Potong Jari Sendiri Tanda Minta Maaf di Yakuza Jepang, Bahkan Ada Sampai 12 Ruas Jari Dipotong
Yubitsume atau potong jari sudah lazim di kelompok mafia Jepang (Yakuza). Bahkan bisa sampai 12 ruas jari yang dipotong.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Yubitsume atau potong jari sudah lazim di kelompok mafia Jepang (Yakuza). Bahkan bisa sampai 12 ruas jari yang dipotong, artinya terjadi 12 kali kesalahan dan minta maaf.
"Di Jepang ada yang 12 ruas jadi dipotongnya sendiri karena melakukan kesalahan 12 kali. Namun jari telunjuk dan jari jempol tidak boleh dipotong karena dia tak akan bisa pegang apa pun, kasihan kehidupannya," kata Sugawara Ushio (53), mantan bos Watanabe gumi dan Sato gumi yang berafiliasi ke Yamaguchigumi kepada Tribunnews.com baru-baru ini.
Sugawara pensiun dari Yakuza sejak 3 tahun lalu (2015) dan anak buahnya sekitar 50 orang hanya 3 orang yang tersisa di dalam kelompoknya.
"Yang lain mengeluarkan diri dari yakuza lalu bisnis sendiri, atau kerja dengan orang lain dan sebagainya," kata dia.
Baca: Yakuza Jepang Ternyata Seperti Kalangan Bisnis Lainnya, Mereka Hanya Mencari Uang
Pada saat Sugawara pensiun dari yakuza, dia membuat surat pernyataan dan laporan kepada polisi, menyatakan tidak akan kembali ke yakuza dan akan melakukan segala yang terbaik bagi negara Jepang di tengah masyarakat umum, tanpa menyentuh pelanggaran hukum lagi.

"Apabila saya melanggar janji saya tersebut tentu hukumannya berat sekali bahkan bukan tidak mungkin masuk penjara lagi dengan hukuman berat," kata dia.
Dengan demikian sudah ada pemisahan atau tembok besar pemisah antara dunia yakuza dan non yakuza atau dunia masyarakat umum.
Kemudian Sugawara yang sudah cerai dan punya satu anak itu, membuat buku mengenai kisah kehidupannya terutama di bidang ekonomi.
Baca: Direktur Penyidikan KPK Aris Budiman Kecewa Salah Satu Staf Terbaiknya Disebut sebagai Kuda Troya
"Saya membuat buku saya tersebut untuk arsip kehidupan saya secara luas dan juga agar masyarakat serta kalangan yakuza lain bisa sadar akan kesalahan yang dibuatnya selama ini, pelanggaran hukum yang dilakukannya selama ini. Jadi sekaligus juga membuat citra positif kepada yakuza yang selama ini citranya jelek sekali di tengah masyarakat luas. Bahwa yakuza ada hal-hal yang positif yang dilakukan bagi masyarakat selama ini, tidak melulu kejahatan," tambahnya.
Lalu bagaimana dengan tato (irezumi) seluruh badan belakangnya, dan apa artinya?
"Tidak ada keharusan masuk yakuza harus mentato diri. Tetapi kalau me tato itu memang lambang kalau kita itu harus bisa kuat menghadapi segala tekanan dan sakit apa pun dalam dunia yakuza," ujarnya.
Lambang atau gambar tato yang ada di tubuh bagian belakangnya adalah karakter Kabuki yang melambangkan bahwa yang lemah harus dibantu, itulah yakuza.
Baca: Tumpahan Minyak di Teluk Pertamina, Menteri Susi: Enam Bulan Belum Tentu Selesai
"Dan yang kuat kita tatakau (perang atau bersaing) sehingga dunia menjadi berimbang dengan cara itu," ujarnya.
"Membantu yang lemah dan bersaing dengan yang kuat, itulah mungkin filosofi yakuza, sehingga yakuza benar-benar tidaklah menjatuhkan atau menghancurkan yang lemah, justru kita bantu," kata dia.
Pemunculan bukunya tersebut mengungkap kegiatan yakuza menurutnya malah disukai teman-temannya di kelompok yakuza karena membuat citra yakuza semakin positif di kalangan umum.
Info lengkap yakuza bisa dibaca di www.yakuza.in.