Rabu, 24 September 2025

Kerusuhan di Mesir

Puluhan Mahasiswa Asal Aceh Terperangkap di Mesir

Puluhan mahasiswa asal Aceh terperangkap dalam rumah-rumah kost di Kairo, Mesir. Mereka tidak bisa keluar karena kondisi di Kairo memanas

Editor: Iwan Apriansyah
zoom-inlihat foto Puluhan Mahasiswa Asal Aceh Terperangkap di Mesir
ALJAZEERA
Tahrir Square, pusat gerakan demonstrasi anti-Husni Mubarak, di Kairo, Mesir.
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Puluhan mahasiswa asal Aceh dilaporkan terperangkap dalam rumah-rumah kost di Kairo, Mesir. Mereka tidak bisa keluar dari rumahnya karena kondisi keamanan di Kairo yang semakin memanas dalam beberapa hari terakhir.

Kondisi ini paling tidak dialami oleh 48 mahasiswa asal Aceh yang tinggal di sebuah flat di kawasan Matariah, Kairo. Kawasan ini hanya terpaut beberapa kilometer dari  pusat berkumpulnya massa demonstran anti-Mubarak di Tahrir Square.

"Saat ini anak kami bersama 47 kawannya masih terperangkap di sebuah flat yang satu lantainya disewa bersama oleh para mahasiswa asal Aceh. Tadi dia bilang kondisi mereka baik-baik saja. Tapi kami selaku orang tua tetap cemas dan berharap semoga situasi ini cepat membaik," ungkap Drs Munasco Msi, ayah dari Muhyiddin Wincolis Natuah, satu dari 48 mahasiswa asal Aceh yang dilaporkan terperangkap di dalam rumahnya di Matariah, Kairo.

Saat ditemui di rumahnya, Jalan Kapai Kleng, Uleekareng, Banda Aceh, Kamis (3/2) kemarin, Munasco yang ditemani istrinya Hj Eulisa Fajrina MKes, terlihat gundah. Selain terus mendoakan keselamatan anaknya serta seluruh warga Aceh di Mesir, suami istri ini juga berharap Pemerintah Indonesia, khususnya Pemerintah Aceh bisa mencari solusi untuk mengevakuasi para mahasiswa itu dari tempat tinggalnya.

"Kita berharap Pemerintah Aceh melobi Pemerintah Pusat sehingga bisa mengevakuasi mereka secepatnya. Selain itu, juga harus ada jaminan mereka bisa tetap melanjutkan kuliah saat kembali ke Mesir setelah kondisi di sana membaik," ujar Dosen Pengajar Pendidikan Fisika Universitas Syiah Kuala ini

Putra Munasco, Muhyiddin Wincolis Natuah, saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester akhir (tingkat IV) program S-1 di Universitas Al-Azhar, jurusan Bahasa Arab. Alumni MAN Model Banda Aceh tahun 2005 ini, sudah menyelesaikan ujian akhir tahap pertama, dan saat ini sedang menunggu jadwal ujian tahap kedua.

"Saat awal-awal pecahnya kerusuhan saya sudah berkali meminta dia untuk pulang dulu ke Aceh, tapi dia berkeras tetap tinggal karena takut studinya akan terganggu. Dia sangat ingin segera lulus S-1 agar bisa melanjutkan ke S-2," kata dia.  

Munasco menuturkan, saat dibujuk pulang ke Aceh pada awal minggu lalu, anaknya yang akrab dipanggil Tuah dan rekan-rekannya berkeras tetap tinggal, karena sangat yakin situasi di Mesir akan segera membaik. "Tapi ternyata belakangan situasi terus memburuk. Untungnya mereka sudah terlebih dahulu menstok makanan, sehingga bisa bertahan di dalam rumah," ujarnya.

Di sela-sela wawancara dengan Serambi pukul 18.00 WIB kemarin, Munasco mengambil handphonenya untuk menghubungi Tuah. Setelah beberapa kali panggil, akhirnya ia bisa berbicara dengan anaknya yang sedang berada di Mesir. Ketegangan jelas terlihat di wajah Munasco dan istrinya saat berbicara dengan Tuah. Namun, setelah sekitar 3 menit berbicara, sambungan telepon terputus.

"Alhamdulillah, kata dia dan kawan-kawannya dalam kondisi baik-baik saja. Tapi bagaimana pun juga saya sangat khawatir, karena kita tidak tahu dengan kondisi di sana," ujar Munasco usai berbicara dengan anaknya.

Menurut Munasco, kecemasan para orang tua  terhadap keselamatan anaknya sangat beralasan karena berita yang diterima sangat simpang siur. Bahkan, kata dia, salah satu orang tua yang anaknya tinggal serumah dengan Natuah mengatakan stok makanan hanya cukup untuk tiga hari.
"Waktu saya telepon siang tadi (kemarin-red), suara Natuah juga terdengar lemas. Saya pikir sudah kekurangan makanan. Tapi barusan dia bilang kondisinya baik-baik saya," ujar Munasco seraya berharap masyarakat Aceh agar mendoakan keselamatan seluruh warga Aceh di Mesir, juga keselamatan rakyat Mesir secara keseluruhan.

Informasi lainnya yang diterima dari Harsyi Rusli El-Bidari mahasiswa asal Aceh di Kairo, Kamis (3/2) dinihari WIB, dari sejumlah data yang diperoleh, dari 415 WNI yang telah dievekuasikan dalam gelombang pertama, terdapat 32 orang warga dan mahasiswa Aceh, 12 orang di antaranya anak kecil.

Dalam surat elektroniknya, Harsyi Rusli juga mengatakan, Ketua Keluarga Masyarakat Aceh di Mesir, Tgk Muhammad Husni Muktar menyampaikan pesan kepada seluruh orang tua yang memiliki anaknya di Mesir, supaya jangan merasa khawatir terhadap kondisi anaknya, karena masih dalam keadaaan aman. Hal yang sama juga ditegaskan oleh Luthfi Mansyurni, selaku Geuchik di El-Qatamiah yang di konfirmasi secara terpisah.(nal)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan