Perjuangan 7 Tahun Membantu Perusahaan Pengiriman Uang Jepang Akhirnya Berhasil Juga
Kini sudah sekitar 35.000 akun Kyodai pakai nama warga Indonesia, nasabah terbanyak Kyodai.
Editor:
Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS Tokyo - Nasib orang memang tidak ada yang mengetahuinya. Setelah diperkenalkan seseorang, Mensa Toegiono tahun 2011 bergabung dengan Unidos Co.Ltd atau biasa dikenal dengan sebutan Kyodai, perusahaan pengiriman uang yang banyak sekali dimanfaatkan warga Indonesia di Jepang.
"Kini sudah sekitar 35.000 akun Kyodai pakai nama warga Indonesia, nasabah terbanyak Kyodai. Barulah warga Vietnam, Filipina, Peru dan sebagainya," papar Mensa yang kini jadi manajer Proyek Kyodai khususnya bidang IT (informasi teknologi).
Di Kyodai punya 9 warga Indonesia termasuk Mensa. Sebanyak 3 orang bagian marketing, 1 orang di kaunter dan 5 orang bagian operasional.
"Satu tahun saya dicoba bos karena masih baru wajarlah dia belum percaya," ceritanya lagi.
Bosnya orang Jepang yang juga memiliki permanent resident Peru beserta isterinya, meminta Mensa membuktikan sistim transfer di Indonesia bisa cepat.
"Dia minta saya siapkan bukti satu bulan. Saya katakan besok juga bisa saya buktikan kepadanya untuk pengiriman lewat sistim lebih cepat ketimbang terima tunai," lanjutnya.
Keesokan harinya Mensa membuktikannya, kirim uang lewat sistim ke rekeningnya sendiri yang ada di Indonesia dan satu lagi ke rekening adiknya yang ada di Indonesia.
Dalam hitungan menit uang ke rekening Mensa di Indonesia telah masuk, sedangkan uang ke rekening adiknya belum masuk.
"Barulah bos percaya saya bisa bekerja, akhirnya sedikit demi sedikit dipercayalah saya di perusahaan Jepang tersebut."
Pengiriman uang di Jepang baru diberikan ijin sejak tahun 2010 dilakukan lembaga finansial non-bank. Sebelumnya transfer hanya boleh lewat bank saja.
Mensa yang mantan karyawan Alto Network di Indonesia (terkait pengurusan sistim ATM di Indonesia), akhirnya membawa bosnys ke Indonesia tahun 2012 dan kaget melihat banyaknya ATM di Jakarta serta di daerah-daerah.
"Pertama saya coba kontak Bank Rakyat Indonesia (BRI) karena cabangnya smapai ke desa-desa ke pelosok daerah di Indonesia, dan berhasil menjalin kerjasama. Lalu dengan BNI lewat Finnet, dengan Bank Mandiri dan dengan Bank Mandiri Syariah," paparnya lagi.
Sebanyak 35.000 akun dimiliki warga Indonesia tersebut beserta data lengkapnya, akhirnya terkaitkan dengan pihak bank Pos Jepang.
"Ini repot dan lama sekali negosiasinya saat kita mulai kerjsama dengan Pos Jepang sampai makan waktu satu tahun lebih. Tapi akhirnya bisa menggunakan ATM Pos Jepang yang tersebar sampai ke pelosok daerah mana pun di Jepang."
Data nasabah dimasukkan ke kartu ATM Kyodai termasuk tanggal berakhirnya visa sehingga kalau visa Jepangnya telah berakhir, kartu pun tak bisa dipakai di ATM Pos Jepang, transfer pin ditolak.
"Itu juga salah satu upaya menghindari para ilegal tidak bisa kirim uang lewat kami. Demikian pula kadang polisi bertanya data WNI lewat kami, misalnya di mana seseorang melakukan transaksi terakhir sehingga polisi bisa melacak keberadaan WNI tersebut," jelasnya lagi.
