Pemulangan WNI Eks ISIS
Mardani Ali Sera Ungkap Alasan Dirinya Anggap WNI Eks ISIS sebagai Korban, Samakan WNI dari Wuhan
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera anggap WNI eks ISIS sebagai korban propaganda, samakan dengan WNI dari Wuhan China yang hindari virus corona.
Penulis:
Ifa Nabila
Editor:
Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera menganggap WNI eks ISIS yang ingin dipulangkan ke Indonesia sebagai korban.
Bahkan Mardani juga menyamakan para WNI eks ISIS dengan WNI yang dievakuasi dari Wuhan, China, akibat penyebaran virus corona.
Dilansir Tribunnews.com, hal tersebut diungkapkan Mardani dalam tayangan APA KABAR INDONESIA MALAM unggahan YouTube Talk Show tvOne, Jumat (7/2/2020).
Mardani mengaku pernah bertemu dengan para WNI yang senasib dengan WNI eks ISIS.
Dari interaksi dengan para WNI tersebut, Mardani menyimpulkan bahwa WNI eks ISIS pergi ke luar Indonesia sebagai korban propaganda.
"Saya pribadi melihatnya bagaimana pun, semua korban ya, waktu itu saya pernah ada satu sesi di ILC, mereka datang ke sana itu karena korban propaganda," ujar Mardani.
"Jadi saya melihat banyak dari mereka sebetulnya ikut-ikutan, nah nanti dipetakan memang," sambungnya.
Baca: PKS Dukung Pemulangan WNI Eks ISIS, Mardani: WNI dari Wuhan China Saja Bisa Pulang, Mereka Korban
Meski mendukung pemulangan WNI eks ISIS, Mardani menyebut bagi mereka yang menjadi pelaku terorisme bisa mendapatkan tindakan hukum dari pemerintah Indonesia.
Mardani mengibaratkan negara sebagai ayah, sedangkan WNI eks ISIS sebagai anak yang harus kembali dirangkul dan dididik.
"Jadi kalau tetap landasan dasarnya adalah bahwa saya tetap menganggap negara harus hadir sebagai ayah bagi anak-anaknya yang salah jalan," tegas Mardani.
"Nah anak-anaknya yang salah jalan itu dipetakan, yang kombatan yang memang berpengaruh kalau memang mau diproses hukum monggo," ujarnya.
"Tapi anak kecil, kemudian ibu-ibu, menurut saya tetap saja kita harus menjaga aset."
Soal kekhawatiran WNI eks ISIS akan kembali menjadi teroris setelah dipulangkan, Mardani meyakini penanganan yang benar dari negara akan mengubah mereka.
Baca: Mantan Teroris Cemas Penyesalan WNI Eks ISIS Pura-pura dan Bikin Onar Lagi, Beberkan Contoh Kasusnya
Ia mengusulkan harus ada banyak badan negara yang turut berperan untuk menghilangkan paham ideologi terorisme dari ISIS.
"Ya kalau penanganannya salah, ya bisa jadi, makanya kami mengusulkan bentuknya gugus tugas yang mencakup keseluruhan," ujar Mardani.
"Bukan cuma Kementerian Agama, ada juga Kementerian Intelijen di sana, yang bisa membuat record dan penyelidikan, ada teman-teman di bidang perekonomian, pendidkan, sosial, pendampingan psikologi, deradikalisasi, moderasi keberagaman," paparnya.
Berikut video lengkapnya:
Sementara itu, dalam segmen selanjutnya, Mardani kembali menjelaskan bahwa WNI eks ISIS adalah korban dan menyamakan dengan WNI dari Wuhan.
Awalnya, pembawa acara Chacha Annissa mempertanyakan sikap pemerintah yang hingga kini belum ada keputusan resmi.
Namun, pemerintah kini tengah dilema jika memulangkan WNI eks ISIS maka bisa ada ancaman baru terorisme, namun jika tidak maka mereka akan menjadi stateless atau tak punya kewarganegaraan.
"Apa sih sebenarnya kekhawatirannya, preseden citra Indonesia jika kita kita menerima atau juga menolak?" tanya Chacha.
"Kalau menerima, kita bagai negara sarang teroris, tapi kalau tidak menerima ini mantan warga negara kita jadi stateless," sambungnya.
Mardani pun langsung menghubungkan dilema pemerintah itu dengan pemulangan WNI dari Wuhan yang mana sangat ia apresiasi.
