekadar penyelamat hidup. Mereka adalah penyelamat ekonomi dan penyelamat masyarakat," tambahnya.
(Tribunnews.com/Maliana)