Selain Kyodai, pengiriman uang ke Indonesia juga bisa lewat Bank BNI Tokyo, Bank SBI, Seven Bank (lewat western union) dan sebagainya.
Western Union dan Moneygram belum diakui Bank Indonesia sehingga pengambilan hanya boisa lewat kantorpos di Indonesia.
Sedangkan transfer uang lewat Kyodai dari berbagai ATM Pos Jepang langsung dengan sistim yang adan bank tujuan di Indoinesia.
Mengapa demikian?
"Karena kita Kyodai punya akun dan uang besar di bank-bank yang kerjasama tadi di Indonesia seperti di BRI," tambahnya.
Dengan kepemilikan dana di Bank BRI, hanya soal sistim saja yang bekerja dan tak mengenal hari libur lagi seperti kemarin seorang ibu yang mau transfer uang ke Indonesia.
"Ibu itu tanya saya, pak di Indonesia kan libur, uang tak bisa diambil dong? Saya katakan bisa saja bu di ambil di ATM, kan ATM tidak libur bu."
Uang yang dikirimkan dari Jepang memang langsung masuk akun bank di Indonesia yang berarti bisa langsung diambil di ambil di ATM di Indonesia tanpa melihat hari libur atau tidak.
Selanjutnya Kyodai sedang mempertimbangkan kemungkinan bayar air listrik gas di Indonesia lewat Smartphone (ponsel) masing-masing yang ada di Jepang.
"Tinggal nasabah punya uang di akunnya, lalu dia klik klik di ponselnya, sudah bis amelunasi bayar listrik air dan gas dari Jepang. Itu masih rencana kami," paparnya.
Lalu banagimana kalau ada petugas Finansial Service Agency (FSA) datang memeriksa?
"Wah ini ribet sekali memang. Sekali setahun petugas FSA pasti datang memeriksa dan mereka mau kertas semua, jadi kita print out semua ber boks-boks banyak sekali dan ditaruh di ruangan khusus lalu diperiksa petugas FSA didampingi orang Kyodai."
Dari pihak Kyodai saja ada petugas khusus Jepang untuk Legal, compliance, dan kaitan dengan FSA semua orang Jepang. Petugas Compliance sebelumnya pernah bekerja di sebuah bank besar Jepang di Jakarta sekitar tahun 1979.
Kini kantor cabang Kyodai ada 18 buah tersebar di Jepang selain di Tokyo ada pula di Okinawa, Fukuoka, Nagoya, Osaka, dan Gunma.
Berapa rata-rata orang Indonesia kirim uang ke Indonesia per bulan?
"Jumlah uang kirim ke satu bank rata-rata per bulan 50.000 yen oleh para pemagang Indonesia di Jepang. Maksimal diperbolehkan hanya 2 juta yen dalam satu tahun. Lebih dari itu dimintai bukti income mereka."
Sedangkan biaya kirim sampai dengan 10.000 yen adalah 880 yen, sampai dengan 250.000 yen adalah 1480 yen dan sampai dengan 1.000.000 yen biaya kirim 1980 yen.
Kepercayaan bosnya kepada Mensa sudah jauh semakin besar. Kini bahkan Mensa bertambah beban kerja lagi dengan akan dibukanya kerjasama dengan Vietnam.
"Pusing pak harus bolak balik Vietnam nantinya. Bahasanya Inggrisnya agak sulit dimengerti jadi lebih baik terima email Inggris merekalah daripada bicara langsung," tambahnya lagi sambil tertawa.
Yang pasti Mensa sudah menjadi pimpinan WNI di Kyodai saat ini dan seringkali melatih stafnya yang masuk dan keluar perusahaan tersebut, di samping kepercayaan dan tanggungjawabnya kini tampaknya akan semakin besar diberikan oleh bosnya.
"Mau cepat pensiun saja ah capek, saya ngomong begiti kepada bos, eh langsung dicerahi, mau ngapain kamu pensiun, kerjaan masih banyak tuh," ungkapnya lagi semakin tertawa lepas.