Sabtu, 6 September 2025

Batik tentang 'pencemaran laut' untuk biaya wisuda mahasiswa di Yogyakarta yang menarik perhatian netizen

Seorang mahasiswa di Yogyakarta membuat batik dengan tema "pencemaran laut" untuk ongkos wisuda, namun belakangan mendapat perhatian luas dan

Pada batiknya yang berjudul Human in The Sea, misalnya, Rio menggambar batik yang bisa melukiskan hubungan manusia dengan ekosistem laut. Batik itu mengisahkan seorang manusia menggantungkan mata pencaharian sebagai nelayan dan beberapa gambaran terumbu karang berwarna biru.

Melalui batik, Rio ingin menggugah kesadaran masyarakat bahwa telah terjadi pencemaran lingkungan di laut. Indonesia adalah negara kedua penyumbang sampah terbesar kedua di dunia, di bawah China.

"Agak miris. Kita negara maritim besar tapi pencemaran lautnya juga besar dan penuh dengan sampah. Padahal banyak banget potensinya yang belum kita jelajahi," katanya.

"Saya ingin menjadikan batik sebagai social statement," sambungnya.

Masalah sampah di laut kembali dia tegaskan dalam batiknya berjudul Sisik dan Sesak. Rio menggambarkan ikan hiu bersirip biru dan ikan lainnya yang sesak karena sampah.

"Dan kita makan ikan itu. Ini semacam lingkaran, apa yang kita lakukan semua kembali ke kita. Jadi kita harus menghentikan lingkaran itu," katanya.

Pada batik itu, Rio juga ingin mengkritisi tradisi perburuan hiu dengan mengambil siripnya.

Bagi Rio, perburuan tersebut tidak manusiawi karena mengambil siripnya lalu membuang ikannya. "Makanya siripnya berwarna biru karena ikan-ikan itu sudah tidak bersirip," katanya.

Sangat simpel

Batik karya Rio sangat sederhana. Warnanya hanya biru tua dan biru muda, tidak seperti batik-batik klasik yang kaya warna. Dalam berkarya, Rio memerlukan waktu sekitar empat bulan.

Sebelum membuat batik, Rio mengaku sempat melakukan riset memakai dua batik. Satu batik yang penuh warna dan isen-isenan, kedua dengan batik yang simpel. Hasilnya, banyak orang yang menyukai batik simpel dengan dua hingga tiga pewarnaan.

"Zaman sekarang anak muda suka batik yang simpel tapi desainnya modern. Jadi pewarnaan saya butuh tiga warna: biru muda, biru tua, dan biru tua lagi," kata Rio.

Djanjang Purwo Sejati, selaku dosen batik ISI Yogyakarta, menilai karya Rio sudah bisa dikategorikan batik ditinjau dari teknik pembuatan. Namun dari segi karakter, karya Rio masih jauh dari ruh batik karena tanpa isen-isen yang menjadi ciri khas batik.

Menurut Djanjang, kekurangan dalam batik Rio terletak pada pewarnaan yang monoton dan tidak dinamis, hanya satu warna monokrom: biru muda dan tua.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan