Minggu, 21 September 2025

L Sugiharto: Ada Gerakan Terstruktur Berusaha Merusak dan Mengoyak Kestabilan NKRI

Sugiharto melihat, sepertinya sudah terjalin jaringan sedemikian rupa sehingga dengan cepat gerakan tersebut bisa terjadi.

Editor: Johnson Simanjuntak
Ist
L. Sugiharto, mantan perwira tinggi TNI 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Salah penanganan bisa jadi liar.

Hiruk pikuk masalah Ahok susah melebar kemana-mana.

Tampaknya ada gerakan terstruktur yang berusaha mengoyak kestabilan NKRI.

"Yang semula hanya pada pribadi Ahok yang telah menistakan agama entah dari mana asal mulanya sekarang sudah berkembang menjadi sentimen agama bahkan bisa berkembang ke arah etnis dan SARA," papar seorang mantan perwira tinggi TNI L. Sugiharto khusus kepada Tribunnews.com Senin ini (15/5/2017).

Tentunya, tambahnya, kita semua sepakat bahwa perbedaan adalah boleh-boleh saja, tetapi hendaknya tetap memiliki komitmen bahwa NKRI ini tidak boleh terkoyak.

"Saya mau mencoba merangkai dari kejadian Ahok ini dari berbagai sudut pandang. Mudah-mudahan bisa menggugah hati kita semua bahwa dengan kebhinekaan selain dapat menjadi perekat dan kekuatan juga bisa jadi kerawanan."

Terlepas dari dukungan terhadap Ahok ini rekayasa atau tidak, ungkapnya lagi, faktanya diawali adanya himbauan Kapolri agar Pok Silent Mayority berikan dukungan kepada Polisi dalam menindak Pok intoleran dan radikalisme dan anti kebhinekaan.

"Akhirnya kita lihat terjadi secara serentak dalam bentuk kiriman karangan bunga ke Balaikota, Mabes Polri dan hampir di semua Kantor Kepolidian di daerah yang kemudian berkembang berupa pengiriman balon, pembakaran lilin dengan berbagai hiruk pikuk dan perilaku massa."

Bahkan ada tindakan dan ucapan yang bisa mengarah kepada perpecahan anak bangsa, tambahnya.

" Dari sini kita bisa tahu bahwa sudah terbentuk jaringan yang sudah terstruktur dengan gerakan spontan atau ada sebuah komando entah dari siapa."

Sugiharto melihat, sepertinya sudah terjalin jaringan sedemikian rupa sehingga dengan cepat gerakan tersebut bisa terjadi.

"Saya teringat peristiwa tahun 1998 yang lalu hampir mirip dengan sekarang berupa gerakan massa yang puncaknya terjadi pada bulan Mei. Apakah kebetulan ? Ini semua jadi pembelajaran bagi anak bangsa ini agar bisa mawas diri bahwa NKRI yang beragam suku, agama dan ras ini sangat rentan untuk dipecah belah."

Sudah berulang kali diungkapkannya bahwa Indonesia berbeda dengan negara lain.

"Bangsa Indonesia terdiri dari ratusan bahkan ribuan suku-suku yang tersebar pada ribuan pulau. Sementara negara lain hampir tidak ada suku aseli sehingga sejarah terbentuknya suatu bangsa di negara mereka adalah dari berbagai bangsa di dunia."

Itulah sebabnya, tambahnya, mengapa pendiri bangsa ini memunculkan pasal 6 UUD 1945 sebelum diamandemenkan.

"Kita semua tidak tahu, tetapi dengan kejadian Ahok ini membuka mata kita semua bahwa bangsa ini rentan terhadap perpecahan. Reformasi sdh terjadi dan kehidupan berbangsa dan bernegara sedang berjalan yang ditandai dengan demokratisasi dan penghargaan kepada HAM sangat mengemuka."

Semua tidak bisa dihindari. Semua memiliki hak yang sama baik sebagai bangsa maupun warga negara Indonesia.

"Artinya ke depan sudah siapkah bangsa ini menghadapi perubahan yang ada ini sesuai dengan konstitusi hasil amandemen ? Yang utama sebagai bangsa Indonesia dan khususnya WNI harus memiliki komitmen bahwa negara ini harus dijaga tetap utuh. Karena yang terjadi dengan kasus Ahok saat ini sudah bisa dikatakan mengarah dan bermuara kepada suksesi kepemimpinan nasional yang akan datang."

Satu hal yang harus dipegang siapapun yang memimpin negeri ini apakah anak BUMI PUTERA atau WNI harus tetap komitmen pd Pancasila sebagau Ideologi Negara, tetap menjaga keutuhan NKRI dan jangan ada niatan untuk menguasai apalagi tindakan diskriminatif sehingga ada yang merasa tersisihkan, tambahnya.

"Di situlah sumber terjadinya perpecahan. Di sisi lain ini bisa jadi sebuah pesan khususnya kepada Jokowi selaku Presiden bahwa sipembuat pesan ingin mengingatkan bahwa dengan uang saya bisa dan punya kemampuan untuk lengserkan siapapun Presidennya bila tidak ikuti keinginannya."

Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan siapa yg bermain ?

"Inilah buah dari amandemen UUD 1945 yang sudah jauh melenceng dari Pancasila dengan pemilihan langsung yang penuh dengan dinamika politik uang dan lainnya sehingga harus ada sponsor dan lainnya, di mana semuanya punya kepentingan dan motivasi yang berbeda-beda."

Dengan peristiwa Ahok ini jadi sebuah pembelajaran bagi pemangku jabatan saat ini bahwa bangsa ini rentan terjadi perpecahan.

"Ucapan dan tindakan haruslah bijak dan hati-hati sebab bila salah bisa liar tak terkendali dan akan fatal akibatnya. Banyak yang miliki kepentingan di negeri ini, ibarat rumah tangga tidak ada yang akan mau menjaga dan memelihara rumah kita kecuali kita sendiri."

Hendaknya kita semua tetap memiliki komitmen terhadap NKRI berdasarkan Pancasila seraya berdoa semoga Allah SWT Tuhan YME tetap menjaga dan selamatkan bangsa ini dari malapetaka. Aamiin YRA, harap Sugiharto lagi.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan