Delta Mekong dalam ancaman
Masuknya air laut jauh ke dalam aliran Sungai Mekong mengancam produksi pangan di empat negara.

Cai Rang, salah satu pasar buah dan sayur mengapung di Delta Mekong, Vietnam, adalah atraksi turis yang populer.
Pemandangan hijau sepanjang mata memandang di Delta Mekong menjadi gambaran betapa suburnya kawasan tersebut.
Sawah hijau di sekitar sembilan anak sungai yang sering disebut "Sembilan Naga" menjelaskan kenapa kawasan ini adalah keranjang pangan dunia.
Mekong adalah sumber ikan air tawar terkaya dan menyumbang lebih dari seperlima ekspor beras dunia, meski yang kelihatan tak menunjukkan kenyataannya.
Air laut yang masuk dari selatan, peningkatan dari bendungan air di utara dan pertambangan pasir skala besar, semuanya membahayakan delta, menurut pejabat.
Dampaknya, sekitar 500 hektar atau 5 km persegi lahan hilang karena erosi setiap tahunnya, kata mereka.
"Naiknya permukaan air laut membuat air menerjang begitu cepat membuat upaya kami menahannya, gagal," kata Ky Quang Vinh, direktur Badan Koordinasi Perubahan Iklim, sebuah lembaga negara di Can Tho, Vietnam, kota paling padat penduduk di Mekong.
"Kami berhenti menanam bakau di pantai karena pohon itu tumbuh jika air laut berada di bawah ketinggian 1,6mm setahun, padahal penelitian kami menunjukkan bahwa kenaikan terjadi hingga 5mm."
"Beberapa tanggul kami juga sudah hancur."
Air laut tak teratasi

Banyak petani yang beralih ke budidaya udang air laaut karena naiknya permukaan air dari Laut Cina Selatan mengancam panen padi.
Seiring semakin asinnya air sungai, petani di sepanjang delta Mekong semakin lama beralih ke tambak udang. Air asin ditemukan masuk ke sungai sampai 60km dari laut.
Menurut Southern Irrigation Research Institute, intrusi air laut menghancurkan lebih dari 6000 hektar sawah tahun lalu.
"Hampir setengah dari populasi penduduk di delta tak punya akses ke air bersih dan ini serius," kata Le Anh Tuan, wakil direktur Lembaga Riset Perubahan Iklim.
Ilmuwan di Komisi Sungai Mekong, MRC, badan antarpemerintah, juga mengingatkan jika air laut terus naik dengan tingkat yang seperti diproyeksikan, yaitu satu meter pada akhir abad ini, sekitar 40% delta akan hilang.
MRC meliputi empat negara di kawasan Mekong bawah yaitu Thailand, Laos, Kamboja, dan Vietnam.
Ekspansi bendungan

Delta Mekong memproduksi lebih dari separuh produksi gabah Vietnam dan 90% ekspornya.
Di utara, ekspansi bendungan yang semakin cepat menimbulkan kekhawatiran.
Beberapa bendungan sudah menimbulkan gangguan ekologi sungai yang terbentang sepanjang hampir 5000 km dari Tibet ke Cina sampai ke laut.
Menurut International Rivers (IR), organisasi yang menangani persoalan untuk sungai lintas batas negara, Cina sudah membangun enam "dam raksasa" di sungai dan merencanakan untuk membangun 14 lagi dalam 10 tahun ke depan.
"Pembangunan bendungan di Cina di Mekong bagian hulu sudah berdampak di hilir, terutama di sepanjang perbatasan Thailand-Laos yang masyarakatnya mengalami penurunan tangkapan ikan dan perubahan ketinggian permukaan air yang secara serius berdampak pada penghidupan mereka," menurut IR dalam satu laporan.
"Dengan mengubah hidrologi air, menghambat migrasi ikan, dan mempengaruhi ekologi sungai, pembangunan bendungan di Mekong akan berdampak di seluruh sungai."
Laos, Kamboja, Thailand, dan Vietnam berencana untuk mengikuti langkah Cina untuk membangun puluhan bendungan di Mekong.
Proyek bendungan air Don Sahong di Laos sangat kontroversial di Kamboja dan Vietnam, dua negara yang menjadi bagian paling selatan sungai tersebut.

