Selasa, 9 September 2025

Polemik Yerusalem

Banyak Negara Kecam Langkah Donald Trump Pindahkan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem

Status Yerusalem merupakan jantung utama konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung lama.

Editor: Choirul Arifin
THE DAILY STAR
Warga Palestina berdoa di dekat masjid Al Aqsa di Yerusalem. 

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, mengatakan pernyataan Presiden Trump akan membahayakan prospek perdamaian bagi warga Israel dan Palestina.

Guterres mengatakan bahwa Yerusalem adalah masalah status akhir yang harus diselesaikan melalui perundingan langsung antara kedua belah pihak.

"Perundingan semacam itu harus mempertimbangkan kekhawatiran yang sah dari pihak Palestina dan Israel," kata Guterres.

Uni Eropa meminta dimulainya kembali proses perdamaian yang berarti menuju solusi dua negara dan mengatakan harus ditemukan suatu cara, melalui negosiasi, untuk menyelesaikan status Yerusalem sebagai ibukota masa depan kedua negara, sehingga aspirasi dari kedua belah pihak bisa terpenuhi.

Presiden Prancis Emmanuel Macron sangat menyesalkan keputusan Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Macron menyebut upaya untuk "menghindari kekerasan dengan segala cara."

Baik China maupun Rusia juga menyatakan keprihatinan mereka. kedua negara menilai, langkah tersebut dapat menyebabkan eskalasi ketegangan di wilayah tersebut.

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan pemerintah Inggris tidak setuju dengan keputusan AS yang tidak membantu prospek perdamaian di wilayah ini.

Dalam sebuah pernyataan dia mengatakan: "Kedubes Inggris di Israel berada di Tel Aviv dan kami tidak memiliki rencana untuk memindahkannya.
Posisi kami pada status Yerusalem sudah jelas dan sudah berlangsung lama: harus ditentukan dalam penyelesaian yang dinegosiasikan antara Israel dan Palestina, dan Yerusalem pada akhirnya harus menjadi ibukota bersama negara-negara Israel dan Palestina. Sejalan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB, kami menganggap Yerusalem Timur sebagai bagian dari Wilayah Pendudukan Palestina."

Juru bicara Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan di twitter bahwa Berlin tidak mendukung posisi ini karena status Yerusalem hanya dapat dinegosiasikan dalam kerangka solusi dua negara.

Barratut Taqiyyah Rafie/Sumber: BBC
 

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan