Selasa, 26 Agustus 2025

Ibadah Haji 2022

Naskah Khutbah Arafah dengan Tema Nilai-nilai Kemanusiaan Ibadah Haji

Naskah khutbah Arafah, jemaah haji wukuf di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah.

Penulis: Nuryanti
Editor: Daryono
freepik
Ilustrasi Wukuf di Arafah. Naskah khutbah Arafah, jemaah haji wukuf di padang Arafah pada 9 Dzulhijjah. 

Keniscayaan yang tidak dapat ditawar sehingga mereka yang sakitpun kita bawa ke sini lewat safari wukuf.

Siapa yang melewatkan wukuf di Arafah maka tidak sah ibadah hajinya.

Ini memberi pelajaran kepada kita bahwa dalam kehidupan sehari-hari ada hal hal yang mau tidak mau harus kita jalankan untuk kepentingan tertentu, suka tidak suka siapapun orangnya ia harus tunduk melaksanakan suatu kewajiban.

Kehidupan kita sehari-hari selalu diwarnai dengan apa yang harus dilakukan, apa yang harus ditinggalkan, apa yang dianjurkan dan apa yang sebaiknya ditinggalkan agar hidup menjadi nyaman dalam interaksi dengan sesama manusia, selalu damai dan terhindar dari konflik yang merugikan.

Jika kewajiban sudah diabaikan, jika larangan sudah diterjang tanpa merasa bersalah dan jika anjuran untuk berbuat baik tak didengar lagi, maka keseimbangan tatanan masyarakat akan terganggu dan kita berada dalam goncangan yang merugikan masyarakat secara luas.

Di padang Arafah ini kita bersimpuh dengan pakaian ihram, selembar kain tak berjahit yang dililitkan ke tubuh kita, laksana mayat yang akan menghadap sang Khalik, tak membawa atribut, pangkat, dan kedudukan serta status sosial.

Prinsip persamaan derajat dan kedudukan (al musawah) inilah yang tercermin dalam ibadah haji.

Kita diajarkan untuk tidak mementingkan ego masing-masing dan sebaliknya peduli kepada urusan banyak orang.

Kita bisa berbagi dengan sesama, menolong mereka yang lemah, menunjukkan jalan bagi mereka yang tersesat, berbagi kesempatan di tengah segala sesuatu yang serba sempit dan terbatas.

Kita dibiasakan untuk menahan diri dari dorongan syahwatiyah dalam rangka makin mendekatkan diri kepada Allah sedekat-dekatnya.

Pada akhirnya, kita semuanya hanya membawa selembar kain kafan untuk menghadap Ilahi dan pada saat ini kita diajarkan tentang kesadaran terhadap hal ini.

Terhadap kematian yang sering kita takutkan atau kita lupakan atau pura-pura lupa dan tidak mau mengingatnya.

Kita dibiasakan untuk meningkatkan ketundukan pada kehendak Allah, menekan ego masing-masing dan membiasakan diri untuk hidup apa adanya, bukan hidup apa-apa ada dari sumber yang tidak jelas asal-usulnya.

Kita diminta sebanyak-banyaknya berzikir mengingat Allah agar hati menjadi tenang, damai, khusyu’, dan itulah sesungguhnya puncak kebahagiaan sejati manusia tatkala diri ini merasa begitu dekat kepada Allah, selalu mengingat-Nya dalam setiap situasi dan akhirnya mampu berakhlak dengan akhlak Allah (takhallaqu bi-akhlaaqillah) yang terefleksikan dalam perilaku sehari-hari yang santun, taat pada aturan, dan berakhlak mulia dengan sesamanya.

Ketenangan jiwa tersebut sesungguhnyadapat dicapai melalui zikir sebagaimana firman-Nya:

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan