Kerusuhan di Mesir
Seluruh Wartawan Diminta Tinggalkan Tahrir Square
Petugas keamanan Mesir meminta seluruh wartawan meninggalkan Tahrir Square
Editor:
Dahlan Dahi

"Security forces order all journalist and reporters in and around Tahrir Square," tulis Aljazeera.
Demonstrasi yang berujung kekerasan itu meminta sejumlah korban, termasuk wartawan.
PJ Crowley, Asisten Sekretaris Negara Amerika Serikat, melalui twitter mengatakan, ada kampanye untuk mengitimidasi wartawan internasional di Kairo. "We condemn such actions," katanya.
Shahira Amin, Wakil Kepala Pemberitaan Nile TV, stasiun TV di Mesir, mengundurkan diri, demikian Tribunnews.com mengutip Aljazeera.
Tidak dijelaskan alasan detail pengunduran diri kecuali disebutkan bahwa pengunduran diri itu terkait dengan liputan demonstrasi antipemerintah.
Demonstrasi antipemerintah di Mesir yang sudah memasuki hari kesepuluh meminta sejumlah korban di pihak wartawan.
Aljazeera, jaringan TV dan berita berpengaruh di Arab, melalui kanal khusus blog di internet melaporkan, baru saja dua reporternya diserang.
Dua reporter yang tak disebutkan namanya itu diserang dalam perjalanan dari bandara ke pusat kota Kairo, Mesir.
Belum disebutkan kelompok mana atau siapa yang menyerang. "More update soon," tulis Aljazeera.
Tribunnews.com sebelumnya memberitakan, wartawan terkemuka CNN, Anderson Cooper, dan sejumlah krunya diserang oleh para pendukung Presiden Mesir Hosni Mubarak di Kairo. Demikian keterangan yang disampaikan CNN, Rabu (2/2/2011).
Editor CNN, Steve Brusk, mengirimkan tweet jika Anderson dipukuli 10 kali di bagian kepala oleh pro Mubarak yang mengelilinginya ketika ia mencoba meliput aksi tersebut. Dalam laporan selanjutnya dikabarkan jika tak ada ada yang mengalami korban luka serius dalam serangan tersebut.
Serangan ini terjadi saat para pendukung pro-Mubarak menyerang anti-Mubarak yang meneriakkan agar Mubarak segera lengser dari kursi kepresidenan.
Dilansir AP, Rabu
(2/2/2011), ini merupakan puncak kekerasan yang signifikan di antara
dua kubu. Pertikaian dua kubu ini pecah setelah Mubarak, melalui siaran
televisi, menegaskan jika dirinya tidak akan mundur dan akan terus
memerintah selama sisa masa jabatannya.