Iran Vs Amerika Memanas
Rocky Gerung Tanggapi Panasnya Hubungan Iran dan AS: Trump Bikin Cemas Fans Liverpool
Pengamat politik Rocky Gerung turut berkomentar terkait memanasnya hubungan Amerika Serikat (AS) dan Iran.
Penulis:
Nanda Lusiana Saputri
Editor:
Whiesa Daniswara
Rocky beranggapan, tema akhir-akhir bahwa ada akumulasi kekuatan China yang kebetulan terjadi bersamaan dengan AS yang dipimpin oleh Donald Trump dari Partai Republik.
Kedua negara tersebut sama-sama mempunyai tradisi dan filosofi real power atau biasa disebut tradisi kaum realis.
"Dalam tradisi realis satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah adalah dengan perang," terang Rocky.
Menurut Rocky, perang itu tidak hanya menundukkan lawan tetapi juga menghidupkan ekonomi dalam negeri.
"Perang memang mesti diajukan sebagai satu variabel ekonomi," ujarnya.
Lebih lanjut, Rocky menjelaskan dalam rangka itu, di dunia sudah hampir setengah abad tidak ada persaingan super power.
Sedangkan menurut Rocky, di dunia selalu hidup dengan super power.
"China berupaya untuk menjadi super power tapi China mengalami problem ekonomi."
"Karena itu pasti dia akan tunda dulu sejenak, tapi tadi ada faktor yang tidak diprediksi oleh China misalnya," ungkap Rocky.
Faktor yang tidak diprediksi China tersebut menurut Rocky adalah terbunuhnya jenderal Iran, Qassem Soleimani.
"Nah kita tahu bahwa variabel-variabel dadakan semacam ini, bisa menjadi outlet untuk melepaskan kekuatan-kekuatan potensial," ujar Rocky.
Rocky menuturkan, sejarah selalu ajaib, ada kejadian kecil dan hal tersebut bisa menjadi kasus untuk melahirkan perang dunia.
"Kan orang kalau nggak terjadi sekarang kapan? Kan tetap bakal terjadi tuh,"
"Karena kalau nggak ada keseimbangan global itu, justru orang akan takut satu kekuatan akan mendominasi dunia," papar Rocky.
Lebih lanjut, Rocky menjelaskan hal tersebut bukan saja guyonan para pendukung Liverpool, walaupun buat mereka serius.
"Ya mungkin, saya kira buat liverpool itu membatalkan niat untuk jadi juara," terang Rocky.
Tonton video lengkapnya:
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)