Kamis, 18 September 2025

Pengusaha Wanita Asia Berkumpul di Jepang Bahas Kerja Sama Antar Negara

KTT Jejaring Wirausaha Sosial Wanita Asia (AWSEN) yang dilakukan 11-13 Oktober lalu membahas kerja sama para pengusaha Jepang antar negara.

Editor: Dewi Agustina
Istimewa
Para peserta KTT AWSEN di Naha berfoto bersama usai pertemuan, Minggu (13/10/2019). 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - KTT Jejaring Wirausaha Sosial Wanita Asia (AWSEN) yang dilakukan 11-13 Oktober lalu berlangsung dengan sukses. KTT ini membahas kerja sama para pengusaha Jepang antar negara.

Peserta yang dibagi menjadi 4 kelompok dengan 4 wirausaha perempuan sebagai intinya, saling bertukar pendapat satu sama lain tentang berbagai hal di Naha, Okinawa.

Di perpustakaan perfektur di Naha Okinawa hari terakhir KTT Jejaring Wirausaha Sosial Wanita Asia (AWSEN) memberikan penekanan kerja sama antar wanita pengusaha di berbagai negara.

"Apa yang bisa kita lakukan untuk "Jangan tinggalkan siapa pun" di mana para wirausahawan perempuan dan berbagai kalangan terkait yang bekerja dalam masalah sosial berkumpul di sini," ungkap sumber Tribunnews.com, Minggu (13/10/2019).

Dibuka sekitar 70 peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, mengelilingi empat pengusaha di Jepang dan di luar negeri, dan bertukar pendapat tentang masalah dan tantangan bisnis.

Baca: Satu Lagi Istri TNI Nyinyiri Wiranto, Anggota Kodim 0707/Wonosobo Kopda BD Terancam Ditahan 14 Hari

Setiap peserta telah memperbarui pemikiran mereka tentang apa yang dapat mereka lakukan sebagai anggota masyarakat.

Pada pagi hari tanggal 13 Oktober, "Doa, Alam, dan Ekonomi' adalah tema dari semangat dasar bisnis.

Dr Seita Oshiro, Profesor Satoshi Omuro dari Universitas Kyoto Sangyo, dan pimpinan AWSEN sebagai tuan rumah KTT Sayaka Watanabe membahas berbagai hal terkait wanita dan usaha.

Para peserta KTT AWSEN di Naha berfoto bersama usai pertemuan, Minggu (13/10/2019).
Para peserta KTT AWSEN di Naha berfoto bersama usai pertemuan, Minggu (13/10/2019). (Istimewa)

Oshiro memperkenalkan dialog dengan neneknya bahwa dia adalah "Godman" dan berkata, "Bahkan jika kita berbenturan dengan keadilan, hanya kehancuran yang akan lahir. Ini tugas pencipta," katanya.

Omuro menunjukkan bahwa "terperangkap dalam efisiensi dan angka-angka telah menciptakan stagnasi dalam masyarakat dan perusahaan Jepang."

Ada sumber inovasi dalam apa yang telah dibuang atas nama rasionalisasi, menurut Omuro, yang menyerukan untuk melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional.

Watanabe menyatakan kesediaannya untuk menciptakan tempat di mana setiap orang dapat menggunakan dan mendukung satu sama lain, berpusat pada AWSEN.

Heidi Liang (Thailand), yang mendukung pengembangan bisnis untuk wirausahawan sosial, menyentuh kolaborasi dengan organisasi Jepang yang mendukung pekerjaan para penyandang cacat. Mereka dapat belajar dari satu sama lain.

Baca: NAS, Jaringan Teroris yang Menikahkan Abu Rara-Fitri Dijemput Densus 88 di Lampung

Sementara Diane Ulandari dari Indonesia, melaporkan bahwa kewirausahaan sosial lokal terkonsentrasi pada "kreatif" termasuk pertanian, kehutanan dan perikanan, seni dan IT, dan bahkan jika ada masalah besar, bidang pendidikan dan kesehatan kecil ikut pula dibahas.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan