Penanganan Covid
Vaksin Covid-19 Dijual Rp 3,5 Juta di Pasar Gelap, Transaksi Pakai Bitcoin
Pada Desember 2020, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) AS menyetujui vaksin Pfizer untuk melawan covid-19.
Editor:
Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pada Desember 2020, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) AS menyetujui vaksin Pfizer untuk melawan covid-19.
Dalam waktu 24 jam, salah satu kampanye vaksinasi global terbesar dalam sejarah dimulai, dengan negara-negara di seluruh dunia bergegas untuk mengakhiri pandemi.
Sayangnya, rantai pasokan belum mampu mengimbangi, dan program vaksinasi yang dirancang dengan buruk mengakibatkan penundaan yang lama. Dan, tentu saja, setiap negara memprioritaskan kelompok individu tertentu untuk vaksinasi.
Apa yang harus dilakukan oleh pencari dosis yang putus asa? Dan opsi apa yang terbuka bagi mereka yang ingin mendapat untung dari kekacauan? Mereka beralih ke pasar gelap.
Baca juga: Apa yang Ditakutkan Ariel Noah Selama Pandemi Covid-19?
Perusahaan keamanan siber Kaspersky dikutip dari situs resminya menyebut ada 15 pasar vaksin covid-19 berbeda di Darknet alias pasar gelap dan menemukan iklan untuk tiga vaksin Covid-19 yakni, Pfizer, AstraZeneca dan Moderna. Ada juga penjual yang mengiklankan vaksin covid-19 yang tidak terverifikasi.
Untuk bisa mengakses situs Darknet tersebut, mesti mengakses layanan dengan software, konfigurasi, dan otorisasi khusus, seringkali juga dibutuhkan pengaturan protokol komunikasi khusus agar bisa masuk ke darknet.
Pakar Keamanan di Kaspersky. Dmitry Galov mengatakan membeli vaksin covid-19 di pasar gelap sangat berbahaya.
Baca juga: Profil Bupati OKU Kuryana Azis yang Meninggal Terpapar Covid-19, Politikus NasDem & Mantan Birokrat
"Membeli vaksin dari pasar Darknet bukan ide yang baik," ujarnya dikutip dari situs resmi Kaspersky, Senin(8/3).
Kaspersky membeberkan mayoritas penjual berasal dari Prancis, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat.
Harga per dosis vaksin dibanderol berkisar antara US$250 atau Rp3,5 juta (kurs Rp14.378) hingga US$1.200 atau Rp17,2 juta dengan biaya rata-rata sekitar US$500 atau Rp7,1 juta.
"Komunikasi dilakukan melalui aplikasi perpesanan terenkripsi seperti Wickr dan Telegram, sementara pembayaran diminta dalam bentuk mata uang kripto, terutama Bitcoin," ujar Galov.
Para penjual di pasar gelap itu rata-rata sudah menjual 100 sampai 500 transaksi. Meski demikian, tidak jelas bagaimana efektivitas vaksin yang dijual gelap ini.
Baca juga: Menkes: Ada Empat Kasus Tambahan Positif Covid-19 Mutasi Corona B117
Masih mejadi pertanyaan apakah vaksin yang diperjualbelikan memiliki dosis yang tepat. Tidak diketahui juga berapa banyak iklan yang ternyata menjual barang palsu.
"Anda dapat menemukan apa saja di Darknet, jadi tidak mengherankan jika penjual di sana mencoba memanfaatkan proses vaksinasi yang sedang dilaksanakan hampir di seluruh penjuru dunia," ujar Galov.
Sebab, menurut Kaspersky selama setahun terakhir penipuan yang mengeksploitasi topik COVID makin marak. Bukan cuma vaksin yang dijual di pasar gelap, di sini pengguna juga bisa mendapat 'sertifikat vaksinasi'.