Senin, 8 September 2025

Nasib badak Jawa bercula satu menghadapi ancaman Gunung Anak Krakatau

Para pegiat di Taman Nasional Ujung Kulon tengah mempertimbangkan pencarian lokasi baru untuk badak Jawa di tengah peningkatan aktivitas vulkanik

"Pertama, pakan alaminya itu ada. Untuk badak Jawa, spesies tumbuhan yang dimakan itu lebih dari 200 spesies," jelas Widodo. "Dia juga harus ada air. Air untuk minum, air untuk kehidupannya. Badak harus berkubang, harus mandi, mungkin sekitar 60% kehidupan hariannya itu berasosiasi dengan air."

Beberapa faktor lain, seperti jenis tanah, kondisi lahan, hingga iklim, juga menjadi pertimbangan.

"Badak memerlukan kondisi iklim yang selalu basah sepanjang tahun," imbuhnya.

'Cari lokasi tuh susah'

Rencana pemindahan sebagian badak Jawa ke habitat kedua sudah molor dari rencana. Seharusnya, penentuan lokasi habitat kedua dilakukan tahun 2017, sehingga tahun ini bisa dimulai proses pemindahan badak.

"Namanya perencanaan kadang-kadang tidak sesuai dengan kenyataan, kan," ungkap kepala Taman Nasional Ujung Kulon, Mamat Rahmat. "Banyak kendala, faktor teknis-non-teknisnya, ada kendala internal, ada eksternal."

Mamat menyatakan bahwa pemerintah bersama sejumlah lembaga pelestari lingkungan telah mensurvei 10 lokasi potensial. Dari sepuluh, mereka menemukan satu wilayah yang mendekati kondisi alam Taman Nasional Ujung Kulon. "Suaka Margasatwa Cikepuh," ungkapnya.

Namun, lagi-lagi kendala muncul.

"Tapi di sana juga ada kegiatan pinjam-pakai dengan Kostrad, (untuk) latihan tempur. Nah ini juga, pengaruh dengan dentuman suara senjata dan meriam terhadap badak ini perlu kajian, kan?"

Perambahan lahan oleh manusia -yang bisa mengancam habitat badak Jawa- juga masih terjadi di sana. Ini yang membuat rencana pemindahan badak Jawa ke habitat kedua tersendat.

"Kita cari lokasi tuh susah, di pulau Jawa maupuan di luar Jawa, mencari hutan yang cukup luasannya, yang masih aman, kan susah ya," ujar Mamat. "Karena minimal lima ribu hektar, harus satu hamparan."

Memindahkan binatang, menurutnya, bukan sekadar mengangkut mereka dari satu tempat ke tempat lain. Lokasi tersebut harus sudah siap ditinggali spesies badak paling langka di dunia tersebut.

"Harus tersedia dulu makanannya, airnya, bagaimana penyakit di situ, bagaimana predatornya, bagaimana kompetitornya, bagaimana pemerintah daerahnya, bagaimana masyarakat sekitar," ungkap Mamat menjelaskan.

Widodo, yang yayasannya menjadi salah satu partner pemerintah untuk mencari habitat kedua bagi badak Jawa, melihat Sumatera sebagai lokasi potensial. Pasalnya, badak Jawa pernah hidup di Sumatera bersama spesies badak Sumatera. Meski demikian, mereka belum mensurvei titik mana yang paling sesuai untuk dijadikan tempat tinggal badak tersebut.

"Seperti di Berbak Sembilang, itu pernah ada badak di sana. Kemudian di daerah Bukit Tiga Puluh, itu juga ada kemungkinan di situ. Lalu, hutan restorasi ekosistem, hutan harapan di Jambi, itu juga menjadi kemungkinan," beber Widodo.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan