Protes Hong Kong: Twitter dan Facebook blokir upaya misinformasi 'yang didukung China'
Jejaring media sosial menutup akun-akun yang bermaksud "menabur perpecahan politik" di Hong Kong. Pemerintah China diduga kuat berada di balik
Para pengkritik RUU tersebut menilai langkah itu akan mencederai independensi yudisial Hong Kong dan dapat digunakan untuk menyasar siapapun yang berbicara menentang pemerintah China.
RUU tersebut ditunda pada bulan Juni, menyusul serangkaian demonstrasi besar-besaran. Namun aksi unjuk rasa terus berlanjut, dan sekarang telah berkembang menjadi gerakan yang lebih besar, menuntut reformasi birokrasi dan investigasi terhadap dugaan kebrutalan polisi selama demonstrasi.
Pekan lalu, ribuan pengunjuk rasa memadati bangunan terminal bandara Hong Kong, yang berbuntut bentrokan dengan polisi dan pembatalan ratusan penerbangan.
Penyelenggara unjuk rasa mengatakan 1,7 juta orang menghadiri pawai massa pada hari Minggu lalu. Namun menurut polisi jumlahnya jauh lebih rendah, 128.000 orang — hanya menghitung mereka yang hadir dalam aksi protes berizin resmi.
Pemerintah China telah memperkeras retorikanya, menyusul kerusuhan di bandara, mengecamnya sebagai "perilaku yang dekat dengan terorisme".