3 Kapal Destroyer AS Dilengkapi Rudal Tomahawk Menuju Venezuela, Trump Akan Lakukan Invasi Militer?

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga kapal perusak (destroyer) Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) dilaporkan berada di dekat perairan Venezuela.

Tiga kapal perang tersebut adalah USS Gravely, USS Jason Dunham, dan USS Sampson.

Kapal-kapal destroyer tersebut dipersenjatai rudal serang jarak jauh Tomahawk, yang mampu menghantam musuh dari jarak 1000 km.

Di waktu yang bersamaan, Washington berencana mengirim 4.000 Marinir ke wilayah tersebut.

Venezuela adalah negara yang terletak benua Amerika Selatan, tepatnya di utara benua tersebut.

Presiden negara tersebut dipegang oleh Nicolas Maduro yang kembali memenangkan pemilu 28 Juli 2024, namun hasilnya ditolak oleh banyak negara, termasuk AS, Chile, Guatemala, dan Uruguay, karena dianggap tidak transparan dan penuh manipulasi.

Lebih jauh, AS bahkan menuduh Maduro memimpin Kartel de los Soles, jaringan penyelundupan kokain yang bekerja sama dengan FARC dan kartel Meksiko.

Situasi kedua negara kian memanas, setelah Presiden AS Donald Trump, dari laporan sejumlah media, mengerahkan tiga kapal perang ke lepas pantai Venezuela sebagai bagian dari upaya menekan perdagangan narkoba.

Baru-baru ini, Washington bahkan meningkatkan tekanan terhadap pemimpin Venezuela, Nicolás Maduro, dengan menggandakan hadiah menjadi $50 juta awal bulan ini atas tuduhan narkoba terhadap tokoh kiri tersebut.

Maduro menjadi Presiden Venezuela sejak tahun 2013, menggantikan Hugo Chávez yang wafat. 

Maduro merupakan tokoh sentral dalam politik Venezuela kontemporer dan pemimpin Partai Sosialis Bersatu Venezuela (PSUV), yang menganut ideologi chavismo—campuran sosialisme, populisme, dan anti-imperialisme.

Apa tujuan AS Sebenarnya?

Meskipun tujuan akhir dari pengerahan tiga kapal perang tersebut masih belum jelas, ini merupakan bagian dari upaya Trump yang lebih besar untuk melibatkan militer dalam perang melawan pengedar narkoba. 

Trump, yang sudah bermasalah dengan Maduro sejak masa jabatan pertamanya, menuduh pemimpin Venezuela tersebut sebagai bagian penting dari perdagangan narkoba internasional yang ia jadikan prioritas utama untuk dilawan. 

Gedung Putih menganggap Maduro sebagai "teroris narkotika."