Virus Corona
Facebook Hapus Lebih dari 18 Juta Konten Disinformasi soal Covid-19 selama Pandemi
Facebook sudah menghapus belasan juta konten disinformasi mengenai Covid-19 selama pandemi hampir dua tahun berlangsung di seluruh dunia.
Penulis:
Wahyu Gilang Putranto
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Manajer Kebijakan Publik Facebook Indonesia, Karissa Sjawaldy, menyebut Facebook sudah menghapus belasan juta konten disinformasi mengenai Covid-19 selama pandemi.
"Sejauh ini kami sudah menghapus lebih dari 18 juta konten disinformasi terkait Covid-19 di seluruh dunia," ungkapnya dalam diskusi virtual bersama Tribunnews, Rabu (18/8/2021) dengan tema Merdeka Berpendapat, Merdeka dari Hoaks.
Perempuan yang akrab disapa Ica ini menyebut lebih dari 18 juta konten tersebut dihapus sejak tahun lalu saat pandemi mulai menyebar secara global.
Ica menyebut, Facebook tidak menentukan sendiri apakah konten itu benar atau salah.
"Kami dibantu oleh pengecek fakta pihak ketiga, membantu Facebook menandai konten disinformasi, sehingga kita bisa mengurangi distribusinya," ungkapnya.
"Jadi bukan kami yang menentukan suatu konten itu benar atau salah," tekannya.
Baca juga: Selama Pandemi, Kemenkominfo Deteksi 1.857 Hoaks dengan 4 Ribuan Konten di Medsos
Lebih lanjut, Ica menilai saat ini sebaran konten berisi disinformasi masih dijumpai di tahun kedua pandemi Covid-19.
"Penurunan atau tidak (sebaran konten disinformasi) bisa kita lihat sendiri, masih banyak nggak sih, misal masih banyak ya memang banyak-banyak aja," ujarnya.
Seluruh pihak, lanjut Ica, harus ikut berperan serta dalam menahan sebaran konten disinformasi mengenai Covid-19.
"Dibutuhkan peran serta seluruh pihak, siapapun yang menggunakan media digital untuk berpikir kritis lagi dan tahan dulu sebelum menerima informasi," ungkapnya.
"Kami di Facebook juga berupaya membatasi penyebaran informasi yang salah, tapi balik lagi harus dibarengin dengan upaya kita meningkatkan literasi digital di Indonesia," tambahnya.
Baca juga: IPW Minta Kapolri Copot Kapolda Sumsel soal Hoaks Sumbangan Rp 2 Triliun Meski Sudah Minta Maaf
Ica menyebut Facebook memiliki kebijakan untuk menurunkan akun yang memang berulang kali memosting misinformasi tentang Covid-19 yang melanggaran aturan.
"Makanya kami pengen terus mengedukasi masyrakat, misalkan menemukan informasi terkait Covid, untuk tahan dulu, jangan sharing dulu," imbaunya.
Ica menyebut pengguna harus mengecek kebenaran informasi yang didapat sebelum membagikan.
"Kalau sudah terlanjur share tapi ternyata (informasi hoaks itu) membawa keburukan atau bahaya untuk orang lain, kan jadi bersalah juga," ungkapnya.
"Saya ingin menekankan lagi tahan dulu sebelum sharing informasi yang kita terima, cek lagi apakah informasinya benar, apakah sumbernya terpercaya dan kredibel," tekannya.
Baca juga: Ribuan Hoaks Covid-19 Membingungkan hingga Ancam Kesehatan Masyarakat
Tak Asal Hapus Konten
Lebih lanjut Ica menyebut tidak semua konten misinformasi soal Covid-19 yang ditemui di Facebook dan Instagram akan dihapus.
"Kenapa, karena ya misinformasi itu kompleks, jadi kita nggak mau menjadi platform yang menentukan apakah suatu konten itu benar atau salah," ungkapnya.
Ica menyebut, tidak semua informasi secara tegas benar atau salah.
"Kadang-kadang bisa saja, kaya derajat kebenaran atau unsur opini yang pengguna pun perlu tahu," ungkapnya.
Facebook, lanjut Ica, akan tegas menghapus konten jika informasi yang dibagikan dinilai membahayakan.
Baca juga: Hoaks Mengenai Klaim Biaya Pengobatan oleh Pasien Covid-19 di Dinkes
Dalam penilaian mengenai konten, Facebook bekerja sama dengan berbagai pihak, misalnya para pakar kesehatan.
"Kami mengandalkan informasi dari pakar-pakar kesehatan tentang disinfo soal Covid yang membuat orang rentan tertular atau menularkan Covid ke orang lain," ungkapnya.
Konten-konten misinformasi, lanjut Ica, akan memiliki tanda "i" pada sebelah kanan konten.
Pengguna Facebook diminta untuk aktif membuka informasi yang ada di dalamnya yang berisi rujukan informasi yang benar.
Selain itu, Ica juga berharap keturutsertaan pengguna Facebook maupun Instagram untuk melaporkan konten-konten yang tidak benar.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto)