Penanganan Covid
5 Alasan Mengapa Seseorang Masih Bisa Positif Covid-19 Meskipun Sudah Divaksin
Lima alasan mengapa seseorang masih bisa positif covid-19 meskipun sudah divaksin.
Penulis:
Citra Agusta Putri Anastasia
Editor:
Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Vaksin Covid-19 telah diluncurkan dan digunakan di beberapa negara.
Vaksin ini menjadi langkah baru dalam menangani Covid-19.
Namun, vaksin Covid-19 tidak sepenuhnya memberikan perlindungan secara langsung.
Itu berarti, seseorang masih mungkin terinfeksi dan dinyatakan positif virus corona.
Sebut saja Perwakilan Demokrat, Stephen Lynch, dari Massachusetts.
Dia dinyatakan positif Covid-19 setelah mendapat dosis kedua dari Vaksin Pfizer.
Baca juga: Gelar Vaksinasi Massal Covid-19, Jubir : Kita Perlu Percepatan
Baca juga: Hati-hati Beredar Vaksin Covid-19 Palsu, Garam Disuntik ke Jarum Suntik
Hal serupa terjadi pada pelatih bola basket Hall of Fame, Rick Pitino.
Dia juga dinyatakan positif Covid-19 setelah mendapatkan dosis pertamanya.
Bahkan di Indonesia, Bupati Sleman, Sri Purnomo dinyatakan positif Covid-19 pada Rabu (20/1/2021) lalu.
Sebelumnya, dirinya telah disuntik Vaksin Sinovac pada 14 Januari 2021 lalu.
Ternyata, ada beberapa alasan seseorang dapat terinfeksi Covid-19 meskipun telah disuntik vaksin.
Berikut lima alasannya, seperti dilansir CNN:
1. Butuh waktu untuk merespons kekebalan
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, diperlukan beberapa hari hingga minggu agar vaksin bekerja.
Seseorang dapat terjangkit Covid-19 sebelum disuntik vaksin.

"Dibutuhkan beberapa saat untuk mengembangkan respons kekebalan," kata Dr. Robert Salata, direktur University Hospitals Roe Green Center for Travel Medicine & Global Health di Cleveland.
Baca juga: Hingga Hari Ini, 51.999 Tenaga Kesehatan Sudah Terima Suntikan Vaksin Covid-19 Dosis Kedua
Baca juga: Hati-hati Beredar Vaksin Covid-19 Palsu, Garam Disuntik ke Jarum Suntik
Dosis pertama mungkin memberikan beberapa perlindungan.
Namun, CEO Moderna, Stephane Bancel, mengatakan, pihaknya tidak memiliki data untuk membuktikannya saat ini.
Sementara untuk Pfizer, menurut Salata, setelah 14 hari dosis pertama, baru sekitar 52 persen efektif untuk mencegah penyakit.
2. Vaksin mencegah sebagian besar, tetapi tidak seluruhnya
Seseorang masih dapat dinyatakan positif setelah divaksin, karena vaksin tersebut tidak 100 persen efektif.
Pzifer dan Moderna sangat efektif, tetapi tidak memberikan perlindungan total.
Vaksin Pfizer 95 persen efektif mencegah Covid-19 setelah orang tersebut mendapatkan dua dosis pada uji klinis.
Sementara itu, vaksin Moderna 94 persen efektif mencegah penyakit pada orang-orang yang mendapat dua dosis dalam uji klinis.
Baca juga: Pemerintah Optimistis Capai Target Vaksinasi 1,5 Juta Nakes Akhir Februari
3. Vaksin mencegah penyakit Covid-19, tetapi belum pasti mencegah infeksi
Vaksin mencegah penyakit, tetapi masih belum jelas apakah bisa mencegah infeksi.
"Informasi yang kurang jelas adalah, apakah vaksin akan mencegah virus menginfeksi kita dan kita bisa terinfeksi tanpa gejala."
"Itu masih dalam studi," kata Dr. William Schaffner, spesialis penyakit menular dan profesor pencegahan medis di Department of Health Policy, Vanderbilt University.

Senada dengan Schaffner, Namandje Bumpus, direktur departemen farmakologi dan ilmu molekuler di Johns Hopkins University juga mengatakan hal yang sama.
"Sejauh yang kami lihat, vaksin ini benar-benar bisa mencegah penyakit dan bahkan keparahan penyakit," ungkapnya.
Meskipun begitu, Bumpus menekankan, angka kemanjuran vaksin tidak menggambarkan keseluruhan efektivitasnya.
"Anda masih bisa terkena Covid, tetapi dengan semua indikasi yang muncul, kasus-kasusnya tidak begitu parah dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi, dan itu sangat penting," imbuhnya.
Baca juga: Ketua Umum KITA Apresiasi Datangnya Kembali Bahan Baku Vaksin Covid-19 Sinovac
Para pembuat vaksin masih mempelajari apakah vaksin tersebut hanya mencegah orang dari Covid-19 yang parah, atau benar-benar melindungi dari infeksi virus corona.
Jika seseorang tidak menunjukkan gejala, bukan berarti dia tidak terkena Covid-19.
Itu juga berlaku untuk orang yang telah divaksin.
Oleh karena itu, orang yang telah divaksin tetap perlu memakai masker.
Seseorang dapat menjadi OTG (orang tanpa gejala) dan memiliki virus di saluran hidung.
Jadi, ketika ia bernapas, berbicara, atau bersin, dia masih dapat menularkan virus corona kepada orang lain.
4. Vaksin tidak bekerja secara retroaktif
Vaksin tidak bekerja secara retroaktif.
Seseorang dapat positif Covid-19 karena terinfeksi sebelum mendapatkan vaksin, dan ia belum mengetahuinya.
Itulah yang terjadi pada beberapa pekerja medis dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh CDC AS, Senin (1/2/2021) lalu.
Studi ini menemukan bahwa 22 dari 4.081 petugas kesehatan yang divaksinasi dinyatakan positif Covid-19 setelah mendapatkan dosis pertama mereka.
Salah satu penulis penelitian, Dr. Eyal Leshem dari Sheba Medical Center di Israel, mengatakan bahwa beberapa pekerja yang dites positif 'sebenarnya terinfeksi Covid sebelum mereka mendapatkan dosis pertama'.
5. Varian baru yang kurang rentan terhadap vaksin
Ada kekhawatiran bahwa varian virus corona baru yang telah menyebar di AS mungkin kurang rentan terhadap perlindungan yang diberikan vaksin.
Data laboratorium pendahuluan menunjukkan, vaksin harus memberikan perlindungan.
Oleh karena itu, para pemimpin kesehatan masyarakat pun ingin agar sebanyak mungkin orang mendapatkan vaksinasi secepat mungkin untuk membatasi peluang virus bermutasi.
Pembuat vaksin Covid-19 mengatakan, mereka sedang melakukan tes untuk melihat apakah vaksin bekerja melawan varian.
Mereka juga membuat penguat yang akan menambah perlindungan ekstra terhadap varian.
"Ada kemungkinan satu tahun dari sekarang, akan ada vaksinasi flu dan penguat pembaruan vaksin Covid," kata Schaffner.
"Kami harus menyesuaikan diri dengan apa yang dilakukan virus ini. Dan kami memiliki kapasitas untuk mengikuti virus, dan bahkan menjadi yang terdepan," imbuhnya.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)