Kerusuhan di Mesir
Kantor Aljazeera Kairo Dirusak
Kantor stasiun TV berpengaruh di Arab, Aljazeera, dirusak kelompok tidak dikenal, Jumat (04/02/2011).
Editor:
Dahlan Dahi
Stasiun TV yang berbasis di Doha, Qatar, itu melalui kanal khusus di internet mengatakan kantornya dirusak oleh "unknown men".
Belum ada keterangan lebih lanjut mengenai insiden tersebut.
Sejak Kamis (03/02/2011) kemarin, puluhan wartawan ditahan dan dipukul di Kairo.
Seorang wartawan Yunani ditebas saat meliput bentrokan antara massa pro dan antipemerintah di Tahrir Square.
Aljazeera juga melaporkan, tiga wartawan mereka ditahan di Kairo, setelah sebelum dua wartawan Aljazeera diserang.
Total keseluruhan korban bentrokan di Kairo sejauh ini delapan orang tewas, demikian BBC News mengutip Menteri Kesehatan Mesir. Sebanyak 890 orang luka, sembilan di antaranya kritis.
Para wartawan yang meliput tidak hanya menjadi korban kekerasan fisik, tapi juga ancaman politik.
Shahira Amin, Wakil Kepala Pemberitaan Nile TV, stasiun TV di Mesir, mengundurkan diri, demikian Aljazeera melaporkan.
Tidak dijelaskan alasan detail pengunduran diri kecuali disebutkan bahwa pengunduran diri itu terkait dengan liputan demonstrasi antipemerintah.
Demonstrasi antipemerintah di Mesir sudah memasuki hari kesepuluh.
Tribunnews.com
sebelumnya memberitakan, wartawan terkemuka CNN, Anderson Cooper, dan
sejumlah krunya diserang oleh para pendukung Presiden Mesir Hosni
Mubarak di Kairo. Demikian keterangan yang disampaikan CNN, Rabu
(2/2/2011).
Editor CNN, Steve Brusk, mengirimkan tweet jika Anderson dipukuli 10 kali di bagian kepala oleh pro Mubarak yang mengelilinginya ketika ia mencoba meliput aksi tersebut. Dalam laporan selanjutnya dikabarkan jika tak ada ada yang mengalami korban luka serius dalam serangan tersebut.
Serangan ini terjadi saat para pendukung pro-Mubarak menyerang anti-Mubarak yang meneriakkan agar Mubarak segera lengser dari kursi kepresidenan.
Dilansir AP, Rabu (2/2/2011), ini merupakan puncak kekerasan yang signifikan di antara dua kubu. Pertikaian dua kubu ini pecah setelah Mubarak, melalui siaran televisi, menegaskan jika dirinya tidak akan mundur dan akan terus memerintah selama sisa masa jabatannya.