Pemulangan WNI dari Wuhan memang menimbulkan pro dan kontra.
Baca: Isu WNI Eks ISIS, Mantan Teroris Dihubungi Teman dari Suriah Ungkap Alasan Ingin Pulang ke Indonesia
Kontra utamanya berasal dari warga Kabupaten Natuna yang wilayahnya dijadikan tempat karantina.
Namun pemerintah dianggap berhasil menyelesaikan masalah itu hingga WNI dari Wuhan bisa dipulangkan dan menjalani observasi di Natuna.
"Kemarin ada sedikit cerita saudara kita di Natuna protes terhadap teman-teman yang pulang bawa dalam tanda kutip dari Wuhan," jawab Mardani.
"Padahal pemerintah negara dalam hal ini hadir, saya apresiasi sekali," imbuhnya.
Mardani beranggapan harusnya pemerintah bisa memberi perlakuan yang sama dengan memperjuangkan pemulangan WNI eks ISIS.
Bahkan ia meyakini jika pemerintah berhasil memulangkan WNI eks ISIS, maka derajat peradaban masyarakat bisa terangkat.
"Dan mestinya sama gitu loh (dengan WNI eks ISIS). Mereka yang korban di sana juga kalau kita bisa selesaikan, derajat peradaban masyarakat Indonesia kita naik," ungkap Mardani.
Ia berharap pemerintah tidak mengabaikan para WNI eks ISIS lantaran dikhawatirkan malah akan menimbulkan masalah baru di luar negeri.
"Karena ada masalah itu jangan kita avoiding, jangan 'Enggak, ini bukan urusan kita'," tegas Mardani.
"Kalau enggak kita urus, dia akan jadi masalah di tempat yang lain yang kita tinggal dalam planet yang sama," imbuhnya.
Berikut video lengkapnya:
Mantan Teoris Khawatir WNI Eks ISIS Kumat
Mantan teroris Sofyan Tsauri mencemaskan WNI eks ISIS tidak benar-benar menyesali perbuatannya dan akan kembali berbuat onar ketika dipulangkan oleh pemerintah Indonesia.
Sofyan menjelaskan bahwa rakyat Indonesia banyak yang mengkhawatirkan WNI eks ISIS hanya memanfaatkan kesempatan untuk bisa pulang dan nantinya kembali menjadi teroris.
"Yang kita khawatirkan sebetulnya bentuk pragmatisme atau opportunity ya, artinya mereka berpura-pura mengadakan tauriyah atau kitnan atau disebut juga dengan takiya," jawab Sofyan.
"Mereka berpura-pura menyesal, lalu kemudian mereka masuk (dengan ideologi terorisme), ini yang kita khawatirkan," sambungnya.
Sofyan kemudian menjelaskan kasus para WNI yang pernah dideportasi dari luar negeri dan kembali menjadi teroris.
Baca: PKS Heran Jokowi Belum Putuskan: Kenapa Ribut, 50 WNI Eks ISIS Sudah Pernah Dipulangkan Tahun 2016
Di antaranya adalah Muhammadf Aulia yang terhubung dengan kelompok ISIS di Khurasan.
"Karena beberapa kasus yang terjadi adalah ketika mereka dideportasi ke Indonesia dari Turki, sebelumnya sejak 2015," kata Sofyan.
"Ada misalnya berangkat Muhammad Aulia warga Aceh yang dideportasi, mereka berangkat lagi ke Afghanistan di tahun 2019," bebernya.
Kemudian suami istri Rulli dan Ulfa yang melancarkan aksi bom bunuh diri di sebuah gereja, di Sulu, Filipina.
"Lalu ada Rulli dan Ulfa, mereka 2017 ketemu saya di Kemensos waktu itu, mereka dideportasi dari Turki, akhirnya mereka 2019 mengadakan bom bunuh diri di Filipina," kata Sofyan.
Selain itu, ada pula kasus terorisme yang terjadi di Mapolda Sumatera Utara pada 2017.
"Lalu di Medan juga penyerangan dua atau tiga tahun yang lalu, penyerangan Mapolda Sumatera Utara, itu juga diserang oleh orang yang pernah dideportasi dari Turki ke Indonesia," jelas Sofyan.
"Nah, dari kejadian-kejadian ini mengkhawatirkan kita semua," imbuhnya.
Berikut video lengkapnya:
(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)