Aktivis Kamboja terkejut saat Laos menyetujui proyek PLTA Don Shong dekat perbatasan.
Ada bukti baru yang menunjukkan bahwa bendungan menahan sedimen penting yang kaya nutrisi dan memperkaya dasar sungai dan penting bagi kehidupan ekosistem tersebut.
Menurut Komisi Sungai Mekong, ada lebih sedikit 85 juta ton batu, pasir, dan kerikil yang tersimpan di sungai sekarang dibanding pada 1992, sebagian besar karena konstruksi bendungan dan PLTA serta waduk di hulu.
"Lebih sedikit air dan sedimen dari utara berarti lebih banyak air laut yang masuk di selatan dan semakin banyak hilangnya delta serta penghuninya," kata La Se Sheng dari badan pengawasan sumber daya alam dan lingkungan pemerintah Vietnam.
Meski MRC berkoordinasi untuk perkembangan sumber air di antara negara anggotanya, namun pengamat mengatakan mereka belum melakukan cukup untuk menyelesaikan konflik bendungan dan menangani konsekuensinya.
Membenamkam kepala dalam pasir
Ada faktor ketiga yang mengancam: puluhan juta meter kubik pasir yang ditambang dari sungai Mekong dan mengalir melewati Laos, Thailand, Kamboja, dan Vietnam.
Penelitian dari organisasi lingkungan WWF menunjukkan bahwa penambangan ini terjadi di Kamboja dan Vietnam.
"Di bagian delta di Vietnam, ada lebih dari 150 pertambangan pasir, tersebar di sepanjang 8000 hektar (80km persegi) permukaan sungai, yang sudah diberi izinnya oleh 13 provinsi di Mekong Delta," menurut laporan tersebut.

Cina memiliki sekitar separuh dari bendungan tertinggi di dunia.
"Sekitar satu miliar meter kubik pasir dibutuhkan pada 2020 untuk memenuhi material pembangunan di kawasan Delta Mekong."
Juru kampanye lingkungan di Vietnam mengatakan bahwa pemerintah sadar akan biaya ekologi pertambangan tersebut namun tidak mengambil tindakan.
"Mereka tidak bisa meminta pemerintah lokal untuk menarik izin karena perusahaan kemudian akan meminta kompensasi," kata Duong Van Tho dari Koalisi Pertambangan Vietnam.
Sejumlah risiko tambahan mengancam.
"Beberapa bagian sungai dalam wilayah kami hanya lima meter dalamnya, jadi kapal besar tidak bisa lewat situ," kata Phan Thanh Tien, direktur jenderal pelabuhan Cai Cui di Mekong. "Namun untuk melebarkan kapasitas navigasi kami, tak ada pilihan selain mengeruk dasar sungai."

Sepertiga dari Delta Mekong adalah rawa-rawa, dan di utara, ada sungai yang rata dan penuh rerumputan tapi di musim hujan, kedalamannya bisa mencapai tiga meter.
Dengan badan pemerintah dan perusahaan swasta yang mengeruk sungai, maka komunitas di sekitar sungai semakin rentan.
"Setelah pengerukan seperti itu, kapal besar mulai masuk ke anak sungai yang lebih kecil dan kanal sehingga menyebabkan gelombang air yang kuat merusak penahan dan membanjiri rumah kami," kata tokoh masyarakat An Binh, Phlam Bang Sung.
Pakar juga mengatakan bahwa pola curah hujan yang tak teratur juga membuat banjir lebih parah pada musim hujan.
Panel Antarpemerintah soal Perubahan Iklim atau IPCC sudah sejak lama memperingatkan bahwa delta Mekong akan merasakan dampak perubahan iklim.
Dalam laporan terbarunya, "Rencana nasional penanganan terhadap perubahan iklim sudah dibuat di empat negara yang dialiri sungai Mekong, tapi rencana penanganan antar-negara belum ada."