Rabu, 19 November 2025

Kisah 'Hosto' di Jepang, Menekan Payudara Hingga Angkat Meja dan Kursi

api kemudian muncul satu masalah, hosto adalah dunia lelaki

Tribunnews.com/Richard Susilo
Yumesaki Kyoya (20), Hosto di Jepang 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Impiannya untuk menjadi Hosto memang sudah ada sejak kecil. Tapi baru kali ini kesampaian dan bahagia luar biasa.

Tapi kemudian muncul satu masalah, hosto adalah dunia lelaki, melayani wanita yang mau curhat dan santai di depan hosto. Sementara dirinya wanita dan punya buah dada layaknya seorang wanita.

"Untung buah dada saya tidak besar dan untuk itu ya biar kelihatan seperti lelaki ya saya tekan serendah mungkin agar tidak nongol tidak kelihatan buah dada, sehingga seperti lelaki juga, layaknya seorang hosto," papar Yumesaki Kyoya (20) khusus kepada Tribunnews.com.

Hosto merupakan bagian dari kebudayaan Jepang. Melayani wanita, kebalikan Geisha yang melayani lelaki.

Menjadi Hosto sangatlah sulit. Bukan hanya membutuhkan kemampuan berbahasa Jepang yang baik, tetapi juga harus menguasai psikologis tamunya, menyambung pembicaraan sehingga menarik bagi tamunya serta penguasaan budaya Jepang itu sendiri.

Jadi bukan hanya ganteng dan pintar, tetapi enak berkomunikasi, enak berdialog dengan sang tamu yang semuanya wanita, sangat dibutuhkan ketrampilan itu bagi seorang Hosto yang umumnya tampan.

Untuk pertama kali di Tokyo, sejak Desember tahun lalu dibuka Klub Hosto ACT ini di Kabukicho Tokyo, Kyoya, tampil satu-satunya sebagai Hosto wanita di tengah 28 hosto pria di sana.

"Berat menjadi hosto karena tak ada perbedaan kerja dengan lelaki hosto di sini," tambahnya. Misalnya angkat bangku, meja dan sebagainya yang dilakukan pria juga dilakukan Kyoya.

Meskipun demikian sebagai Hosto wanita pertama di Tokyo yang mengaku masih terus belajar dan ingin jadi nomor satu, diakuinya ada keuntungannya juga sebagai wanita.

"Kaget juga tamu di sini kan semuanya wanita, ketika mengetahui saya wanita tak menyangka sama sekali. Tetapi justru karena sama-sama wanita seolah mereka jadi lebih enak lebih terbuka curhat sebagai sesama wanita," tambahnya.

Sampai saat ini Kyoya baru memiliki emapat atau lima tamunya yang solid kepadanya. Budaya hosto adalah tidak merebut tamu satu sama lain.

Apabila saat ini tamu A misalnya ke Hosto B, maka Hosto C tak boleh memiliki tamu A apabila dia datang kembali ke klub hosto tersebut. Kecuali atas permintaan tamu A ingin bersama Hosto C. Inilah salah satu etika paling penting di dunia hosto.

"Saya berusaha menjaga semua tamu saya dengan baik, dan moga-moga saj aterus bertambah nantinya karena kita baru beroperasi sejak Desember jadi baru sekitar tiga bulan saja, masih banyak yang mesti dilalui nantinya untuk bisa menjadi Top Hosto di sini."

Penghasilan Hosto yang top di Jepang per bulan bisa jutaan yen.

Bahkan seorang hosto top di masa lalu bisa berpenghasilan sedikitnya 100 juta yen per tahun. Tapi tidak mungkin tampaknya terjadi saat ini karena ekonomi Jepang yang masih merambat rata tak ada kemajuan peningkatan ekonomi yang berarti.

Kyoya memiliki ciri khas dengan tambutnya menutupi mata kanannya, "Ini ciri khas saya, jangan dibuka, biarkan tertutuo begini," tambahnya.

Pakaian dan semua peralatannya diakuinya beli sendiri tidak dari klubnya, olehkarena itu cukup berat bekerja sebagai Hosto termasuk pengaturan biaya hidup,

"Sampai sekarang saya masih hidup pas-pasan belum bisa menabung sedikit pun karena harus beli perlengkapan ini itu buat bekerja sebagai hosto yang biayanya tidak murah," paparnya.

Sebagai hosto di klub ACT memang dapat gaji standar UMR biasa. Pas-pasan untuk hidup. Bonus diberikan sesuai prestasi kerja dia. Apabila dia tak bekerja tak memperoleh tamu, tentu tak mendapat bonus.

Pelayanan kepada wanita juga agar pintar menjamu dan menawarkan minuman yang mahal, sehingga biaya tamu pada akhirnya menggelembung. Dari sanalah komisi bonus para hosto diambil ditambah UMR bulanan dia tersebut.

Rata-rata uang masuk 5000 yen per orang. Namun setelah santai dan minum-minum wine atau whisky dan sebagainya mungkin rata-rata menjadi 25.000 yen per orang.

Bahkan ada yang sampai 500.000 yen per orang setelah bersantau di klub hosto. Semua tergantung macam pelayanan dan minuman yang dipesan tamu.

Pada hakekatnya di klub hosto tidak boleh melakukan hubungan seks. Hanya ngobrol santai, curhat dari sang tamu wanita kepada sang hosto.

Setelah jam kerja selesai, apakah tamunya kemudian mengajak pacaran, itu sudah di luar kekuasaan klub yang bersangkutan dan menjadi tanggungjawab pribadi perorangan.

"Sebagai hosto pada dasarnya hanya berusaha menjamu tami wanita agar dia santai nyaman berduaan dengan kita sambil minum-minum atau pun merokok dan lainnya, sama sekali tak ada urusan seks," tambah wanita yang lahir di Kagoshima tersebut.

Tags
Jepang
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved